"Dokter Kania akan segera tiba," ucap Luna setelah menghubungi sang dokter. Dokter Kania adalah salah satu dokter dari rumah sakit milik tuan Austin. Telah lama bekerja sama dengan rumah sakit keluarga Floyd, membuat Amanda merasa nyaman jika harus ditangani oleh dokter dari sana. Kerahasiaan atas kondisinya akan jadi yang utama. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya dokter Kania tiba di Yayasan, beberapa orang yang melihat pasti mengira bahwa kedatangannya hanya untuk mengkonsultasikan tentang kerja sama mereka. Bukan untuk menangani Amanda. "Semuanya normal, hanya saja detak jantung anda begitu cepat," ucap Dokter Kania setelah melakukan serangkaian pemeriksaan. Amanda tahu, kondisinya melemah begini memang bukan karena fisiknya, namun mental yang terus dihancurkan berkali-kali. Tangan kanannya nampak gemetar hebat dan tangan kirinya coba menggenggam agar terhenti. "Beri aku obat penenang saja," balas Amanda lirih, suaranya terdengar tanpa minat. Nampak enggan untuk melanjut
"Seria akan mengundurkan diri dari perusahaan, dia sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya," ucap Evan pada sang istri. Mereka bertemu di kamar setelah sama-sama pulang. Amanda tetap menyimpan obat yang diminumnya di dalam tas, tak ingin dia tunjukkan pada sang suami. Di hadapan semua orang dia harus terlihat kuat, bahkan suaminya sendiri. Mendengar berita tersebut, Amanda memang sedikit terkejut. Langsung mengira bahwa Seria pasti memiliki rencana lain. Tak Mungkin tiba-tiba wanita itu meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan yang pasti. Apalagi selama ini hanya pekerjaan itulah yang bisa dia manfaatkan untuk bisa terus mendekati sang suami. "Kenapa mendadak dia ingin mengundurkan diri?" tanya Amanda pula, sorot matanya lurus ke arah Evan. Pria itu tengah duduk di tepi ranjangnya sendiri Sementara Amanda masih duduk di depan meja rias. "Aku tidak tahu," balas Evan singkat, sebenarnya dia juga malas membahas tentang Seria. Maksud utamanya mengatakan pada sang istri agar Amanda
"Iya," jawab Amanda setuju, meski keraguan di dalam hatinya terasa begitu jelas. Setelah menjawab sepatah kata itu Amanda bahkan langsung memejamkan mata. Sebelum pulang dari yayasan tadi, Amanda menyempatkan diri untuk minum obat, kini obat tidur itu mulai bereaksi dan membuatnya sangat mengantuk. Amanda tahu hal semacam ini memang tidak mampu dihindari. Apalagi setelah mengambil keputusan untuk tidak bercerai dengan sang suami. Evan pasti akan semakin mengharapkan ada hubungan intim di antara mereka berdua. Namun lebih jauhnya Amanda tak mampu memikirkan lagi, karena akhirnya dia benar-benar terlelap. "Mulai Minggu depan Seria tidak lagi bekerja di perusahaan, jadi kamu harus menanggung biaya hidupnya dan juga Aska," ucap mama Geni. Setelah sarapan bersama dia memanggil Evan dan Amanda untuk masuk ke ruangannya. Sementara Evelyn harus pergi ke perusahaan lebih awal. Jika terlambat Evelyn akan ditegur layaknya karyawan biasa yang lain. Tak ada sedikitpun perlakuan istimewa yang
"Istri macam apa itu? kalian akhirnya mengubah ranjang jadi satu, tapi Amanda malah pergi. Dia jelas-jelas menghindari kamu, Van," ucap mama Geni saat melihat sang menantu pergi meninggalkan rumah malam ini. Tak tanggung-tanggung, Amanda bahkan membawa dua koper sekaligus. Memang di tahun-tahun sebelumnya Amanda juga sering melakukan kunjungan seperti ini, tapi sekarang situasinya terasa tidak pas. Di saat rumah tangganya masih di ujung tanduk, Amanda pergi tanpa berpikir dua kali. Evan tak ingin menanggapi ucapan sang mama, setelah mobil milik sang istri menghilang dari pandangannya, dia berbalik hendak menuju ruang kerja. Tapi panggilan mama Geni menghentikan langkahnya. "Evan!" panggil mama Geni. "Amanda tidak ingin bercerai, mama juga tidak ingin kalian bercerai karena Amanda memiliki sebagian harta keluarga kita, tapi ... Mama juga tidak rela Jika kamu diperlakukan seperti ini," jelas Mama Geni kemudian. Evan terdiam. "Tetap berhubungan lah dengan Seria seperti selama ini,
"Anda datang ke sini?" tanya Amanda lagi, setelah sepersekian detik merasa terkejut ketika melihat tuan Austin yang berdiri di hadapannya. Hati kecil Amanda sempat berpikir mungkinkah yang datang adalah sang suami, tapi ternyata bukan. Dan setelah melihat siapa yang datang, Luna pun segera meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak pergi terlalu jauh, menunggu sang nyonya di depan yayasan. Dari dalam ruang tamu itu, mereka juga bisa melihat suasana yang ada di lapangan tempat anak-anak masih berkumpul saat ini. "Aku datang hanya untuk mampir, cukup terkejut juga saat melihatmu berkumpul dengan anak-anak." "Iya, kebetulan sekali," balas Amanda. Tuan Austin adalah donatur paling besar di yayasannya, jadi beliau juga selalu diperlakukan dengan baik di yayasan ini, dihormati setinggi-tingginya. "Mari ikut bergabung di lapangan. Apa anda belum sarapan? Akan saya temani untuk makan," ucap Amanda lagi, mengajukan tawaran. Austin tidak menjawab dengan kata, dia mengangguk kecil dan akhir
"Tuan Austin!" panggil Amanda, pria itu berjalan cepat sekali sampai membuatnya kesulitan untuk menyusul. Mereka berjalan melalui jalanan kecil yang terhubung diantara taman dan yayasan, mengitari lapangan tempat anak-anak tadi berkumpul. "Kenapa? Masih ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Austin, dia kembali menghentikan langkah. Berbalik ke belakang menatap Amanda. "Aku tidak tahu apa yang mendasari Anda bersikap seperti ini. Tapi sepertinya aku harus menegaskan satu hal," ucap Amanda. Austin terdiam, memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk Amanda bicara. "Aku memiliki kehidupan yang sangat bahagia, suami yang mencintai aku dan keluarga yang mendukungku. Jadi jangan menilaiku sebagai wanita yang menyedihkan," tegas Amanda, sorot matanya nampak begitu serius. "Kita adalah rekan kerja dalam kurun waktu yang lama, dan seterusnya akan tetap seperti itu. Jadi aku mohon, kita tetap memiliki hubungan yang profesional," timpal Amanda, setelahnya dia bahkan menundukkan kepalanya
"Datanglah ke rumah dan ajak Aska, Amanda pergi ke kota A," ucap mama Geni dalam sambungan telepon yang terhubung dengan Seria. Pagi-pagi sekali dia langsung menyampaikan kabar ini dengan antusias. Yang pusing dengan permasalahan ini bukan hanya Evan ataupun Amanda, tapi mama Geni juga. Tekanan darahnya sampai mengalami kenaikan karena perselisihannya dengan sang menantu. Kemarin Amanda pergi dan kini mama Geni seperti bisa menghirup udara segar. Tak ingin bahagia sendirian, dia pun ingin mengajak Seria bersama. "Apa? Mbak Amanda pergi ke kota A? kenapa mendadak sekali," tanya Seria, heran sendiri mendengar informasi tersebut. "Katanya dia akan mulai merenovasi yayasan cabang, tapi mama yakin sebenarnya dia sendang menghindari Evan," jawab mama Geni, dia bahkan tak segan sedikitpun saat membongkar isi rumah tangga sang anak. Mama Geni mengatakan bahwa Evan telah merubah ranjang mereka jadi satu dan setelahnya Amanda pergi dari rumah ini. Mendengar dua informasi tersebut,
'Baik, Tuan,' jawab Amanda melalui pesan singkat yang dia kirim pada tuan Austin. Setelah pesan itu terkirim dia membuang nafas kasar. Pria ini adalah seseorang yang ingin Amanda hindari, namun belum menemukan alasan yang tepat. Mereka bertemu di kota lain dan memutuskan untuk makan malam bersama, hal ini bukanlah hal yang aneh. Apalagi jika mengingat mereka merupakan rekan bisnis sejak beberapa tahun terakhir. "Kenapa waktu cepat sekali berlalu," gumam Amanda setelah dia mendengar pintu rumahnya di ketuk. Waktu juga telah menunjukkan angka 7 malam. Dia sangat yakin bahwa yang mengetuk rumahnya tersebut adalah tuan Austin. Dan benar saja, saat Amanda membuka pintu dia telah melihat pria itu berdiri tepat di hadapannya. Mess yang ditempati Amanda berada di dalam area yayasan, jadi kedatangan Austin malam ini pun terpantau oleh pihak penjaga keamanan. Luna yang mendapatkan informasi itu pun bergegas menghampiri pula. Dia memberi hormat pada tuan Austin dan juga nyonya Amanda.