"Bagaimana mungkin perusahaan sebesar itu bisa bangkrut dalam waktu sekejap? Kenapa kamu tidak pernah becus dalam mengelola sesuatu!" cecar Angelina dengan wajah marah.
Dia merasa pria yang berdiri mematung saat ini pasti sudah melakukan suatu hal yang salah, sehingga membuat perusahaan yang dibangun dengan susah payah itu hancur tiba-tiba begitu saja."Itu adalah urusanku! Kamu tidak berhak ikut campur urusan perusahaanku!" jawab Hendra tidak mau kalah."Kenapa aku tidak bisa? Itu juga menjadi urusanku karena aku juga pemilik dari perusahaan itu! Aku tidak menyangka, kenapa kamu bisa bodoh dalam mengelola keuangan perusahaan? Sudah berapa kali aku memberikanmu modal tapi kenapa setelah berhasil kamu selalu minta uang, uang dan uang! Sekarang lihat? Jangankan untuk membuat perusahaan semakin besar lagi, kamu malah menghancurkannya! Dasar tidak berguna! What a shame!" maki Angelina mengeluarkan semua kekesalan sambil menunjuk wajah Hendra.Hendra yAngelina menarik napas dalam-dalam.Dia mencoba untuk tetap tenang dan terlihat baik-baik saja.Meskipun dia sendiri tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di perusahaan ini.Dia pun mengambil keputusan cepat untuk menjawab pertanyaan mereka semua."Saya juga tidak tahu, tapi untuk sementara saya mohon kalian semua untuk tenang! Saya akan berusaha untuk mengatasi hal ini! Oke? Kalian tenang saja, semua akan tetap saya gaji seperti biasa!" jawab Angelina berusaha kuat.Mereka semua masih saling pandang, karena masih ingin mengajukan protes."Kembalilah bekerja, kami akan bicara terlebih dahulu dengan atasan kalian!" ujar Pak Yudi membantu Angelina."Benar! Saya sedang berusaha untuk mengembalikan perusahaan ini seperti semula! Saya juga mohon bantuan dari teman-teman semua!" pintanya lagi.Akhirnya para karyawan pun kembali ke ruangan masing-masing setelah mendengar penjelasan dari Angelina.Kemudian dengan cepat
"Apa maksud, Papa? Kenapa bisa bicara seperti itu? Bukankah Angelina itu adik Papa, kenapa tidak mau membantunya?!" ucap Susan dengan wajah kesal."Papa coba pikirkan lagi. Bagaimanapun juga hanya kita harapan Tante satu-satunya," kali ini Sam ikut angkat bicara.Lalu Adam pun tersenyum dan terkekeh pelan."Hahaha! Kalian semua salah paham! Maksudku, tentu saja papa tidak bisa karena sedang sibuk mengurus perusahaan kita. Jadi yang bisa melakukan itu adalah Samuel! Itu yang papa maksud!" jelasnya dengan tersenyum geli."Papa kenapa bicara seperti itu sih! Bikin mama jantungan saja!" hardik Susan sambil mencebikkan bibirnya.Adam pun tertawa dengan lepas karena berhasil membuat istrinya itu kesal, sedangkan Sam hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua orang tuanya itu."Oke, Pa. Sam akan membicarakan hal ini pada Tante Angelina!" ujar Sam dengan yakin."Iya, Nak! Tunjukkan pada mereka kalau kamu adalah orang yang
Sam dan Juna berada di yang di Club milik Rio.Mereka kembali mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan kerja sama yang kemarin."Selamat siang, Tuan Sam. Senang sekali akhirnya kita bisa bertemu lagi!" sapa Rio dengan senyum yang mengembang."Selamat siang juga Pak Rio! Bagaimana, sudah siap untuk memulai bisnis baru kita?" tanya Sam basa basi."Tentu saja! Saya sangat bersemangat loh!" jawab Rio antusias."Baiklah, Asisten saya akan menjelaskan secara singkat detailnya," ucap Sam sambil memberi kode kepada Juna.Juna pun mengangguk paham dan mulai membuka tabletnya."Baik, Tuan. Pak Rio, saat ini Resort kami sedang dalam pembangunan dan sebentar lagi selesai. Kami tertarik dengan konsep yang dimiliki oleh club milik Bapak! Jadi kita akan mulai melakukan perombakan pembangunan pada bagian sisi kiri resort yang menghadap ke laut, sehingga sangat cocok untuk dijadikan club pantai seperti ini!" beberapa Juna sambil memberik
Sebelum para gadis masuk…Dion memanggil salah satu di antara mereka.Dia melihat sekeliling terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada yang melihatnya.Dia memberikan botol kecil yang berisi serbuk putih kepada gadis cantik itu."Ini! Pakai ini saat kamu memberikan minuman pada pria itu! Rio sudah mengetahuinya!" ucapnya ambil menyodorkan benda tersebut.Gadis itu pun menerimanya, "Oke siap, Bos! Beres deh!" ujarnya tersenyum genit.Dion pun memberikan beberapa lembar uang sebagai upahnya. Tentu saja wanita itu dengan sangat senang hati menerimanya. Lalu memasukan uang itu ke dalam pakaian dalamnya.Dion merasa kali ini rencananya akan berjalan dengan mudah.'Semoga mereka tidak menyadarinya!' batinnya berharap.Di dalam ruangan…Mereka terlihat makan bersama dan sesekali membahas masalah pekerjaan.Juna membiarkan saja para gadis itu merayunya.Ada yang sengaja menyentuh lengannya lembut atau sekedar mengedipkan mata nakal sambil tersenyum menggoda.Juna menanggapi dengan ekspresi d
Juna langsung menghampiri Rio dan mencengkram kerah bajunya dengan erat.Rio yang wajahnya sudah pucat pasi hanya bisa pasrah karena tenaganya jauh lebih besar dari Juna.Bughhh!!!!!Juna langsung melayangkan pukulan pada wajah sebelah kirinya.Membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai."Dasar brengsek!" maki Juna dengan napas memburu.Para gadis itu berteriak histeris dan memutuskan pergi keluar dari sana.Juna pun kembali menghampiri tubuh Rio dan kembali mencengkram kerah bajunya."Apa yang kalian lakukan pada Tuan Sam? Beraninya kalian berbuat seperti ini! Aku bisa membunuhmu saat ini juga!" ancam Juna dengan sorot mata tajam."Maafkan saya! Saya melakukan ini karena disuruh! Benar!" ujar Rio dengan wajah pucat pasi karena ketakutan.Mendengar itu Juna semakin emosi."Sialan! Berikan ponselmu!" pinta Juna dengan suara tinggi.Dengan tangan gemetar Rio pun memberikan ponselnya.Juna dengan cepat membuka ponsel itu dan terlihat sebuah video yang sedang terjeda.Dia menatapnya deng
Susan pun menghembuskan napas dengan kasar, karena dia yakin kalau Sam sedang banyak pekerjaan sehingga tidak sempat untuk memikirkan masalah pribadinya sendiri."Kamu ini bagaimana sih, Sam? Bukankah kamu dan Sarah mau menikah? Kamu sudah meminta sarah untuk menghubungi keluarganya kan?" ujar Susan mengingatkan kembali rencana putranya."Iya maaf, Ma. Sam sangat sibuk belakangan ini. Setelah ini Sam akan bertanya pada Sarah apa Paman dan Tantenya sudah datang. Kalau memang benar, Sam akan menjemput mereka untuk datang ke rumah kita," jelasnya sambil menyandarkan punggung ke sofa."Ya sudah kalau begitu. Kamu cepat masuk ke kamar dan beristirahat. Urusan keluarga nanti biar mama yang mengatur. Kamu fokus saja dulu pada pekerjaan besok!" Susan merasa kasihan melihat Sam yang terlihat letih."Oke, Ma. Terima kasih banyaknya!" ucapnya dengan tersenyum manis.Sam merasa beruntung sekali memiliki Mama sepertinya."Iya, jangan lupa langsung mandi supaya badanmu kembali segar!" pintanya lagi
"A-apa?! Berhenti bekerja?" Sarah kembali mengulang pertanyaan itu."Iya, benar. Kenapa, Sarah? Apa kamu keberatan dengan itu?" tanya Susan lagi."Oh, tidak! Bu-bukan begitu maksud saya, Tante. Tapi, sebenarnya saya masih ingin bekerja. Apa itu tidak boleh?" tanya gadis itu takut.Susan pun tersenyum tipis dan berkata, "Kamu akan menikah dan jadi bagian dari keluarga ini. So, untuk apalagi kamu bekerja. Karena setelah ini tugasmu hanya mengurus anakku," jelasnya singkat.Sarah pun tertegun dan tersenyum dengan terpaksa.'Bagaimana ini?' hatinya bingung."Baiklah, Tante. Saya akan pikirkan ini dan akan mengurus surat resign setelah saya membicarakan hal ini dengan Sam," jawab Sarah akhirnya.Mau tidak mau dia harus mengalah. Dia tidak ingin dicap sebagai calon mantu yang tidak menurut."Oke, itu terserah kamu. Tapi saya yakin kalau Sam akan setuju kalau kamu berhenti bekerja. Iya kan?" ucap wanita itu yakin.Sarah pun mengangguk pelan.Dia juga tahu itu, karena dulu Sam juga memintany
Besoknya…Angelina menghembuskan napas perlahan untuk menghilangkan gugup, lalu mulai mengetuk pintu ruangan Adam.Terdengar jawaban dari dalam."Masuk!"Suara berat pria blasteran itu menggema di dalam ruangannya. Angelina pun memasang senyuman yang manis.Entah kenapa dia merasa sangat canggung berhadapan dengan Adam saat ini.Pria itu juga ikut tersenyum, lalu menyambut Angelina dengan tangan terbuka."Duduklah, Angel!"Adam bangkit dari kursinya dan duduk di sofa. Begitu juga dengan Angelina."Hmmm. A-apa kabar, Mas?" ucapnya terbata dengan pertanyaan basa basi."I'm fine! Mas senang bisa melihatmu baik-baik saja. Maaf, Mas belum bisa datang melihat keadaanmu dan juga Alice. Mas harap kamu tidak marah," ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa.Mendengar Adam yang bicara seperti itu membuat Angelina semakin tidak enak."No! Kenapa aku harus marah, Mas. Aku yang harus mengucapkan terima kasih karena kalian semua sudah peduli padaku. Oh ya, aku kemari ingin meminta sat