Flashback Sebelum ke Ruangan Rawat…Sam dan Juna diarahkan untuk menemui petugas yang menyelamatkan Pak Bambang terlebih dahulu. Tentu saja itu adalah hal yang dibutuhkan olehnya untuk mengetahui kronologi kejadian yang menimpa mantan karyawannya itu."Apa Bapak melihat wajah mereka?" "Iya benar, Pak. Salah satu di antara mereka memiliki luka di wajah di sebelah kiri dan sepertinya mereka adalah orang suruhan yang terlatih karena mereka bisa bela diri. Mereka mengaku sebagai teman Pak Bambang dan kebetulan tadi malam mereka datang di saat jam besuk sudah mau habis. Mereka juga sedikit memaksa agar kami memperbolehkan mereka masuk, itu semua kesalahan dari rekan saya. Seharusnya saya juga tidak mengizinkan hal itu dan saya juga merasa bersalah karena meninggalkan Pak Bambang ke toilet sebentar dan disaat itulah mereka melakukan aksinya," jelas petugas itu panjang lebar."Benar sekali! Hebat sekali mereka melakukan hal itu di sini," gumam Juna tidak habis pikir."Kami masih berupaya m
Setelah menyelesaikan masalah di kantor polisi, Sam segera kembali ke perusahaan.Dia pun tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menyampaikan hal ini pada Papanya, jadi saat sampai di kantor Sam langsung menuju ke ruangan Papanya. Karena hal ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka remehkan.Sam memutuskan untuk menemui Papanya seorang diri dan meminta Juna untuk melanjutkan pekerjaannya."Selamat sore, Tuan. Apa Tuan baru saja dari pertemuan di luar kantor?" tanya Pak Yudi ramah setelah melihat Sam yang masuk ke dalam."Iya, Pak. Aku baru saja pulang dari kantor polisi," jawabnya pelan."Kantor polisi? Untuk apa, Tuan? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Pak Yudi bingung."Tentu saja. Ini adalah masalah Pak Bambang, jadi aku ingin Pak Yudi dan juga Papa mengetahui hal ini," desahnya sambil memijat kening."Apa?!" Pak Yudi pun tampak terkejut mendengar itu.Pasalnya Pak Bambang kan sudah dipenjara lalu masalah apa lagi yang muncul di sana, sehingga membuat Sam harus datang ke kantor p
Pria itu pun mengikuti mobil taksi yang membawa Pak Bambang sampai ke rumahnya.Dia sengaja ingin memastikan apakah Pak Bambang benar-benar pulang ke rumah atau hanya sekedar keluar sementara.Tapi dia benar-benar terkejut saat melihat Pak Bambang membawa tas ransel kecil lalu masuk ke dalam rumahnya dan mobil taksi itu pun pergi, itu artinya Pak Bambang benar-benar sudah bebas."Kenapa dia bisa bebas? Apa ini adalah ulah Samuel?" gumamnya.Iya, pria itu adalah Hendra!.Tentu saja dia bertanya-tanya karena heran.Padahal tadi dia berniat untuk menjenguk Pak Bambang di penjara dan ingin memberikan peringatan kepada pria itu agar tidak lagi ikut campur tentang masalahnya dan memanfaatkan rahasia yang diketahui tentangnya tapi ternyata Hendra kalah satu langkah."Dasar brengsek! Aku yakin sekali dia sudah meminta bantuan pada Sam. Berarti cecunguk itu sudah mengetahui semuanya! Sialan! Aku harus mengubah rencanaku!" makinya kesal.Hendra pun memutar balik mobilnya dan segera pergi dari s
Mata Angelina terbelalak dan napasnya sedikit tersengal melihat foto yang ada di tangannya.Di foto itu memperlihatkan Hendra dan juga Pak Bambang yang masih terlihat muda, sedang menyusun dan mengemas obat-obatan terlarang."Itu adalah saya dan juga Pak Hendra. Dulu saya adalah kurirnya dan Pak Hendra adalah pemasok sekaligus pengedar. Tapi itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, di saat kami masih sama-sama muda. Mungkin jauh sebelum mengenal Ibu Angelina," jelas Pak Bambang singkat."Ya Tuhan!"Angelina pun menggelengkan kepalanya karena masih tidak percaya.Karena apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat saat ini, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sam dan juga Adam padanya saat itu.Angelina pun duduk dengan tubuh lemas dan merasa bersalah kepada Adam, karena dia sudah tidak percaya dan juga menyakiti saudaranya itu dengan kata-katanya yang kasar saat marah waktu itu.Ditambah lagi sampai membuat Adam membekukan akses
"Apa Papa bilang barusan? Apa maksud Papa?!" Angelina pun kembali berdiri dari duduknya.Hendra pun tergagap karena dia keceplosan dengan mengatakan rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat dari semua orang.Tapi sekarang mau tidak mau dia terpaksa mengatakannya karena sudah terpojok dan sudah kalah telak dari mereka semua.Angelina sudah mengetahui semua rahasianya dan juga semua yang dia lakukan selama ini, jadi dia merasa untuk apalagi menutup-nutupi semuanya, itu tidak akan mengembalikan apapun seperti sediakala."Iya, benar sekali! Itu semua adalah benar, Ma. Aku memang menikahi Mama, karena Mama adalah anak dari orang kaya dan juga mewarisi kekayaan dari keluarga Galaxi. Tentu saja aku menginginkan harta! Kalau tidak untuk apa aku mengincar Mama dari dulu!" jawabnya dengan enteng.Angelina menggelengkan kepalanya dengan cepat.Dia benar-benar tidak menyangka mendengar langsung hal itu dari mulut suaminya sendiri!.Orang
"Apa?!""Angel, apa maksud yang kamu katakan itu barusan? Bagaimana kamu bisa yakin?" tanya Adam tidak percaya.Dia berharap telinganya salah mendengar ucapan adiknya tersebut."Iya, aku awalnya juga tidak percaya, Mas! Tapi aku mendengar langsung dari mulutnya Mas Hendra! Bahkan dia juga ingin menyingkirkan Samuel untuk menguasai perusahaan Galaxi! Aku benar-benar malu, Mas! Aku benar-benar minta maaf pada Mas dan juga Mbak Susan. Huhuhu!" Angelina pun kembali menangis tersedu setelah menjelaskan semuanya.Adam dan Susan pun saling pandang mendengar penuturan dari adiknya itu.Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Hendra adalah pria yang benar-benar licik dan juga keji.Susan sampai menggelengkan kepalanya karena benar-benar khawatir akan keselamatan anak mereka satu-satunya yaitu Sam!Meskipun Adam sudah mengetahui hal itu tapi tetap saja kalau mendengar langsung dari Angelina sangat membuatnya emosi.Adam pun m
Di Rumah Angelina…Pagi ini Angelina menyiapkan sarapan seperti biasa, tapi bedanya kali ini hanya untuk dua orang saja yaitu dia dan juga anaknya Alice."Pagi, Ma!" sapa putrinya itu dengan riang."Pagi juga, Sayang. Ayo, makan dulu roti bakarnya! Nanti keburu dingin!""Oke, Ma. Oh ya, Papa mana, Ma? Kenapa tidak ikut sarapan bersama kita?" Alice terlihat celingukan mencari keberadaan Hendra.Angelina pun menghentikan aktivitasnya mengoles selai strawberry pada roti itu.Dia pun memasang senyum manis lalu berkata, "Papa tadi sarapan duluan dan sudah pergi ke kantor karena ada urusan penting. Kita sarapan berdua saja ya, Sayang. Tidak apa-apa, kan?" jawab Angelina berbohong."Oh, oke deh sip!" Alice pun mengangguk paham.Alice memakan rotinya dengan lahap, Angelina pun merasa bersalah dengan anaknya karena tidak jujur.Dia belum siap untuk menjelaskan yang sebenarnya pada gadis remaja itu.Angelina
"Bagaimana mungkin perusahaan sebesar itu bisa bangkrut dalam waktu sekejap? Kenapa kamu tidak pernah becus dalam mengelola sesuatu!" cecar Angelina dengan wajah marah.Dia merasa pria yang berdiri mematung saat ini pasti sudah melakukan suatu hal yang salah, sehingga membuat perusahaan yang dibangun dengan susah payah itu hancur tiba-tiba begitu saja."Itu adalah urusanku! Kamu tidak berhak ikut campur urusan perusahaanku!" jawab Hendra tidak mau kalah."Kenapa aku tidak bisa? Itu juga menjadi urusanku karena aku juga pemilik dari perusahaan itu! Aku tidak menyangka, kenapa kamu bisa bodoh dalam mengelola keuangan perusahaan? Sudah berapa kali aku memberikanmu modal tapi kenapa setelah berhasil kamu selalu minta uang, uang dan uang! Sekarang lihat? Jangankan untuk membuat perusahaan semakin besar lagi, kamu malah menghancurkannya! Dasar tidak berguna! What a shame!" maki Angelina mengeluarkan semua kekesalan sambil menunjuk wajah Hendra.Hendra y
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak