"Gak lah om, malu tahu." sanggah Cantika yang sedikit genit.Mereka pun milai berkomunikasi lebih intens, dan mereka saling memperhatikan satu sama lain bahkan saling menggoda.Cantika mempergunakan ini sebagai sebuah kesempatan, mengingat jika papa dari sahabatnya itu adalah orang yang kaya raya,Itu adalah hal yang manusiawi baginya, siapa tak mau mempunyai kekasih yang banyak uang."Besok kita ketemu mau nggak?" tanya Pak Ramon.Cantika pun tersenyum di depan layar, Dia tersenyum dengan sedikit menggodanya."Oke pak, besok Bapak bisa datang ke sini tapi menunggu Sisilia pergi ya, dia sekarang lagi tidur di ruang tamu." ujarnya.Dan pak Ramon pun setuju.Di sisi lain Hans yang tengah berada di apartemen Vania,Dia baru saja datang, dia tengah duduk di sofa dan melihat 5 laki-laki yang tengah duduk sambil menatap layar ponsel mereka masing-masing,Mereka adalah Bodyguard Vania,"Ehhh ngapain sih banyak laki-laki di sini? Aku juga bisa menjaganya nggak perlu seperti ini, omnya benar-b
Vania terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh hans, dia benar-benar melihat han saat ini marah kepada dirinya namun vania sebagai seorang wanita dia tak ingin minta maaf karena itu adalah hal yang anti bagi dirinya.Mengembalikan badannya dan dia berjalan melangkahkan kakinya untuk berdiri di dekat jendela kamar apartemen vania,Dia melihat keluar arah jendela melihat langit yang sudah sangat gelap dengan saya bintang yang menerangi langit.Hans pun menatap langit dengan diamnya, dalam diamnya dia berpikir sangat begitu kekeras bagaimana caranya vania bisa mempercayai dirinya lagi."Benar kata Andre, jika vania mengundurkan diri gara-gara masalah itu." di dalam hati.Hans mengusap wajahnya dengan kasar, dan dia pun membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya kembali ke tempat tidur dimana Vania duduk di atasnya.Dan dia pun menatap Vania,"Aku tahu kenapa kamu seperti ini sama aku, aku tahu jika kamu cemburu terhadap wanita itu." ujar Hans,Dan Hans pun meraih tangan Vania, dia me
Dia menangis dipelukan bu Lita, "Aku tadi bertemu dengan teman-teman, kita bertemu di sebuah restoran yang berada di tengah-tengah kota, aku bertemu dengan teman-teman dan mereka membawa pasangannya masing-masing, dan Mama tahu? Pasangan mereka itu tampan tampan dan mereka adalah orang yang sangat kaya raya. Sedangkan aku datang sendiri." ujarnya yang bercerita kepada mamanya.Wajahnya terlihat murung, Dia terlihat begitu lesu.Lalu dia menghela nafasnya dengan panjang dia menutup matanya dengan erat lalu membukanya dengan pelan-pelan dia melihat seisi kamarnya yang sudah berantakan,Lalu dia melangkahkan kakinya untuk duduk di tepi tempat tidur."Ma aku malu, aku malu diejek sama mereka. Mereka mengatakan aku, jika aku tak pernah memiliki kekasih yang setara dengan kekasih mereka." lanjutnya.Dan bu Lita melangkahkan kakinya untuk menghampiri anaknya.Dan dia pun duduk di samping anaknya tepatnya duduk di tepi tempat tidur,Dia pun menatap wajah anaknya sambil merapikan rambutnya
Sheila yang sedang berjalan melangkahkan kakinya masuk lobby, dia berjalan dengan langkahnya yang pasti.Dia berjalan dengan ketetapan hatinya jika dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.Dan Sesampai lobby dia bertanya kepada karyawan yang bekerja di bagian lobby."Selamat siang, aku ingin ke ruangan bapak Hans. Boleh tahu dimana ruangannya?" ujarnya.Dan karyawan lobbi pun menatap Sheila, dia menatapnya dari atas sampai bawah, pandangannya terlihat begitu sangat sinis."Booleh tahu anda siapanya Bapak Hans?" tanya karyawan tersebut yang berbalik tanya kepada Sheila.Sheila yang berdiri di depan lobby dia pun mengibaskan rambut panjangnya Dia sangat kesal melihat karyawan yang sepertinya merendahkan dirinya. " Lihat saja kalau aku sudah jadi pendamping Hans, aku depak kamu." gumamnya di dalam hati.Dan Sheila pun memutar kedua bola matanya, "aku ketemu pak Hans karena aku ingin mengetahui seberapa jauh perkembangan dari usahaku, jadi aku mau ketemu sama dia saat ini juga."
Dan kini Sheila berdiri di depan Vania,Dia tengah berdiri di depan wanita yang memiliki tinggi badan yang jauh lebih tinggi darinya. Apalagi ditambah Vania memakai sebuah sepatu hak tinggi."Heehh kamu." jawab Sheila yang tak kalah sinis.Hans yang melihat situasi yang sedikit memanas dia pun beranjak dari duduknya dan dia melangkahkan kakinya mendekati Vania,Lalu dia merangkul Vania dan memeluknya dari belakang, "sudah ya sayang kamu sekarang pulang dulu kamu istirahat, kamu jangan marah-marah nanti Kamu cepet tua." ujar Hans yang menenangkan Vania.Dan Vania pun menghirup nafasnya dalam dalam, dan dia pun memutar kedua bola matanya lalu dia meraih tas yang berada di atas meja Hans dan pergi keluar dari ruangan Hans tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia pergi dari ruangan Hans meninggalkan Sheila yang sudah mulai beranjak emosi.Sheilla yang telah berdiri dia pun membulatkan matanya dengan sempurna Dia sangat terkejut kala Hans memanggil Vania dengan sebutan sayang.Mulut Sheill
"Ahh, kenapa badanku terasa begitu panas?" Vania bertanya-tanya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.Rasa panas kian menjalari seluruh tubuhnya, membuatnya gelisah tidak karuan. Ia lantas meraih minuman yang ada di depannya dan meneguknya sekaligus. Namun, bukannya merasa lega, Vania semakin merasa gerah. Kepalanya berdenyut-denyut, membuat ia mengernyitkan kening saat pandangannya mulai mengabur.Gadis itu mengangkat gelas yang berada di depannya dan menatapnya lekat. Ada sisa butiran bubuk di dasar gelas yang seketika membuatnya membelalak. "Minuman ini pasti sudah dimasukkan sesuatu!” desis Vania panik. Pandangannya langsung tertuju pada laki-laki yang berada di depannya. Pria itu menatap dirinya dengan sebuah senyum congkak tercetak di wajahnya yang keriput karena usia. “Apa yang kau masukkan ke dalam minumanku?!” geram Vania dengan mata memerah. Pria itu malah tertawa kencang. Ia memajukan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti dari Vania. “Aku tidak memasukka
"Ma—”“Sudah berani melawan mama?!" sergah Lita, ibu tirinya, tanpa membiarkan Vania menyelesaikan kalimat terlebih dahulu. Mendengar itu, Vania mendengus sinis, tak menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya."Begitu caramu balas budi pada orang tua?!” tanya Lita dengan suara semakin meninggi. “Mama cuma meminta tolong agar kamu menemani klien mama makan malam, tapi kenapa kamu malah kabur tanpa pamit?!" cecar wanita paruh baya itu. Amarahnya sudah meledak-ledak.Vania hanya bisa menganga mendengar cecaran Lita. Sepasang matanya yang sembab menatap tajam ke arah wanita itu. “Menemani klien Mama makan?” ulang Vania dengan nada tak percaya. Ia menyergah napas kasar, berusaha menekan amarah yang ikut terpancing. “Bukannya Mama ingin menjualku pada pria hidung belang itu?” Lita membelalak kaget, tidak menduga Vania akan menentangnya seperti itu. “Apa katamu? Berani-beraninya—”“Mama yang memasukkan obat perangsang ke dalam minumanku kan?” sela Vania dengan suara bergetar. “Mama sengaja
Akhirnya pun Vania memutuskan pergi ke luar negeri, Di luar negeri dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk meraih cita-citanya yang tertunda,Hari-harinya di isi dengan kerja untuk mengembangkan bakatnya. Meskipun perjuangannya begitu amatlah berat dan sulit.Kali ini dewi fortuna sedang menghampiri dirinya, takdirnya sangat begitu mulus itu semua karena yang semangat yang luar biasa dan didukung dengan kemauan yang sangat tinggi membuat dirinya sangat begitu dipercaya oleh beberapa perusahaan yang menaungi dirinya,Kini wanita yang berusia 23 tahun bisa berdiri sendiri, menghidupi dirinya sendiri dengan kekutaan dan kemauan yang sangat tinggi."Sekarang aku bisa berdiri di kaki ku sendiri." ujar Vania si wanita yang pantang menyerah. "Aku sudah sangat tak sabar menjemput kesuksesan ku." lanjutnya sambil tersenyum sinis di bibirnya dengan tangan kanan membawa sebuah gelas.Tak di pungkiri Vania berjuang sangat keras itu semua di karenakan dendam yang sangat membara di hatinya,Denda