Vania yang tidur membelakangi hans setiap merasakan sedikit kegelian di tubuhnya, dia menahan yang sakit kalian itu dengan menggigit bibir bawahnya.Dia memejamkan matanya erat-erat untuk menahan rasa itu keluar."Ahhh sayang." seru Vania,Harus yang mendengar kata sayang dari mulut vania membuat dia tersenyum di sudut bibirnya, akhirnya kata-kata yang diinginkannya itu dilontarkan dari mulutnya.Hans tak peduli dia pun tetap menciumi punggung belakang Vania,Lama-kelamaan vania pun sudah merasa tak tahan akan hal itu, lalu dia pun membalikkan badannya,Dan meraih bantal yang berada di kepalanya, dia memberi batas posisi antara dirinya dan Hans,"Udah jangan pegang-pegang aku, batasnya ini bantal." lanjutnya.Hans tak peduli dia pun meraih bantal itu dan diletakkan di belakangnya,Lalu dia meraih pinggul Vania, dan dia masih melakukan hal yang sama,"Aaaa ahhhh." Vania yang sudah tidak tahan lagi.Hans merasa sangat bahagia karena dia bisa membuat Vania seperti ini saat ini,Dan dia m
Namun sayang Vania yang merasa sedikit marah dia pun langsung membuang tangan dari Hans yang menimpa pada tubuhnya, "apa sih, jangan gitulah berat tahu." ujarnya yang marah. "Aku mau tidur jangan ganggu aku!" lanjutnya yang sedikit mengancam.Vania pun langsung membalikkan badannya, dia tidur sambil membelakangi Hans, dan dia meraih selimut dan menutupi dirinya, sehingga dia hanya menyisakan wajahnya saja.Hans yang berada di belakang Vania dia pun melengos, dia merasa sangat kesal kepada wanita yang dicintainya yang menolak dirinya."Haaah katanya dia mau berangkat kok tambah tidur?" tanya di dalam hatinya.Hans mengerutkan dahinya, lalu dia tersenyum di sudutnya. "Ya sudah biarin saja dia tidur, supaya nggak jadi berangkat keluar kota." lanjutnya.Hans beranjak dari tempat tidur, dan dia pun meraih remote control yang mengontrol suhu udara di kamarnya.Dia mengatur suhu udara tersebut menjadi 16 derajat. "Rasain kamu. " ucapnya lirih sambil tertawa kecil.Dan tak lama kemudian suhu
"Berapa jam lagi kita sampai?" tanya Hans kepada sopirnya,Dan sang sopir yang sudah mengemudi, dia pun melihat sebuah peta yang berada di layar ponselnya, dimana peta tersebut menunjukkan jalur yang akan ditempuhnya."Kalau menurut denah maps ini kita akan menempuh kurang lebih 4 jaman pak," jawabnya.Hans yang sedang duduk di belakang sopir dia pun melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya,Ini sudah jam 9 malam, maka akan diperkirakan sampai tujuan sekitar jam 1 dini hari.Tiba-tiba Hans menepuk jidatnya, "mati aku, aku lupa nggak bawa ponsel Vania." ujarnya lirih.Hans yang sudah berada di perjalanan kurang lebih 2 jam, dia pun sedikit bingung. Dia takut jika Vania terbangun dan dia marah karena ponselnya tidak terbawa,Namun rasa bingung itu seketika hilang dan terbitlah senyum di bibirnya, "ah kalau dipikir-pikir ada baiknya juga ponselnya tertinggal, itu artinya dia tidak bisa menghubungi siapapun dan tidak bisa dihubungi oleh orang lain. Masalah dia marah urusan belaka
Dan mereka pun berdua tidur dalam hangatnya malam meskipun di dalam ruangan yang sangat begitu dingin,Mereka tidur saling berpelukan satu sama lain.Saat Hans tidur dia tiba-tiba bermimpi, dia bermimpi membeli sebuah kalung yang dimana kalung tersebut adalah kalung sama persis di acara lelang.Di mana kalung tersebut tak bisa di daoatkan olehnya di acara lelang.,Membuat dia terbangun kembali gara-gara mimpi tersebut.Hans terbangun lalu duduk sambil bersender di tempat tidur tersebut,"Kenapa aku bermimpi tentang hal itu? Apakah Vania menginginkan kalung tersebut dalam diamnya?" tanyanya di dalam hati sambil sedikit tebak menebak.Hans pun mengalihkan pandangannya, dia memandang Vania yang telah tidur di sampingnya, "atau jangan-jangan aku saja yang terlalu terobsesi dengan barang tersebut untuk diberikan ke Vania sehingga aku bermimpi seperti ini?" lanjutnya yang masih penasaran.Hans meraih ponselnya yang terletak di dekatnya dia tidur, dan Dia melihat jam yang berada di pons
"Apakah ini adalah sebuah desa perbatasan negara yang?" tanya Vania.Hans pun menganggukan kepalanya, " iya, aku sengaja mengajakmu ke sini sekaligus survei, aku kemarin melihat di situs jejaring sosial bahwa tempat ini sangat begitu indah, jadi aku mengajakmu ke sini sayang." jawab Hans.Hans pun langsung merangkul pundak Vania dia pun mengajaknya untuk keluar dari kamar untuk segera sarapan pagi, Mau tak mau Vannia pun mengikuti apa yang diinginkan oleh Hans.Mereka berdua pun melangkahkan kakinya melewati sebuah kolam kecil, di mana kolam tersebut terdapat banyak ikan yang berwarna-warni,Vania pun menatap setiap arah, dia melihat bangunan yang berlantai 5 dimana itu adalah hotel yang paling bagus di wilayah perbatasan, dan dia juga melihat ada sebuah kamar yang berada di bawah seperti kamarnya."Kok kamar kita berada di paling belakang?" tanya Vania kepada Hans,Hans yang berjalan beriringan dengan Vania yang memakai sebuah celana pendek dan juga kaos pendek dia pun menatap Vania
Sisilia pun berjalan mendekati wanita yang tengah berdiri di depan pintu ruangan Hans, lalu dia berhenti tepat di depan wanita itu.Sisilia pun menatap wanita itu dari atas sampai bawah dan dari bawah kembali lagi ke atas, lalu dia senyum sinis di sudut bibirnya.Dia tersenyum sinis melihat penampilan wanita itu yang terkesan norak baginya, yang terlalu banyak aksesoris perhiasan printilan yang menurutnya nggak banget. " Siapa kamu, aku nggak pernah lihat kamu di sini? Jika kamu karyawan sini, pakaiannya nggak akan seperti ini." ujarnya yang membuka obrolan sambil sedikit mengejek.Sheila pun langsung mengibaskan rambut panjangnya, dia sepertinya merasa tertantang dengan ucapan wanita yang baru saja ditemuinya. " Emang kamu siapa sih ikut urusanku aja?" tanya Sheila.Sisilia pun mendekap kedua tangannya di dada dan dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku seorang wanita yang berada di depannya yang terlihat sangat norak dan tengil tersebut. "Kamu nggak tahu ya Siapa
Sisilia yang mendengar itu yang tengah berjalan dia pun langsung menghentikan langkahnya.Lalu dia menatap wajah Sheila, "Apa maksudmu mengatakan hal demikian? Nggak laku-lakunya aku aku masih kaya raya, aku bisa mendapatkan yang aku mau. Nggak kayak kamu, siapa sih kamu ini?" ujarnya sambil menatap Sheila dari atas sampai bawah dan dari bawah sampai atas kembali.Sisilia pun tersenyum sinis, Dia benar-benar sangat kesal terhadap wanita yang berada di depannya.Lalu Sisilia pun melangkahkan kakinya satu langkah ke depan untuk lebih dekat dengan Sheila, "ehhh kamu dengerin aku ya, Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan Hans, mana mau Hans dengan kamu." lanjutnya yang sedikit menghina.Mendengar perkataan Silsila yang menancap di hatinya, membuat Sheila pun mengibaskan rambutnya. "Heyyyy kamu nggak usah ke pedean jadi perempuan, aku juga nggak yakin jika pak Hans mau sama kamu, wanita yang gak punya sopan santun, cantik juga enggak, cantik kan gue lah." ujar Sheila yang tak mau kalah
Pak Bram yang berada di luar negeri, dia yang tengah berada di ruangan kerjanya mengurutkan dahinya,Anak buahnya memberitahuan kepada dirinya bahwa Vania tidak datang pada pagi hari ini."Hallo Bos Besar, hari ini Ibu Vania tidak ke sini. Saya sudah meneleponnya beberapa kali namun panggilannya tidak di jawab, dan setelah beberapa menit kemudian Nomornya tidak aktif." ujar suruhan orang dari Pak Bram.Pak Bram terkejut mendengar itu dibalik telepon, dia pun menutup panggilan teleponnya secara sepihak.Dia tengah khawatir saat ini, Dia sangat takut terjadi hal yang tidak-tidak pada Vania, mengingat sahabatnya yang bernama Ramon yang seorang pengacara yang memiliki seorang anak perempuan yang tengah jatuh cinta kepada Hans, Pak Bram takut jika Ramon melakukan hal yang tidak-tidak untuk mrnghalalkan segala cara demi putrinya.Dan pak Bram pun meraih ponsel yang terletak di atas tempat meja kerjanya, dan dia pun melakukan panggilan telepon kepada Hans anak semata wayangnya tersebut.Di