Dan mereka pun berdua tidur dalam hangatnya malam meskipun di dalam ruangan yang sangat begitu dingin,Mereka tidur saling berpelukan satu sama lain.Saat Hans tidur dia tiba-tiba bermimpi, dia bermimpi membeli sebuah kalung yang dimana kalung tersebut adalah kalung sama persis di acara lelang.Di mana kalung tersebut tak bisa di daoatkan olehnya di acara lelang.,Membuat dia terbangun kembali gara-gara mimpi tersebut.Hans terbangun lalu duduk sambil bersender di tempat tidur tersebut,"Kenapa aku bermimpi tentang hal itu? Apakah Vania menginginkan kalung tersebut dalam diamnya?" tanyanya di dalam hati sambil sedikit tebak menebak.Hans pun mengalihkan pandangannya, dia memandang Vania yang telah tidur di sampingnya, "atau jangan-jangan aku saja yang terlalu terobsesi dengan barang tersebut untuk diberikan ke Vania sehingga aku bermimpi seperti ini?" lanjutnya yang masih penasaran.Hans meraih ponselnya yang terletak di dekatnya dia tidur, dan Dia melihat jam yang berada di pons
"Apakah ini adalah sebuah desa perbatasan negara yang?" tanya Vania.Hans pun menganggukan kepalanya, " iya, aku sengaja mengajakmu ke sini sekaligus survei, aku kemarin melihat di situs jejaring sosial bahwa tempat ini sangat begitu indah, jadi aku mengajakmu ke sini sayang." jawab Hans.Hans pun langsung merangkul pundak Vania dia pun mengajaknya untuk keluar dari kamar untuk segera sarapan pagi, Mau tak mau Vannia pun mengikuti apa yang diinginkan oleh Hans.Mereka berdua pun melangkahkan kakinya melewati sebuah kolam kecil, di mana kolam tersebut terdapat banyak ikan yang berwarna-warni,Vania pun menatap setiap arah, dia melihat bangunan yang berlantai 5 dimana itu adalah hotel yang paling bagus di wilayah perbatasan, dan dia juga melihat ada sebuah kamar yang berada di bawah seperti kamarnya."Kok kamar kita berada di paling belakang?" tanya Vania kepada Hans,Hans yang berjalan beriringan dengan Vania yang memakai sebuah celana pendek dan juga kaos pendek dia pun menatap Vania
Sisilia pun berjalan mendekati wanita yang tengah berdiri di depan pintu ruangan Hans, lalu dia berhenti tepat di depan wanita itu.Sisilia pun menatap wanita itu dari atas sampai bawah dan dari bawah kembali lagi ke atas, lalu dia senyum sinis di sudut bibirnya.Dia tersenyum sinis melihat penampilan wanita itu yang terkesan norak baginya, yang terlalu banyak aksesoris perhiasan printilan yang menurutnya nggak banget. " Siapa kamu, aku nggak pernah lihat kamu di sini? Jika kamu karyawan sini, pakaiannya nggak akan seperti ini." ujarnya yang membuka obrolan sambil sedikit mengejek.Sheila pun langsung mengibaskan rambut panjangnya, dia sepertinya merasa tertantang dengan ucapan wanita yang baru saja ditemuinya. " Emang kamu siapa sih ikut urusanku aja?" tanya Sheila.Sisilia pun mendekap kedua tangannya di dada dan dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku seorang wanita yang berada di depannya yang terlihat sangat norak dan tengil tersebut. "Kamu nggak tahu ya Siapa
Sisilia yang mendengar itu yang tengah berjalan dia pun langsung menghentikan langkahnya.Lalu dia menatap wajah Sheila, "Apa maksudmu mengatakan hal demikian? Nggak laku-lakunya aku aku masih kaya raya, aku bisa mendapatkan yang aku mau. Nggak kayak kamu, siapa sih kamu ini?" ujarnya sambil menatap Sheila dari atas sampai bawah dan dari bawah sampai atas kembali.Sisilia pun tersenyum sinis, Dia benar-benar sangat kesal terhadap wanita yang berada di depannya.Lalu Sisilia pun melangkahkan kakinya satu langkah ke depan untuk lebih dekat dengan Sheila, "ehhh kamu dengerin aku ya, Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan Hans, mana mau Hans dengan kamu." lanjutnya yang sedikit menghina.Mendengar perkataan Silsila yang menancap di hatinya, membuat Sheila pun mengibaskan rambutnya. "Heyyyy kamu nggak usah ke pedean jadi perempuan, aku juga nggak yakin jika pak Hans mau sama kamu, wanita yang gak punya sopan santun, cantik juga enggak, cantik kan gue lah." ujar Sheila yang tak mau kalah
Pak Bram yang berada di luar negeri, dia yang tengah berada di ruangan kerjanya mengurutkan dahinya,Anak buahnya memberitahuan kepada dirinya bahwa Vania tidak datang pada pagi hari ini."Hallo Bos Besar, hari ini Ibu Vania tidak ke sini. Saya sudah meneleponnya beberapa kali namun panggilannya tidak di jawab, dan setelah beberapa menit kemudian Nomornya tidak aktif." ujar suruhan orang dari Pak Bram.Pak Bram terkejut mendengar itu dibalik telepon, dia pun menutup panggilan teleponnya secara sepihak.Dia tengah khawatir saat ini, Dia sangat takut terjadi hal yang tidak-tidak pada Vania, mengingat sahabatnya yang bernama Ramon yang seorang pengacara yang memiliki seorang anak perempuan yang tengah jatuh cinta kepada Hans, Pak Bram takut jika Ramon melakukan hal yang tidak-tidak untuk mrnghalalkan segala cara demi putrinya.Dan pak Bram pun meraih ponsel yang terletak di atas tempat meja kerjanya, dan dia pun melakukan panggilan telepon kepada Hans anak semata wayangnya tersebut.Di
Hans menghela nafasnya, sorot matanya yang tajam menatap Vania,Dia yang tengah berdiri mengalihkan pandangannya, dia pun menundukan kepalanya sambil sedikit berpikir,"Kamu tau nggak sayang, wanita waktu di lift bersama ku dan waktu itu kamu yang marah sama aku karena cemburu?" tanya Hans yang berusaha mengingatkan Vania.Vania yang mendengar itu dia pun mengerutkan dahinya, dia teringat kembali masalah itu membuat dirinya mendesis. "Hiisss." desisnya sambil memutar kedua bola matanya.Lalu Vania pun mengalihkan pandangannya, kini dia melihat hamparan lautan dengan gelombang kecil, dengan tiupan angin yang semilir."Itu adalah anak dari pengacara yang terkenal dan dia juga adalah seorang artis. Dan bapaknya yang pengacara tersebut mengancam papa, dia mengancam papa jika aku menolak cintanya. Maka dari itu papa menginginkan kamu untuk keluar kota mengurus bisnisnya supaya gak berimbas ke kamu. Dan masalah ini aku baru saja mengerti, aku sangat setuju dengan rencana papa. Karena aku t
Vania yang merasa sangat kegelian dia pun berteriak, dia sudah tak tahan lagi dengan rasa yang berkecambuk tersebut yang menjalar di tubuhnya, "Yang udah dong geli nih." teriak Vania.Hans yang berada di atas badan Vania dia seolah tak pemberi ampun, dia terus menciumi tengkuk leher Vania. Dia seperti seseorang yang tak majan selama setahun.Seolah laki-laki yang berumur 34 tahun tersebut sedang melampiasakan hasrat di tubuhnya yang sudah terbendung sekian lama."Yang ampuuuun yanggg." teriak Vania sekali lagi.Vania tak bisa bergerak lagi, badannya sudah terkunci sehingga yang bisa dilakukannya saat ini hanya berteriak dengan bibirnya yang nenawan."Minta maaf gak sekarang yang." ujar Hans kepada Vania.Mendengar kata maaf tersebut dari mulut Hans membuat Vania terdiam, itu adalah sebuah satu kata yang sangat sulit diucapkan dirinya kepada seorang laki-laki, terutama kepada Hans.Badan Vania terus memberontak, dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman maut, meskipun itu tidak
Membuat pak Ramon pun langsung meraih ponselnya tersebut, "ya sudah kamu makan dulu sana, papa mau bekerja ya?" ujarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.Pak Ramon akhirnya meninggalkan meja makan yang berisi dengan berbagai makanan yang sudah siap untuk dihidangkan.Dia meninggalkan meja makan dengan entengnya, sehingga membuat Sisilia yang melihat itu dia merasa ada yang sedikit aneh, karena sikap bapaknya seperti tak biasa.Membuat Sisilia yang telah duduk di dia pun menyandarkan kepalanya.Di depan mejanya terdapat sebuah piring, dimana piring tersebut masih kosong belum ada makanan apapun yang dia ambil.Sepertinya dia sudah tidak berselera lagi untuk makan.Sisilia hanya menatap makanan yang berada di depannya, dimana makanan tersebut sudah mulai agak dingin.Lalu dia pun mengalihkan pandangannya keluar jendela, dia melihat tanaman yang berada di luar jendela yang tumbuh dengan suburnya, karena dedaunan yang sangat begitu hijau.Dalam diamnya dia pun terus berpikir, di ber