"Apa? Kenapa tidak bisa, Mbak? Ini kan uang saya dan atas nama saya!" bentaknya dengan mata terbelalak.Karyawati bank itu tetap tersenyum, "Maaf, Bu. Sepertinya akses Ibu Angelina sudah dibekukan. Silahkan pastikan ke perusahaan terlebih dahulu, baru Ibu bisa kembali menemui kami," jelasnya dengan lembut dan sopan.Angelina seperti kehabisan kata-kata mendengar penuturan wanita yang ada di depannya ini, mulutnya sampai terbuka karena tidak percaya.Dengan menahan malu akhirnya Angelina pun membatalkan transaksi itu.Dia benar-benar tidak menyangka kalau Adam setega itu padanya.Adam benar-benar membuktikan ucapannya dulu pada adiknya itu, kalau dia akan membatasi gerak-geriknya dalam perusahaan.Angelina pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia juga terlihat bingung dan gelisah.Entah apa yang harus dia katakan pada suaminya nanti, padahal Hendra sangat berharap pada uang itu."Shit! Kenapa jadi begini, sih?!" umpatnya sambil memukul kemudi mob
"Papa, ada apa ini? Coba jelaskan pada Mama apa yang sudah terjadi?" Susan tidak tahan lagi untuk bertanya."Ma, tenang dulu. Ayo, kita duduk!" Sam berinisiatif untuk menenangkan Mamanya.Sam membiarkan Tantenya itu bicara dan melakukan apa yang dia suka. Sam yakin Papanya pasti sangat bisa mengatasi hal tersebut.Angelina masih berdiri disana dan tidak tertarik sama sekali dengan pembicaraan keluarga mereka nantinya.Jadi dia memutuskan untuk pergi dari rumah ini, tapi sebelum itu dia masih ingin mengatakan sesuatu pada Adam."Listen! Aku akan mengambil semuanya dengan paksa! Kamu akan menyesal, Mas! Ingat itu!" ancamnya dengan tatapan sinis.Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik pergi dari sana dengan amarah yang masih meluap.Adam menghembuskan napasnya dengan kasar melihat sikap adiknya yang benar-benar sudah berubah. Dia pun duduk di sofa untuk menenangkan diri.Susan tidak tahan lagi untuk membuka mulutnya, "Pa, kenapa Angel bersikap kurang ajar seperti itu?"Adam pun m
Hendra membuang muka dan memasang wajah cemberut.Dia merasa tidak bersalah sama sekali. Padahal semua ini terjadi karena ulah dan tingkahnya sendiri tapi Hendra menutup mata dan merasa seolah-olah tidak melakukan apapun dan tidak memiliki kesalahan.Sekarang dia malah menyalahkan Angelina setelah gagal mendapatkan uang yang dia mau."Apa Papa bilang? Kenapa jadi aku yang salah? Padahal mama sudah menuruti semua kemauan Papa! Lagi pula semua ini terjadi kan karena Papa bukan karena mama! Kenapa malah mama yang disalahkan!" protes Angelina tidak terima.Dia merasa Hendra mulai mencuci tangan dan memojokkan dirinya untuk melampiaskan kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang dia mau.Angelina merasa salah telah menilai suaminya, dia pun menggelengkan kepalanya dengan pelan karena tidak menyangka kalau Hendra bukannya mendukungnya tapi malah membuat dirinya semakin terpuruk."Itu karena Mama tidak bisa memberikan apa yang papa mau! Kita butuh uang itu untuk perusahaan kita!" kilah Hen
Sebelum itu… Dua orang pria sedang berpura-pura sebagai teman yang datang untuk berkunjung.Karena jam besuk sudah mulai habis jadi petugas hanya memberikan sedikit waktu dan mereka pun menyanggupinya.Kali ini mereka langsung menuju ke ruang tempat pria itu beristirahat.Tentu saja pria itu tak lain adalah Pak Bambang yang menjadi target mereka.Setelah pintu ruangan terbuka, petugas itu pun meninggalkan mereka karena ingin pergi ke toilet sebentar.Lalu salah satu di antara pria itu berjaga di depan sementara yang satunya masuk ke dalam.Hanya Pak Bambang yang menjadi penghuni ruangan sel itu, jadi mereka akan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya.Tanpa membuang waktu lagi dengan cepat tangan pria itu mulai membungkam mulutnya menggunakan bantal guling yang ada di samping tubuhnya.Tubuhnya pun mulai bereaksi dan meronta, dia mencoba untuk berteriak namun suara yang tersamarkan sehingga tidak ada yang mendengar."Hhmmmpppphhh!!!"Tekanan pria itu begitu kuat sambil menindih t
Flashback Sebelum ke Ruangan Rawat…Sam dan Juna diarahkan untuk menemui petugas yang menyelamatkan Pak Bambang terlebih dahulu. Tentu saja itu adalah hal yang dibutuhkan olehnya untuk mengetahui kronologi kejadian yang menimpa mantan karyawannya itu."Apa Bapak melihat wajah mereka?" "Iya benar, Pak. Salah satu di antara mereka memiliki luka di wajah di sebelah kiri dan sepertinya mereka adalah orang suruhan yang terlatih karena mereka bisa bela diri. Mereka mengaku sebagai teman Pak Bambang dan kebetulan tadi malam mereka datang di saat jam besuk sudah mau habis. Mereka juga sedikit memaksa agar kami memperbolehkan mereka masuk, itu semua kesalahan dari rekan saya. Seharusnya saya juga tidak mengizinkan hal itu dan saya juga merasa bersalah karena meninggalkan Pak Bambang ke toilet sebentar dan disaat itulah mereka melakukan aksinya," jelas petugas itu panjang lebar."Benar sekali! Hebat sekali mereka melakukan hal itu di sini," gumam Juna tidak habis pikir."Kami masih berupaya m
Setelah menyelesaikan masalah di kantor polisi, Sam segera kembali ke perusahaan.Dia pun tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyampaikan hal ini pada Papanya, jadi saat sampai di kantor Sam langsung menuju ke ruangan Papanya. Karena hal ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka remehkan.Sam memutuskan untuk menemui Papanya seorang diri dan meminta Juna untuk melanjutkan pekerjaannya."Selamat sore, Tuan. Apa Tuan baru saja dari pertemuan di luar kantor?" tanya Pak Yudi ramah setelah melihat Sam yang masuk ke dalam."Iya, Pak. Aku baru saja pulang dari kantor polisi," jawabnya pelan."Kantor polisi? Untuk apa, Tuan? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Pak Yudi bingung."Tentu saja. Ini adalah masalah Pak Bambang, jadi aku ingin Pak Yudi dan juga Papa mengetahui hal ini," desahnya sambil memijat kening."Apa?!" Pak Yudi pun tampak terkejut mendengar itu.Pasalnya Pak Bambang kan sudah dipenjara lalu masalah apa lagi yang muncul di sana, sehingga membuat Sam harus datang ke kantor p
Pria itu pun mengikuti mobil taksi yang membawa Pak Bambang sampai ke rumahnya.Dia sengaja ingin memastikan apakah Pak Bambang benar-benar pulang ke rumah atau hanya sekedar keluar sementara.Tapi dia benar-benar terkejut saat melihat Pak Bambang membawa tas ransel kecil lalu masuk ke dalam rumahnya dan mobil taksi itu pun pergi, itu artinya Pak Bambang benar-benar sudah bebas."Kenapa dia bisa bebas? Apa ini adalah ulah Samuel?" gumamnya.Iya, pria itu adalah Hendra!.Tentu saja dia bertanya-tanya karena heran.Padahal tadi dia berniat untuk menjenguk Pak Bambang di penjara dan ingin memberikan peringatan kepada pria itu agar tidak lagi ikut campur tentang masalahnya dan memanfaatkan rahasia yang diketahui tentangnya tapi ternyata Hendra kalah satu langkah."Dasar brengsek! Aku yakin sekali dia sudah meminta bantuan pada Sam. Berarti cecunguk itu sudah mengetahui semuanya! Sialan! Aku harus mengubah rencanaku!" makinya kesal.Hendra pun memutar balik mobilnya dan segera pergi dari s
Mata Angelina terbelalak dan napasnya sedikit tersengal melihat foto yang ada di tangannya.Di foto itu memperlihatkan Hendra dan juga Pak Bambang yang masih terlihat muda, sedang menyusun dan mengemas obat-obatan terlarang."Itu adalah saya dan juga Pak Hendra. Dulu saya adalah kurirnya dan Pak Hendra adalah pemasok sekaligus pengedar. Tapi itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, di saat kami masih sama-sama muda. Mungkin jauh sebelum mengenal Ibu Angelina," jelas Pak Bambang singkat."Ya Tuhan!"Angelina pun menggelengkan kepalanya karena masih tidak percaya.Karena apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat saat ini, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sam dan juga Adam padanya saat itu.Angelina pun duduk dengan tubuh lemas dan merasa bersalah kepada Adam, karena dia sudah tidak percaya dan juga menyakiti saudaranya itu dengan kata-katanya yang kasar saat marah waktu itu.Ditambah lagi sampai membuat Adam membekukan akses