Sisilia yang mendengar itu yang tengah berjalan dia pun langsung menghentikan langkahnya.Lalu dia menatap wajah Sheila, "Apa maksudmu mengatakan hal demikian? Nggak laku-lakunya aku aku masih kaya raya, aku bisa mendapatkan yang aku mau. Nggak kayak kamu, siapa sih kamu ini?" ujarnya sambil menatap Sheila dari atas sampai bawah dan dari bawah sampai atas kembali.Sisilia pun tersenyum sinis, Dia benar-benar sangat kesal terhadap wanita yang berada di depannya.Lalu Sisilia pun melangkahkan kakinya satu langkah ke depan untuk lebih dekat dengan Sheila, "ehhh kamu dengerin aku ya, Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan Hans, mana mau Hans dengan kamu." lanjutnya yang sedikit menghina.Mendengar perkataan Silsila yang menancap di hatinya, membuat Sheila pun mengibaskan rambutnya. "Heyyyy kamu nggak usah ke pedean jadi perempuan, aku juga nggak yakin jika pak Hans mau sama kamu, wanita yang gak punya sopan santun, cantik juga enggak, cantik kan gue lah." ujar Sheila yang tak mau kalah
Pak Bram yang berada di luar negeri, dia yang tengah berada di ruangan kerjanya mengurutkan dahinya,Anak buahnya memberitahuan kepada dirinya bahwa Vania tidak datang pada pagi hari ini."Hallo Bos Besar, hari ini Ibu Vania tidak ke sini. Saya sudah meneleponnya beberapa kali namun panggilannya tidak di jawab, dan setelah beberapa menit kemudian Nomornya tidak aktif." ujar suruhan orang dari Pak Bram.Pak Bram terkejut mendengar itu dibalik telepon, dia pun menutup panggilan teleponnya secara sepihak.Dia tengah khawatir saat ini, Dia sangat takut terjadi hal yang tidak-tidak pada Vania, mengingat sahabatnya yang bernama Ramon yang seorang pengacara yang memiliki seorang anak perempuan yang tengah jatuh cinta kepada Hans, Pak Bram takut jika Ramon melakukan hal yang tidak-tidak untuk mrnghalalkan segala cara demi putrinya.Dan pak Bram pun meraih ponsel yang terletak di atas tempat meja kerjanya, dan dia pun melakukan panggilan telepon kepada Hans anak semata wayangnya tersebut.Di
Hans menghela nafasnya, sorot matanya yang tajam menatap Vania,Dia yang tengah berdiri mengalihkan pandangannya, dia pun menundukan kepalanya sambil sedikit berpikir,"Kamu tau nggak sayang, wanita waktu di lift bersama ku dan waktu itu kamu yang marah sama aku karena cemburu?" tanya Hans yang berusaha mengingatkan Vania.Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, dia teringat kembali masalah itu membuat dirinya mendesis. "Hiisss." desisnya sambil memutar kedua bola matanya.Lalu Vania pun mengalihkan pandangannya, kini dia melihat hamparan lautan dengan gelombang kecil, dengan tiupan angin yang semilir."Itu adalah anak dari pengacara yang terkenal dan dia juga adalah seorang artis. Dan bapaknya yang pengacara tersebut mengancam papa, dia mengancam papa jika aku menolak cintanya. Maka dari itu papa menginginkan kamu untuk keluar kota mengurus bisnisnya supaya gak berimbas ke kamu. Dan masalah ini aku baru saja mengerti, aku sangat setuju dengan rencana papa. Karena aku t
Vania yang merasa sangat kegelian dia pun berteriak, dia sudah tak tahan lagi dengan rasa yang berkecambuk tersebut yang menjalar di tubuhnya, "Yang udah dong geli nih." teriak Vania.Hans yang berada di atas badan Vania dia seolah tak pemberi ampun, dia terus menciumi tengkuk leher Vania. Dia seperti seseorang yang tak majan selama setahun.Seolah laki-laki yang berumur 34 tahun tersebut sedang melampiasakan hasrat di tubuhnya yang sudah terbendung sekian lama."Yang ampuuuun yanggg." teriak Vania sekali lagi.Vania tak bisa bergerak lagi, badannya sudah terkunci sehingga yang bisa dilakukannya saat ini hanya berteriak dengan bibirnya yang nenawan."Minta maaf gak sekarang yang." ujar Hans kepada Vania.Mendengar kata maaf tersebut dari mulut Hans membuat Vania terdiam, itu adalah sebuah satu kata yang sangat sulit diucapkan dirinya kepada seorang laki-laki, terutama kepada Hans.Badan Vania terus memberontak, dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman maut, meskipun itu tidak
Membuat pak Ramon pun langsung meraih ponselnya tersebut, "ya sudah kamu makan dulu sana, papa mau bekerja ya?" ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.Pak Ramon akhirnya meninggalkan meja makan yang berisi dengan berbagai makanan yang sudah siap untuk dihidangkan.Dia meninggalkan meja makan dengan entengnya, sehingga membuat Sisilia yang melihat itu dia merasa ada yang sedikit aneh, karena sikap bapaknya seperti tak biasa.Membuat Sisilia yang telah duduk di dia pun menyandarkan kepalanya.Di depan mejanya terdapat sebuah piring, dimana piring tersebut masih kosong belum ada makanan apapun yang dia ambil.Sepertinya dia sudah tidak berselera lagi untuk makan.Sisilia hanya menatap makanan yang berada di depannya, dimana makanan tersebut sudah mulai agak dingin.Lalu dia pun mengalihkan pandangannya keluar jendela, dia melihat tanaman yang berada di luar jendela yang tumbuh dengan suburnya, karena dedaunan yang sangat begitu hijau.Dalam diamnya dia pun terus berpikir, di ber
Sesampai di sebuah perumahan dimana perumahan tersebut adalah tempat tinggal dari Cantika.Pak Ramon memasukkan mobilnya di halaman rumah cantika.Sebelum dia keluar dari mobilnya dia terlebih dahulu menolehkan kepalanya kepala ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan di tempat tersebut.Dia tak ingin jika dirinya yang seorang pengacara terkenal tersebut ada yang mengetahui jika dirinya mendatangi seorang perempuan."Aman nih kelihatannya." ujar pak Ramon di dalam hati.Dan dia pun segera keluar dari mobilnya,Saat dia keluar dari mobil dia berjalan setengah berlari karena dia tak ingin ada orang yang melihatnya.Dan dia pun langsung masuk ke rumah Cantika di mana rumah tersebut tidak dikunci.Pak Ramon yang sudah berada di dalam rumah Cantika, dia pun melepas baju mantel yang berada di tubuhnya,Sehingga dia menyisakan sebuah kemeja yang masih melekat di badannya.Dan dia pun mengganti sepatunya dengan sandal yang sudah dipersiapkan oleh Cantika.Pak Ramon merasa tak sabar untuk menem
Pak Bram ingin segera menghubungi sahabatnya yang bernama Azka tersebut untuk mewujudkan keinginannya.Namun saat dia ingin menghubungi sahabatnya tersebut, kedua cucunya yang berada di luar maupun mengetuk pintu, "Kek, buka." seru Vino.Pak Bram pun yang melihat itu, dia pun langsung membukakan pintu untuk kedua cucunya.Dan mereka pun masuk ke dalam mobil."Kek cepet pulang ayo, aku lapar nih." seru Vero.Pak Bram menganggukan kepalanya. "Oke siap berangkat." jawabnya.Pak Bram melajukan kendaraannya untuk segera pulang.Karena kedua cucunya sudah tak sabar untuk sampai di rumah.Mereka sudah tak sabar untuk mencicipi hidangan yang akan disajikan oleh neneknya,Mereka berdua yang tengah duduk di kursi belakang terlihat sangat lucu,Wajahnya terlihat sangat memerah,"Kalian capek ya?" tanya pak Bram.Pak Bram melihat kedua cucunya di balik kaca."Iya kek capek sekali, aku ingin makan dan membersihkan diriku lalu aku ingin tidur." jawab Vino.**********Di sisi lain Sheilla yang be
Sepertinya suami dari Bu Lita sangat menyesal telah menikahi bu Lita.Dia pun melempar tas kerjanya yang berada di dekatnya untuk meluap rasa kesalnya terhadap istrinya tersebut.Membuat Sheilla yang melihat itu dia sedikit ketakutan, dia yang tengah duduk dia hanya bisa menelan ludahnya.Saking takutnya dia meremas kedua tangannya, untuk menetralisir detak jantung yang berada di dalam dadanya.Karena baru kali ini dia melihat papa tirinya marah besar."Apa maksud kamu?" sahut bu Lita.Bu Lita seolah tak terima dengan perlakuan dari suaminya tersebut,Dan dia pun bertanya seperti itu, entah apa maksudnya dia bertanya seperti itu. Apa mungkin dia ingin mencari penjelasan dari suaminya atau pertanyaan itu adalah sebuah pancingan untuk suaminya."Kamu masih tanya? Harusnya kamu mengerti dong, jadi wanita jangan banyak menuntut laki-laki. Kamu ini gayanya sok hedon tapi realitanya kamu suka nuntut laki-laki." jawab suaminya dengan ketus.Dan laki-laki yang sudah menikahi bu Lita seki