Sarah tampak cantik dengan dress berwarna peach berlengan panjang dengan sepatu high heels lima senti berwarna cream dan dia juga memakai aksesoris yang tidak berlebihan.
Semua yang melekat di tubuhnya sangat cocok dan pas untuk gadis sederhana seperti dia.Sam sampai pangling melihat penampilan pacarnya yang tidak biasanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Sarah yang risih karena dia tidak berhenti dari tadi melihatnya."Aku hanya kagum. Ternyata pacarku sangat cantik!" pujinya tulus sambil menjawil dagu Sarah.Gadis itu hanya tersipu malu, "Kamu selalu mengatakan itu setiap kali melihatku. Tidak peduli aku memakai baju apapun,""Nah! Itu kamu tahu!" jawab Sam dengan alis yang naik turun.Dia memang sengaja menggoda kekasihnya itu.Sam tahu kalau Sarah gugup untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, jadi dia berusaha untuk bertingkah sekonyol mungkin untuk merilekskan pikiran gadis itu dan menghilangkan rasKening Susan berkerut mendengar jawaban dari anaknya itu.Padahal dia tahu betul kalau Sam sangat mencintai Sarah dan selalu mengatakan itu saat menentangnya dulu, tapi sekarang kenapa malah tidak mau."Kenapa, Sam? Apa maksud ucapanmu itu?!" tanya Susan heran.Sam menghembuskan napas dengan kasar. Lalu menatap Mamanya dengan lekat."Sam belum siap, Ma. Ada banyak hal yang harus Sam urus dan persiapkan. Lagipula ini masih terlalu awal. Aku juga masih harus fokus pada perusahaan kita," jelasnya dengan wajah sangat serius.Susan pun menghela napas mendengar itu.Dia tahu perusahaan memang penting, tapi Sam juga sudah cukup matang untuk itu."Tapi, Sam. Mama ingin cepat punya cucu setelah tadi mengobrol panjang dengan Sarah. Kalau kalian punya anak, rumah ini pasti akan ramai lagi," ungkapnya dengan wajah sendu.Hati manusia memang tidak bisa ditebak. Apalagi seorang wanita yang lebih mengedepankan perasaan.Dalam sekejap bisa berubah.Begitu juga dengan Susan.Meskipun awalnya dia tidak
Sam sangat bersemangat saat pulang kerja hari ini.Dia dengan cepat masuk ke dalam mobil dan membawanya dengan kecepatan sedang.Dia sudah tidak sabar untuk mengambil benda penting yang sudah dipesan oleh Juna tadi siang.Karena tidak bekerja hari ini jadi Sam yakin kalau Sarah berada di apartemen seharian.Gadis itu sudah beberapa kali memberi pesan kalau sudah merasa bosan karena tidak melakukan aktivitas apapun.Sam sudah memberi kabar pada Sarah untuk menunggunya datang. Dia akan mengajak gadis itu pergi ke suatu tempat.Setelah semua sudah siap Sam pun tiba ke apartemen untuk menjemput Sarah."Ayo, Sayang. Cepat siap-siap! Kita harus pergi sebelum sore," ucap Sam dengan semangat."Memangnya kita mau ke mana, Sam?" tanya Sarah heran.Tidak biasanya Sam mengajaknya pergi dengan terburu-buru seperti itu."Nanti kamu juga akan tahu kok, oke? Ayo!" jawab Sam tersenyum simpul.Sarah pun mau tidak mau berdandan secepat kilat dan mengambil baju yang mana saja dia lihat cocok."Aku sudah
Hendra mengacak meja kerja itu untuk menyalurkan emosinya sehingga beberapa file berantakan, karena baru saja melihat data yang ada di depan laptopnya.Pria itu meremas rambut hitamnya dengan kedua tangan, napasnya tersengal seperti habis lari maraton dan dia duduk dengan gelisah."Bagaimana ini? Kenapa aku bisa salah perhitungan?!" gumamnya seorang diri.Hendra merasa bahwa uang yang dimiliki perusahaannya masih banyak, sesuai dengan dugaan dan perkiraan dirinya sendiri.Tapi ternyata dia salah, selama ini memang Hendra suka berfoya-foya dan menghamburkan uang tanpa memperhitungkan uang keluar dan uang masuknya.Sementara saat ini perusahaan sedang membutuhkan banyak dana untuk memulai proyek barunya bersama beberapa klien.Hendra pun menghembuskan napas berulang kali, berusaha untuk tenang. Dia tidak ingin bertindak terburu-buru, agar bisa mengatur semuanya kembali dengan benar."Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Angelina nanti!"Hendra pun langsung berpikir keras untuk m
"Apa? Kenapa tidak bisa, Mbak? Ini kan uang saya dan atas nama saya!" bentaknya dengan mata terbelalak.Karyawati bank itu tetap tersenyum, "Maaf, Bu. Sepertinya akses Ibu Angelina sudah dibekukan. Silahkan pastikan ke perusahaan terlebih dahulu, baru Ibu bisa kembali menemui kami," jelasnya dengan lembut dan sopan.Angelina seperti kehabisan kata-kata mendengar penuturan wanita yang ada di depannya ini, mulutnya sampai terbuka karena tidak percaya.Dengan menahan malu akhirnya Angelina pun membatalkan transaksi itu.Dia benar-benar tidak menyangka kalau Adam setega itu padanya.Adam benar-benar membuktikan ucapannya dulu pada adiknya itu, kalau dia akan membatasi gerak-geriknya dalam perusahaan.Angelina pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia juga terlihat bingung dan gelisah.Entah apa yang harus dia katakan pada suaminya nanti, padahal Hendra sangat berharap pada uang itu."Shit! Kenapa jadi begini, sih?!" umpatnya sambil memukul kemudi mob
"Papa, ada apa ini? Coba jelaskan pada Mama apa yang sudah terjadi?" Susan tidak tahan lagi untuk bertanya."Ma, tenang dulu. Ayo, kita duduk!" Sam berinisiatif untuk menenangkan Mamanya.Sam membiarkan Tantenya itu bicara dan melakukan apa yang dia suka. Sam yakin Papanya pasti sangat bisa mengatasi hal tersebut.Angelina masih berdiri disana dan tidak tertarik sama sekali dengan pembicaraan keluarga mereka nantinya.Jadi dia memutuskan untuk pergi dari rumah ini, tapi sebelum itu dia masih ingin mengatakan sesuatu pada Adam."Listen! Aku akan mengambil semuanya dengan paksa! Kamu akan menyesal, Mas! Ingat itu!" ancamnya dengan tatapan sinis.Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik pergi dari sana dengan amarah yang masih meluap.Adam menghembuskan napasnya dengan kasar melihat sikap adiknya yang benar-benar sudah berubah. Dia pun duduk di sofa untuk menenangkan diri.Susan tidak tahan lagi untuk membuka mulutnya, "Pa, kenapa Angel bersikap kurang ajar seperti itu?"Adam pun m
Hendra membuang muka dan memasang wajah cemberut.Dia merasa tidak bersalah sama sekali. Padahal semua ini terjadi karena ulah dan tingkahnya sendiri tapi Hendra menutup mata dan merasa seolah-olah tidak melakukan apapun dan tidak memiliki kesalahan.Sekarang dia malah menyalahkan Angelina setelah gagal mendapatkan uang yang dia mau."Apa Papa bilang? Kenapa jadi aku yang salah? Padahal mama sudah menuruti semua kemauan Papa! Lagi pula semua ini terjadi kan karena Papa bukan karena mama! Kenapa malah mama yang disalahkan!" protes Angelina tidak terima.Dia merasa Hendra mulai mencuci tangan dan memojokkan dirinya untuk melampiaskan kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang dia mau.Angelina merasa salah telah menilai suaminya, dia pun menggelengkan kepalanya dengan pelan karena tidak menyangka kalau Hendra bukannya mendukungnya tapi malah membuat dirinya semakin terpuruk."Itu karena Mama tidak bisa memberikan apa yang papa mau! Kita butuh uang itu untuk perusahaan kita!" kilah Hen
Sebelum itu… Dua orang pria sedang berpura-pura sebagai teman yang datang untuk berkunjung.Karena jam besuk sudah mulai habis jadi petugas hanya memberikan sedikit waktu dan mereka pun menyanggupinya.Kali ini mereka langsung menuju ke ruang tempat pria itu beristirahat.Tentu saja pria itu tak lain adalah Pak Bambang yang menjadi target mereka.Setelah pintu ruangan terbuka, petugas itu pun meninggalkan mereka karena ingin pergi ke toilet sebentar.Lalu salah satu di antara pria itu berjaga di depan sementara yang satunya masuk ke dalam.Hanya Pak Bambang yang menjadi penghuni ruangan sel itu, jadi mereka akan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya.Tanpa membuang waktu lagi dengan cepat tangan pria itu mulai membungkam mulutnya menggunakan bantal guling yang ada di samping tubuhnya.Tubuhnya pun mulai bereaksi dan meronta, dia mencoba untuk berteriak namun suara yang tersamarkan sehingga tidak ada yang mendengar."Hhmmmpppphhh!!!"Tekanan pria itu begitu kuat sambil menindih t
Flashback Sebelum ke Ruangan Rawat…Sam dan Juna diarahkan untuk menemui petugas yang menyelamatkan Pak Bambang terlebih dahulu. Tentu saja itu adalah hal yang dibutuhkan olehnya untuk mengetahui kronologi kejadian yang menimpa mantan karyawannya itu."Apa Bapak melihat wajah mereka?" "Iya benar, Pak. Salah satu di antara mereka memiliki luka di wajah di sebelah kiri dan sepertinya mereka adalah orang suruhan yang terlatih karena mereka bisa bela diri. Mereka mengaku sebagai teman Pak Bambang dan kebetulan tadi malam mereka datang di saat jam besuk sudah mau habis. Mereka juga sedikit memaksa agar kami memperbolehkan mereka masuk, itu semua kesalahan dari rekan saya. Seharusnya saya juga tidak mengizinkan hal itu dan saya juga merasa bersalah karena meninggalkan Pak Bambang ke toilet sebentar dan disaat itulah mereka melakukan aksinya," jelas petugas itu panjang lebar."Benar sekali! Hebat sekali mereka melakukan hal itu di sini," gumam Juna tidak habis pikir."Kami masih berupaya m