Hans menghela nafasnya, sorot matanya yang tajam menatap Vania,Dia yang tengah berdiri mengalihkan pandangannya, dia pun menundukan kepalanya sambil sedikit berpikir,"Kamu tau nggak sayang, wanita waktu di lift bersama ku dan waktu itu kamu yang marah sama aku karena cemburu?" tanya Hans yang berusaha mengingatkan Vania.Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, dia teringat kembali masalah itu membuat dirinya mendesis. "Hiisss." desisnya sambil memutar kedua bola matanya.Lalu Vania pun mengalihkan pandangannya, kini dia melihat hamparan lautan dengan gelombang kecil, dengan tiupan angin yang semilir."Itu adalah anak dari pengacara yang terkenal dan dia juga adalah seorang artis. Dan bapaknya yang pengacara tersebut mengancam papa, dia mengancam papa jika aku menolak cintanya. Maka dari itu papa menginginkan kamu untuk keluar kota mengurus bisnisnya supaya gak berimbas ke kamu. Dan masalah ini aku baru saja mengerti, aku sangat setuju dengan rencana papa. Karena aku t
Vania yang merasa sangat kegelian dia pun berteriak, dia sudah tak tahan lagi dengan rasa yang berkecambuk tersebut yang menjalar di tubuhnya, "Yang udah dong geli nih." teriak Vania.Hans yang berada di atas badan Vania dia seolah tak pemberi ampun, dia terus menciumi tengkuk leher Vania. Dia seperti seseorang yang tak majan selama setahun.Seolah laki-laki yang berumur 34 tahun tersebut sedang melampiasakan hasrat di tubuhnya yang sudah terbendung sekian lama."Yang ampuuuun yanggg." teriak Vania sekali lagi.Vania tak bisa bergerak lagi, badannya sudah terkunci sehingga yang bisa dilakukannya saat ini hanya berteriak dengan bibirnya yang nenawan."Minta maaf gak sekarang yang." ujar Hans kepada Vania.Mendengar kata maaf tersebut dari mulut Hans membuat Vania terdiam, itu adalah sebuah satu kata yang sangat sulit diucapkan dirinya kepada seorang laki-laki, terutama kepada Hans.Badan Vania terus memberontak, dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman maut, meskipun itu tidak
Membuat pak Ramon pun langsung meraih ponselnya tersebut, "ya sudah kamu makan dulu sana, papa mau bekerja ya?" ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.Pak Ramon akhirnya meninggalkan meja makan yang berisi dengan berbagai makanan yang sudah siap untuk dihidangkan.Dia meninggalkan meja makan dengan entengnya, sehingga membuat Sisilia yang melihat itu dia merasa ada yang sedikit aneh, karena sikap bapaknya seperti tak biasa.Membuat Sisilia yang telah duduk di dia pun menyandarkan kepalanya.Di depan mejanya terdapat sebuah piring, dimana piring tersebut masih kosong belum ada makanan apapun yang dia ambil.Sepertinya dia sudah tidak berselera lagi untuk makan.Sisilia hanya menatap makanan yang berada di depannya, dimana makanan tersebut sudah mulai agak dingin.Lalu dia pun mengalihkan pandangannya keluar jendela, dia melihat tanaman yang berada di luar jendela yang tumbuh dengan suburnya, karena dedaunan yang sangat begitu hijau.Dalam diamnya dia pun terus berpikir, di ber
Sesampai di sebuah perumahan dimana perumahan tersebut adalah tempat tinggal dari Cantika.Pak Ramon memasukkan mobilnya di halaman rumah cantika.Sebelum dia keluar dari mobilnya dia terlebih dahulu menolehkan kepalanya kepala ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan di tempat tersebut.Dia tak ingin jika dirinya yang seorang pengacara terkenal tersebut ada yang mengetahui jika dirinya mendatangi seorang perempuan."Aman nih kelihatannya." ujar pak Ramon di dalam hati.Dan dia pun segera keluar dari mobilnya,Saat dia keluar dari mobil dia berjalan setengah berlari karena dia tak ingin ada orang yang melihatnya.Dan dia pun langsung masuk ke rumah Cantika di mana rumah tersebut tidak dikunci.Pak Ramon yang sudah berada di dalam rumah Cantika, dia pun melepas baju mantel yang berada di tubuhnya,Sehingga dia menyisakan sebuah kemeja yang masih melekat di badannya.Dan dia pun mengganti sepatunya dengan sandal yang sudah dipersiapkan oleh Cantika.Pak Ramon merasa tak sabar untuk menem
Pak Bram ingin segera menghubungi sahabatnya yang bernama Azka tersebut untuk mewujudkan keinginannya.Namun saat dia ingin menghubungi sahabatnya tersebut, kedua cucunya yang berada di luar maupun mengetuk pintu, "Kek, buka." seru Vino.Pak Bram pun yang melihat itu, dia pun langsung membukakan pintu untuk kedua cucunya.Dan mereka pun masuk ke dalam mobil."Kek cepet pulang ayo, aku lapar nih." seru Vero.Pak Bram menganggukan kepalanya. "Oke siap berangkat." jawabnya.Pak Bram melajukan kendaraannya untuk segera pulang.Karena kedua cucunya sudah tak sabar untuk sampai di rumah.Mereka sudah tak sabar untuk mencicipi hidangan yang akan disajikan oleh neneknya,Mereka berdua yang tengah duduk di kursi belakang terlihat sangat lucu,Wajahnya terlihat sangat memerah,"Kalian capek ya?" tanya pak Bram.Pak Bram melihat kedua cucunya di balik kaca."Iya kek capek sekali, aku ingin makan dan membersihkan diriku lalu aku ingin tidur." jawab Vino.**********Di sisi lain Sheilla yang be
Sepertinya suami dari Bu Lita sangat menyesal telah menikahi bu Lita.Dia pun melempar tas kerjanya yang berada di dekatnya untuk meluap rasa kesalnya terhadap istrinya tersebut.Membuat Sheilla yang melihat itu dia sedikit ketakutan, dia yang tengah duduk dia hanya bisa menelan ludahnya.Saking takutnya dia meremas kedua tangannya, untuk menetralisir detak jantung yang berada di dalam dadanya.Karena baru kali ini dia melihat papa tirinya marah besar."Apa maksud kamu?" sahut bu Lita.Bu Lita seolah tak terima dengan perlakuan dari suaminya tersebut,Dan dia pun bertanya seperti itu, entah apa maksudnya dia bertanya seperti itu. Apa mungkin dia ingin mencari penjelasan dari suaminya atau pertanyaan itu adalah sebuah pancingan untuk suaminya."Kamu masih tanya? Harusnya kamu mengerti dong, jadi wanita jangan banyak menuntut laki-laki. Kamu ini gayanya sok hedon tapi realitanya kamu suka nuntut laki-laki." jawab suaminya dengan ketus.Dan laki-laki yang sudah menikahi bu Lita seki
Hans menatap kepergian dari Vania, di dalam hatinya terdapat sebuah perasaan berat yang tak bisa dijelaskan namun bagaimana lagi semua harus dijalani demi masa depan.Vania yang telah pergi meninggalkan dirinya sehingga keberadaannya kini telah hilang dari pelupuk matanya membuat Hans membalikkan badannya.Kini dia harus segera berangkat bekerja, karena di kantornya ada beberapa agenda yang mengharuskan dirinya hadir.Hans yang berjalan keluar dari bandara memakai sebuah celana hitam dengan kemeja yang berwarna coklat tak lupa dia memakai sebuah jaket yang berwarna hitam, Dia berjalan dengan sangat begitu tampan,Sangat terlihat jelas di Aura wajahnya Jika dia adalah orang yang berada.Saat Hans sedang berjalan terdengar suara ponselnya yang berdering di sakunya,Membuat Hans menghentikan langkahnya dan dia meraih ponselnya.Dan terlihat di layar ponselnya terdapat nama sang asisten sedang menelpon."Ada apa?" tanya Hans yang membuka obrolan dengan asistennya."Bos segera ke kantor ad
Melihat orang yang berada di ruang rapat semua terdiam mendengar ucapan Hans karena apa yang diucapkan oleh Hans itu ada benarnya juga.Sangat sulit untuk membuka sebuah usaha yang memiliki nama yang sangat terkenal dengan harga yang sangat fantastis apalagi ini adalah dunia fashion itu jauh lebih sulit karena kebanyak konsumen yang Beli brand yang sangat terkenal dengan harga yang tinggi itu adalah untuk koleksi."Untuk kamu saya sarankan tidak untuk membuka usaha di tempat tersebut, jika kamu ingin membukanya silakan tapi saya tidak akan memberikan sebuah penanaman modal, karena saya tidak yakin saya bisa dapat laba per tahunnya dri tempat tersebut." jawab Hans.Dan Hans menatap Sheilla dengan sedikit sinis pasalnya Hans mengetahui siapa Sheilla dari cerita Vania.Saat itu Vania menceritakan kepada Hans tentang rumah yang akan di jadikan usaha oleh Sheilla dimana rumah tersebut adalah rumah neneknya yang di ambil paksa oleh papanya yang sekarang menikah dengan mama Sheilla."Tern