Vania terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh hans, dia benar-benar melihat han saat ini marah kepada dirinya namun vania sebagai seorang wanita dia tak ingin minta maaf karena itu adalah hal yang anti bagi dirinya.Mengembalikan badannya dan dia berjalan melangkahkan kakinya untuk berdiri di dekat jendela kamar apartemen vania,Dia melihat keluar arah jendela melihat langit yang sudah sangat gelap dengan saya bintang yang menerangi langit.Hans pun menatap langit dengan diamnya, dalam diamnya dia berpikir sangat begitu kekeras bagaimana caranya vania bisa mempercayai dirinya lagi."Benar kata Andre, jika vania mengundurkan diri gara-gara masalah itu." di dalam hati.Hans mengusap wajahnya dengan kasar, dan dia pun membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya kembali ke tempat tidur dimana Vania duduk di atasnya.Dan dia pun menatap Vania,"Aku tahu kenapa kamu seperti ini sama aku, aku tahu jika kamu cemburu terhadap wanita itu." ujar Hans,Dan Hans pun meraih tangan Vania, dia me
Dia menangis dipelukan bu Lita, "Aku tadi bertemu dengan teman-teman, kita bertemu di sebuah restoran yang berada di tengah-tengah kota, aku bertemu dengan teman-teman dan mereka membawa pasangannya masing-masing, dan Mama tahu? Pasangan mereka itu tampan tampan dan mereka adalah orang yang sangat kaya raya. Sedangkan aku datang sendiri." ujarnya yang bercerita kepada mamanya.Wajahnya terlihat murung, Dia terlihat begitu lesu.Lalu dia menghela nafasnya dengan panjang dia menutup matanya dengan erat lalu membukanya dengan pelan-pelan dia melihat seisi kamarnya yang sudah berantakan,Lalu dia melangkahkan kakinya untuk duduk di tepi tempat tidur."Ma aku malu, aku malu diejek sama mereka. Mereka mengatakan aku, jika aku tak pernah memiliki kekasih yang setara dengan kekasih mereka." lanjutnya.Dan bu Lita melangkahkan kakinya untuk menghampiri anaknya.Dan dia pun duduk di samping anaknya tepatnya duduk di tepi tempat tidur,Dia pun menatap wajah anaknya sambil merapikan rambutnya
Sheila yang sedang berjalan melangkahkan kakinya masuk lobby, dia berjalan dengan langkahnya yang pasti.Dia berjalan dengan ketetapan hatinya jika dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.Dan Sesampai lobby dia bertanya kepada karyawan yang bekerja di bagian lobby."Selamat siang, aku ingin ke ruangan bapak Hans. Boleh tahu dimana ruangannya?" ujarnya.Dan karyawan lobbi pun menatap Sheila, dia menatapnya dari atas sampai bawah, pandangannya terlihat begitu sangat sinis."Booleh tahu anda siapanya Bapak Hans?" tanya karyawan tersebut yang berbalik tanya kepada Sheila.Sheila yang berdiri di depan lobby dia pun mengibaskan rambut panjangnya Dia sangat kesal melihat karyawan yang sepertinya merendahkan dirinya. " Lihat saja kalau aku sudah jadi pendamping Hans, aku depak kamu." gumamnya di dalam hati.Dan Sheila pun memutar kedua bola matanya, "aku ketemu pak Hans karena aku ingin mengetahui seberapa jauh perkembangan dari usahaku, jadi aku mau ketemu sama dia saat ini juga."
Dan kini Sheila berdiri di depan Vania,Dia tengah berdiri di depan wanita yang memiliki tinggi badan yang jauh lebih tinggi darinya. Apalagi ditambah Vania memakai sebuah sepatu hak tinggi."Heehh kamu." jawab Sheila yang tak kalah sinis.Hans yang melihat situasi yang sedikit memanas dia pun beranjak dari duduknya dan dia melangkahkan kakinya mendekati Vania,Lalu dia merangkul Vania dan memeluknya dari belakang, "sudah ya sayang kamu sekarang pulang dulu kamu istirahat, kamu jangan marah-marah nanti Kamu cepet tua." ujar Hans yang menenangkan Vania.Dan Vania pun menghirup nafasnya dalam dalam, dan dia pun memutar kedua bola matanya lalu dia meraih tas yang berada di atas meja Hans dan pergi keluar dari ruangan Hans tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia pergi dari ruangan Hans meninggalkan Sheila yang sudah mulai beranjak emosi.Sheilla yang telah berdiri dia pun membulatkan matanya dengan sempurna Dia sangat terkejut kala Hans memanggil Vania dengan sebutan sayang.Mulut Sheill
Di sisi lain pada sore hari, Sisilia yang berada di kamarnya dia tengah duduk di tempat tidurnya, dia tengah mencari cara bagaimana bisa bertemu dengan Hans, Sisilia sangat ingin bertemu dengannya."Hehhh aku nggak mungkin menemuinya di kantor, pasti aku akan dicuekin bisa-bisa juga aku ditinggal." gumamnya di dalam hati.Saat dia Sedang berpikir terdengar suara orang mengetuk pintu kamarnya.Tok took tttok."Masuk." teriak Sisilia yang berada di dalam kamar.Dan Silsilah pun menatap pintu kamarnya, dia ingin mengetahui Siapa orang yang ingin masuk ke dalam kamarnya.Dan Tak lama kemudian pintu pun terbuka.Ternyata yang masuk adalah kedua Bodyguard-nya.Mereka berdua berjalan masuk secara beriringan." Selamat siang nona." sapa salah satu bodyguard-nya.Sisilia yang duduk di tepi tempat tidur dia mengganggukan kepalanya." iya ada apa?" tanya Sisilia.Dan kedua bodyguardnya tersebut menunjukkan pandangannya, dan dia pun bercerita tujuannya datang menemui Sisilia."Nona, dua hari yang
Vero dan Vino yang berada di negara 4 musim dia sedang pulang dari sekolahnya.Mereka berdua turun dari mobil sambil membawa sebuah kotak yang itu sebuah kue coklat yang baru saja dibeli mereka dari sebuah toko yang berada di pinggir jalan."Kek nek lihat nih," teriak Vero.Dan mereka berdua pun masuk ke dalam rumah,Cuaca hari ini sangat begitu dingin, jauh lebih dingin dari sebelumnya.Membuat mereka menggunakan jaket yang begitu sangat tebal,Bu Lucie yang tengah berada di dapur dia pun menghentikan kegiatan masaknya,Lalu dia melangkahkan kakinya untuk ke depan melihat kedua cucunya yang baru saja pulang dari sekolah."Ahhh cucu ku sayang, bawa apa itu?" tanya bu Lucie.Dan mereka berdua yang melihat bu Lucie dari dapur langsung mengalihkan pandangannya.Dan mereka pun berlari menuju bu Lucie sambil memberikan sebuah kotak yang berisi kue coklat."Ini buat nenek," ucap Vero.Dan bu Lucie pun merasa bahagia dia pun mengambil kotak tersebut dari Vero.Lalu dia membukanya,"Wahhh ter
Dibalik ponsel suara Vania sedikit sangau.Wajahnya terlihat sedikit sayu membuat kedua anaknya merasa sangat penasaran mengapa mamanya demikian, ada hal apakah yang terjadi?"Gak kok sayang mama nggak kenapa-napa kok." jawab Vania.Kedua anak tersebut menatap wajah Vania di layar ponsel, mereka berdua masih tak percaya dengan apa yang di katakan Vania."Udah lama jangan bohong ma katakan saja ada apa, Mama kenapa?" tanya Vero.Pak Bram melihat kedua cucunya yang bisa mengerti keadaan mamanya dia pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa sangat bahagia memiliki kedua cucu yang begitu cerdas Bahkan dia memiliki empat yang tinggi.Dan dibalik layar tersebut, Vero dan Vino melihat Hans yang berada di belakangnya,Dan dia pun Melambaikan tangannya di ponsel yang di pegang oleh Vania."Hay anak-anak." sapa Hans.Vino dan Vero yang disapa oleh papa kandungnya tersebut terdiam tak menjawab malah mereka saling menatap satu sama lain.Entah apa yang mereka pikirkan.Pak Bram yang tenga
"Enggak gitu yang, kamu salah paham, aku tidak pernah memperbolehkan dia menyentuh aku, tapi aku awkward terus kamu melihat itu. Sudah itu aja, jadilah salah paham." jawab Hans,Vania yang duduk di samping Hans masih tidak mau menerima penjelasan dari Hans, dia sudah tak peduli lagi ke Hans.Hans pun menatap Vania, dengan tatapan mautnya, dia menatapnya dengan lebih dalam lagi."Oh iya pah, Vania ini keluar dari perusahaan ku karena masalah ini," ucap Hans yang mengadu ke pak Bram di balik telepon..Pak Bram di balik layar dia hanya bisa melihat adu mulut itu, dimana mereka dua-duanya tak mau mengalah, padahal kedua anak mereka juga melihat itu."Sudah ku duga." sahut Vino lirih.Ucapan Vino terdengar ke telinga pak Bram, dia merasa tak paham dengan apa yang di katakan oleh Vino,"Emang kamu menduga apa Vino?" tanya bu Lucie.Dan Vino pun menatap neneknya, dan dia pun memberikan penjelasan kepada kakek dan neneknya."Mama itu kalau di rumah suka marah-marah sama kita, meskipun sepel