Adam pun geram karena merasa menyesal membiarkan Angelina memilih menikah dengan orang yang dia cintai dulu.
Memang Adam tidak suka pada Hendra, tapi karena adiknya itu yang memilih sendiri calon suaminya dan demi kebahagiaan Angelina, Adam pun dengan rela merestui hubungan mereka.Sebelum menikah dengan adiknya, waktu itu Hendra hanyalah seorang karyawan biasa. Dan juga berkat adiknya juga dia bisa mengembangkan bisnis perusahaannya hingga sebesar sekarang.Tapi dengan kasus belakangan ini setelah Hendra membuat rencana yang selalu menyusahkan Samuel, anaknya. Hal itu semakin membuat Adam membencinya dan yakin kalau dia itu hanya tamak soal harta."Kalian harus waspada dengan Hendra! Aku tidak tahu apalagi yang sudah direncanakan olehnya sebelum ini. Dan aku tidak ingin dia selangkah maju di depan kita! Kita harus bisa menutup setiap celah sekecil apapun itu!" titahnya dengan penuh penekanan."Lalu bagaimana, Pa? Apa kita kirim saja Om HSementara itu…Adam yang kembali teringat untuk menelpon Angelina, segera menghentikan aktivitasnya.Lagipula sebentar lagi waktunya untuk pulang.Dia pun mengeluarkan ponsel lalu mencoba menelepon adiknya itu.["Ada apa lagi, Mas?"]Kali ini Angelina menjawab telepon langsung dengan pertanyaan seperti itu. Tidak ramah tamah seperti biasanya. Adam yakin itu tandanya Angelina masih marah padanya."Aku ingin memberitahukan satu hal yang penting padamu. Mungkin kalau aku mengajak bertemu kamu tidak mau, jadi aku akan membicarakan hal ini langsung di telepon," ungkapnya mulai bicara.Adam tidak ingin membuang-buang waktu lagi.Karena sepertinya percuma saja kalau minta bertemu, Angelina pasti tidak akan mau.["Cepat katakan, Mas! Aku tidak punya banyak waktu!" pintanya tidak sabaran.]Adam menghela napas berat lalu berkata, "Aku mengetahui masa lalu dari suamimu dan ternyata dia adalah seorang pema
Dion tidak percaya kalau pemuda di depannya ini adalah pewaris perusahaan besar yang selama ini banyak dibicarakan oleh rekan bisnisnya.Padahal dia sangat yakin kalau Sam hanya karyawan biasa yang menjalankan perintah atasannya.Johan pasti sudah salah orang."Sudahlah, Pak Johan. Aku sudah katakan padanya untuk berhenti berlagak, tapi sepertinya memang sifatnya seperti itu. Aku jadi ragu untuk melanjutkan kerjasama kita," kali ini Sam yang mengintimidasi mereka.Mendengar itu Johan menjadi takut dan terancam kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan Galaxi."Saya mewakili teman saya, mohon maaf, Tuan. A-ayo, mari silahkan masuk dulu ke dalam!" pintanya dengan bicara terbata karena gugup."Baiklah. Satu lagi, semua yang mereka pesan di meja itu gratis! Karena aku yang akan membayarnya!" Sam memutar kembali kata-kata Dion tadi."Iya, Tuan. Ma-maaf sekali lagi sudah membuat Anda tidak nyaman!" Johan merasa ber
Gadis itu adalah Dinda. Mantan pacar Sam yang mata duitan.Pacarnya Reno, juga ikut melihat ke arah yang ditunjukkan oleh kekasihnya."Iya, kamu benar! Kebetulan sekali kita bertemu dia di sini! Kita harus memanfaatkan hal ini sebaik mungkin. Apa kamu punya rencana dadakan?" Reno bertanya dengan senyuman misterius."Baiklah! Aku pikir dulu!" jawabnya cepat.Dia melirik ke arah Sam yang ditemani oleh Arya dan satu pria lagi yang tidak dikenalnya.Tapi bukan itu masalahnya sekarang.Mereka harus memutar otak, bagaimana caranya membalaskan dendam dan sakit hatinya pada Sam.Apalagi setelah hotel Reno dibeli oleh Sam, Dinda seperti kehilangan separuh mesin ATMnya.Senyum licik pun terbit di bibirnya yang berlipstik pink itu."Aku ada ide, Sayang. Kamu tunggu saja di luar! Jangan duduk di sini. Biar dia percaya!" bisiknya pelan."Ok, sip!" jawab pemuda itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.Reno ti
Sebelum itu..Sam baru saja keluar menuju parkiran.Tapi alangkah terkejutnya Juna saat melihat kedua ban mobil itu sudah kempes."Tuan, sepertinya ban mobilnya kempes?" ucapnya sambil berjongkok memeriksa."Apa? Bagaimana kita bisa kembali ke kantor? Aku tidak bisa mengantar Sarah kalau begini! Coba kamu periksa lagi!" teriaknya dengan marah sambil menyisir rambutnya dengan kasar."Baik, Tuan!"Juna pun kembali melihat ban depan dan belakang, memeriksa dengan teliti dan benar pada bagian ban itu dan ternyata bautnya longgar."Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan meminta pihak hotel untuk menelpon bengkel," Sam hanya mengangguk, lalu dia menendang salah satu ban itu untuk meluapkan kekesalannya.Juna meminta karyawan hotel membawa mobil Sam untuk diperbaiki.Setelah itu dia kembali menemui Tuannya."Sekarang bagaimana, Tuan? Apa kita jadi menjemput Nona Sarah atau bagaimana?" tanya Juna menung
"Apa? Kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Kenapa tidak dari tadi sebelum mereka pergi membawa Sarah?!" Sam langsung naik pitam.["Maaf, Bos. Saya tadi buru-buru mengikuti mobil mereka sebelum kehilangan jejak. Tapi saat ini Nona Sarah sedang baik-baik saja, sepertinya dia hanya pingsan. Mobil mereka masih di sana, Bos!" pria itu berusaha menjelaskan alasannya.]Sam mengusap wajahnya dengan kasar."Lalu kemana mereka membawa Sarah?" suaranya sedikit melunak sekarang.["Di gudang kosong, Bos. Saya akan mengirimkan lokasinya segera, Bos!" jawabnya mantap.]"Oke, aku maafkan kau kali ini! Tetap tunggu di sana dan pantau terus apa yang mereka lakukan! Tunggu sampai aku tiba, kau paham?!" titahnya dengan nada dingin.["Baik, Bos!" jawab pria itu mengerti.]Telepon pun dimatikan."Sial!!!" Sam mengumpat karena lagi-lagi kecolongan.Dia menyesal sudah meninggalkan hotel itu tanpa menemui Sarah terlebih dahu
Sarah perlahan-lahan membuka matanya. Cahaya penerangan yang minim membuatnya kesulitan untuk mengenali tempat itu.Dia merasa tubuhnya pegal dan tidak bisa digerakkan.Sarah pun melihat sekitar dan menyadari saat ini dia sedang duduk di kursi dan masih mengenakan baju yang sama yaitu seragam kerjanya.'Ya Tuhan! Aku ada dimana?' hatinya menjerit takut.Dia melihat sekeliling yang penuh dengan barang tidak terpakai dan berdebu."Hmmmmpphhh!"(Tolong, lepaskan aku!)Mulutnya masih dilakban jadi tidak bisa mengeluarkan suara.Kaki dan tangannya pun dalam keadaan terikat.Sarah berusaha melepaskan ikatan tangannya di belakang kursi dengan meronta dan memutar lengannya. Tapi ikatan itu terlalu kuat hingga membuat kulitnya perih.Akhirnya dia hanya bisa menangis karena kesakitan dan juga ketakutan.'Sam, selamatkan aku! Aku takut! Cepatlah datang, Sam! Ya
"Kita buang saja ke jurang, Tuan?" jawab Juna dengan senyuman jahil.Mereka berdua pun tertawa dengan keras.Reno yang mendengar ucapan mereka, mendadak bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar-benar terjadi.Rasanya dia ingin sekali kabur dari sana tapi tubuhnya sudah tidak berdaya.Reno pun berusaha meronta dengan sisa tenaganya, "Lepaskan aku bedebah! Lepas!" teriaknya dengan suara yang parau.Sam pun menghampiri Reno yang tergeletak di tanah.Dia mencengkram wajahnya yang sebagian ada memar di pipi karena dipukul oleh Juna tadi."Tenang saja, Reno. Aku cuma bercanda kok! Kau akan aku bawa ke tempat lain yaitu penjara! Selamat membusuk di sana, ya!" bisik Sam tepat di depan wajahnya.Mata Reno membulat sempurna mendengar itu."Sialan!" umpatnya kesal.Dia terlalu meremehkan Sam. Meskipun mereka sudah menyewa preman yang banyak tapi hasilnya mereka tetap kalah dan tidak mendapatkan apapun dari renca
Sarah tampak cantik dengan dress berwarna peach berlengan panjang dengan sepatu high heels lima senti berwarna cream dan dia juga memakai aksesoris yang tidak berlebihan.Semua yang melekat di tubuhnya sangat cocok dan pas untuk gadis sederhana seperti dia.Sam sampai pangling melihat penampilan pacarnya yang tidak biasanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Sarah yang risih karena dia tidak berhenti dari tadi melihatnya."Aku hanya kagum. Ternyata pacarku sangat cantik!" pujinya tulus sambil menjawil dagu Sarah.Gadis itu hanya tersipu malu, "Kamu selalu mengatakan itu setiap kali melihatku. Tidak peduli aku memakai baju apapun,""Nah! Itu kamu tahu!" jawab Sam dengan alis yang naik turun.Dia memang sengaja menggoda kekasihnya itu.Sam tahu kalau Sarah gugup untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, jadi dia berusaha untuk bertingkah sekonyol mungkin untuk merilekskan pikiran gadis itu dan menghilangkan ras