Dibalik ponsel suara Vania sedikit sangau.Wajahnya terlihat sedikit sayu membuat kedua anaknya merasa sangat penasaran mengapa mamanya demikian, ada hal apakah yang terjadi?"Gak kok sayang mama nggak kenapa-napa kok." jawab Vania.Kedua anak tersebut menatap wajah Vania di layar ponsel, mereka berdua masih tak percaya dengan apa yang di katakan Vania."Udah lama jangan bohong ma katakan saja ada apa, Mama kenapa?" tanya Vero.Pak Bram melihat kedua cucunya yang bisa mengerti keadaan mamanya dia pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa sangat bahagia memiliki kedua cucu yang begitu cerdas Bahkan dia memiliki empat yang tinggi.Dan dibalik layar tersebut, Vero dan Vino melihat Hans yang berada di belakangnya,Dan dia pun Melambaikan tangannya di ponsel yang di pegang oleh Vania."Hay anak-anak." sapa Hans.Vino dan Vero yang disapa oleh papa kandungnya tersebut terdiam tak menjawab malah mereka saling menatap satu sama lain.Entah apa yang mereka pikirkan.Pak Bram yang tenga
"Enggak gitu yang, kamu salah paham, aku tidak pernah memperbolehkan dia menyentuh aku, tapi aku awkward terus kamu melihat itu. Sudah itu aja, jadilah salah paham." jawab Hans,Vania yang duduk di samping Hans masih tidak mau menerima penjelasan dari Hans, dia sudah tak peduli lagi ke Hans.Hans pun menatap Vania, dengan tatapan mautnya, dia menatapnya dengan lebih dalam lagi."Oh iya pah, Vania ini keluar dari perusahaan ku karena masalah ini," ucap Hans yang mengadu ke pak Bram di balik telepon..Pak Bram di balik layar dia hanya bisa melihat adu mulut itu, dimana mereka dua-duanya tak mau mengalah, padahal kedua anak mereka juga melihat itu."Sudah ku duga." sahut Vino lirih.Ucapan Vino terdengar ke telinga pak Bram, dia merasa tak paham dengan apa yang di katakan oleh Vino,"Emang kamu menduga apa Vino?" tanya bu Lucie.Dan Vino pun menatap neneknya, dan dia pun memberikan penjelasan kepada kakek dan neneknya."Mama itu kalau di rumah suka marah-marah sama kita, meskipun sepel
Vania yang tidur membelakangi hans setiap merasakan sedikit kegelian di tubuhnya, dia menahan yang sakit kalian itu dengan menggigit bibir bawahnya.Dia memejamkan matanya erat-erat untuk menahan rasa itu keluar."Ahhh sayang." seru Vania,Harus yang mendengar kata sayang dari mulut vania membuat dia tersenyum di sudut bibirnya, akhirnya kata-kata yang diinginkannya itu dilontarkan dari mulutnya.Hans tak peduli dia pun tetap menciumi punggung belakang Vania,Lama-kelamaan vania pun sudah merasa tak tahan akan hal itu, lalu dia pun membalikkan badannya,Dan meraih bantal yang berada di kepalanya, dia memberi batas posisi antara dirinya dan Hans,"Udah jangan pegang-pegang aku, batasnya ini bantal." lanjutnya.Hans tak peduli dia pun meraih bantal itu dan diletakkan di belakangnya,Lalu dia meraih pinggul Vania, dan dia masih melakukan hal yang sama,"Aaaa ahhhh." Vania yang sudah tidak tahan lagi.Hans merasa sangat bahagia karena dia bisa membuat Vania seperti ini saat ini,Dan dia m
Namun sayang Vania yang merasa sedikit marah dia pun langsung membuang tangan dari Hans yang menimpa pada tubuhnya, "apa sih, jangan gitulah berat tahu." ujarnya yang marah. "Aku mau tidur jangan ganggu aku!" lanjutnya yang sedikit mengancam.Vania pun langsung membalikkan badannya, dia tidur sambil membelakangi Hans, dan dia meraih selimut dan menutupi dirinya, sehingga dia hanya menyisakan wajahnya saja.Hans yang berada di belakang Vania dia pun melengos, dia merasa sangat kesal kepada wanita yang dicintainya yang menolak dirinya."Haaah katanya dia mau berangkat kok tambah tidur?" tanya di dalam hatinya.Hans mengerutkan dahinya, lalu dia tersenyum di sudutnya. "Ya sudah biarin saja dia tidur, supaya nggak jadi berangkat keluar kota." lanjutnya.Hans beranjak dari tempat tidur, dan dia pun meraih remote control yang mengontrol suhu udara di kamarnya.Dia mengatur suhu udara tersebut menjadi 16 derajat. "Rasain kamu. " ucapnya lirih sambil tertawa kecil.Dan tak lama kemudian suhu
"Berapa jam lagi kita sampai?" tanya Hans kepada sopirnya,Dan sang sopir yang sudah mengemudi, dia pun melihat sebuah peta yang berada di layar ponselnya, dimana peta tersebut menunjukkan jalur yang akan ditempuhnya."Kalau menurut denah maps ini kita akan menempuh kurang lebih 4 jaman pak," jawabnya.Hans yang sedang duduk di belakang sopir dia pun melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya,Ini sudah jam 9 malam, maka akan diperkirakan sampai tujuan sekitar jam 1 dini hari.Tiba-tiba Hans menepuk jidatnya, "mati aku, aku lupa nggak bawa ponsel Vania." ujarnya lirih.Hans yang sudah berada di perjalanan kurang lebih 2 jam, dia pun sedikit bingung. Dia takut jika Vania terbangun dan dia marah karena ponselnya tidak terbawa,Namun rasa bingung itu seketika hilang dan terbitlah senyum di bibirnya, "ah kalau dipikir-pikir ada baiknya juga ponselnya tertinggal, itu artinya dia tidak bisa menghubungi siapapun dan tidak bisa dihubungi oleh orang lain. Masalah dia marah urusan belaka
Dan mereka pun berdua tidur dalam hangatnya malam meskipun di dalam ruangan yang sangat begitu dingin,Mereka tidur saling berpelukan satu sama lain.Saat Hans tidur dia tiba-tiba bermimpi, dia bermimpi membeli sebuah kalung yang dimana kalung tersebut adalah kalung sama persis di acara lelang.Di mana kalung tersebut tak bisa di daoatkan olehnya di acara lelang.,Membuat dia terbangun kembali gara-gara mimpi tersebut.Hans terbangun lalu duduk sambil bersender di tempat tidur tersebut,"Kenapa aku bermimpi tentang hal itu? Apakah Vania menginginkan kalung tersebut dalam diamnya?" tanyanya di dalam hati sambil sedikit tebak menebak.Hans pun mengalihkan pandangannya, dia memandang Vania yang telah tidur di sampingnya, "atau jangan-jangan aku saja yang terlalu terobsesi dengan barang tersebut untuk diberikan ke Vania sehingga aku bermimpi seperti ini?" lanjutnya yang masih penasaran.Hans meraih ponselnya yang terletak di dekatnya dia tidur, dan Dia melihat jam yang berada di pons
"Apakah ini adalah sebuah desa perbatasan negara yang?" tanya Vania.Hans pun menganggukan kepalanya, " iya, aku sengaja mengajakmu ke sini sekaligus survei, aku kemarin melihat di situs jejaring sosial bahwa tempat ini sangat begitu indah, jadi aku mengajakmu ke sini sayang." jawab Hans.Hans pun langsung merangkul pundak Vania dia pun mengajaknya untuk keluar dari kamar untuk segera sarapan pagi, Mau tak mau Vannia pun mengikuti apa yang diinginkan oleh Hans.Mereka berdua pun melangkahkan kakinya melewati sebuah kolam kecil, di mana kolam tersebut terdapat banyak ikan yang berwarna-warni,Vania pun menatap setiap arah, dia melihat bangunan yang berlantai 5 dimana itu adalah hotel yang paling bagus di wilayah perbatasan, dan dia juga melihat ada sebuah kamar yang berada di bawah seperti kamarnya."Kok kamar kita berada di paling belakang?" tanya Vania kepada Hans,Hans yang berjalan beriringan dengan Vania yang memakai sebuah celana pendek dan juga kaos pendek dia pun menatap Vania
Sisilia pun berjalan mendekati wanita yang tengah berdiri di depan pintu ruangan Hans, lalu dia berhenti tepat di depan wanita itu.Sisilia pun menatap wanita itu dari atas sampai bawah dan dari bawah kembali lagi ke atas, lalu dia senyum sinis di sudut bibirnya.Dia tersenyum sinis melihat penampilan wanita itu yang terkesan norak baginya, yang terlalu banyak aksesoris perhiasan printilan yang menurutnya nggak banget. " Siapa kamu, aku nggak pernah lihat kamu di sini? Jika kamu karyawan sini, pakaiannya nggak akan seperti ini." ujarnya yang membuka obrolan sambil sedikit mengejek.Sheila pun langsung mengibaskan rambut panjangnya, dia sepertinya merasa tertantang dengan ucapan wanita yang baru saja ditemuinya. " Emang kamu siapa sih ikut urusanku aja?" tanya Sheila.Sisilia pun mendekap kedua tangannya di dada dan dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku seorang wanita yang berada di depannya yang terlihat sangat norak dan tengil tersebut. "Kamu nggak tahu ya Siapa