"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba datang dengan keadaan marah seperti ini?!" ucapnya tidak terima."Diam! Seharusnya aku dari awal tidak mengikuti permainanmu! Lihat! Aku benar-benar malu karenamu! Kau harus mengganti rugi dan juga bertanggung jawab!" jelasnya dengan napas yang memburu.Dion yang masih setengah sadar karena di bawah minuman keras, perlahan mulai mencerna apa yang dimaksud oleh temannya itu."Kenapa memangnya? Apa yang dilakukan pria sombong itu padamu?""Tentu saja dia membatalkan kerjasama antara kami! Padahal aku sudah menyiapkan proyek ini dengan susah payah! Kau pikir aku bekerja hanya untuk menghamburkan semua uang yang ku punya sepertimu! Begitu?!"Rio mengungkapkan kebiasaan Dion."Apa kau bilang? Itu semua juga kesalahanmu! Seharusnya kau tidak teledor dan lengah! Jadi kita gagal dan ketahuan!" ucapnya balik menyerang.Dion merasa tidak terima karena disalahkan oleh Rio."Enak saja, kau yang harusnya melakukan itu! Aku kan hanya membantumu! Sialan! A
Sarah pun langsung menjawab dengan tegas."Tidak! Enak saja! Aku masih menjaga diriku dengan baik!" jawabnya dengan memanyunkan bibirnya.Sudah tentu dia tidak terima dituduh dengan hal seperti itu.Selama ini Sarah selalu menjaga kehormatannya dan juga Sam tidak pernah melakukan hal lebih padanya.Dia juga yakin kalau Sam bukan pria yang seperti itu, meskipun awalnya dia sedikit ragu dan takut, tapi setelah mengenal sifatnya lebih jauh, dia tahu kalau pria yang dicintainya itu bisa menghormati seorang wanita, apalagi dia sangat patuh dan hormat pada Mamanya."Bohong deh!" ledeknya lagi."No! I'm still virgin! Dia juga pria baik-baik tau! Romantis, ganteng, lucu, dan pengertian. Kalian pasti iri!" ujar Sarah memanasi teman-temannya.Mereka pun terlihat merengut kesal karena gadis itu berhasil membalikkan keadaan."Terus kenapa juga berhenti kerja mendadak dan misterius?" ucapnya dengan raut wajah kesal yang terlihat jelas.Sarah yang sudah terlanjur kesal dan emosi karena dirundung be
Gadis itu meraung dan menjambak rambut dengan kedua tangannya.Dia membuat Handoko menjadi bingung harus berbuat apa."Samuel hanya milikku, Pa! Aku tidak rela kalau dia menikah dengan gadis kampungan itu?!" teriaknya lagi.Handoko pun memeluk putrinya dengan sayang dan mengajaknya untuk kembali duduk di sofa."Sonia, dengarkan papa! Kamu tidak boleh menyukai seseorang secara berlebihan! Itu tidak baik, Sayang! Nanti papa akan carikan kamu pemuda yang baik," hibur Handoko dengan usapan lembut di kepala putrinya.Iya, gadis yang sedang menangis histeris itu adalah Sonia.Setelah dipecat secara tidak hormat dia hanya menghabiskan waktunya di rumah saja dan sekarang setelah kembali mendengar Sam akan meresmikan pertunangannya, dia kembali menjadi Sonia yang semua keinginannya harus terpenuhi.Dia masih tidak bisa melupakan Sam dan merasa tidak rela kalau mereka akan menikah.Sebabnya itulah dia tiba-tiba menjadi histeris seperti tadi.Papanya tidak mengetahui kenapa anaknya bisa bersikap
Beberapa hari kemudian…Hari ini semua orang tampak sibuk.Ya, saat ini adalah hari peresmian pertunangan Sam dan juga Sarah di dalam gedung hotel berbintang lima dengan fasilitas mewah, yang sudah tidak diragukan lagi.Mereka akan mengadakan acara penting itu dengan glamour dan elegan.Seluruh dekorasi sudah selesai dengan ditambah sedikit hiasan bunga mawar putih dan juga lily di berbagai sudut ruangan Ballroom yang besar itu.Susan yang mendesain semua itu dibantu oleh Wedding Organizer dan juga Angelina yang setia mendampinginya.Makanan pun sudah siap, mulai dari appetizer sampai dessert dan juga Indonesia maupun internasional sudah tersaji di buffet.Susan memandang setiap penjuru dengan mata yang berbinar dan senyum yang mengembang.Dia yakin kalau semuanya sudah sempurna dan sesuai seperti yang dia mau.Meja-meja bulat dengan kursi untuk sepuluh orang sudah tersusun dengan rapi dengan napkin berbentuk lilin di tengah piring.Dan selain duduk di meja yang sudah disiapkan, beber
Setelah bicara dengan beberapa klien, rekan bisnis dan juga tamu penting yang hadir, Sam merasa tidak nyaman karena Sarah tidak ada di acara itu.Dia memutuskan untuk segera menyudahi obrolan basa-basi itu dan menghampiri Sarah di ruangan VIP."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Sam terlihat khawatir.Sarah pun dengan cepat menghapus air matanya. Dia sedang termenung seorang diri."Aku baik-baik saja, Sayang," jawab gadis itu sambil memaksakan senyumnya."Sudah ya, Sayang. Jangan pikirkan apapun! Ayo kita nikmati pestanya. Papa dan Mama sudah mencarimu dari tadi," ucapnya sambil merangkul pundak tunangannya itu dengan mesra."Baiklah, tapi aku belum kuat untuk mengangkat wajahku di depan mereka," elaknya dengan tatapan sedih.Sam mengusap pipi Sarah yang basah dengan kedua jempolnya dan menangkup wajahnya agar menghadapnya."Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan! Terserah mereka mau bilang apa atau bergosip apapun tentang kita! Yang penting sekarang ini kita hanya fokus pada
Besoknya…Semalaman dia tidak dapat tidur.Gadis itu masih bersedih dan mengurung diri di kamar.Matanya pun sembab dan penampilannya terlihat berantakan.Masih mengenakan dress tadi malam.Sonia mulai memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan Sam dan juga Sarah.Dia tidak rela kalau mereka hidup bahagia sementara dia menderita sendirian.Selagi mereka belum menikah, dia merasa masih ada kesempatan untuk memisahkan mereka berdua. Lalu tiba-tiba dia teringat pada Papanya.Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Sonia bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya untuk membersihkan diri.Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Sonia turun untuk menemui Papanya di ruang keluarga.Karena ini hari minggu, jadi Handoko tidak pergi ke kantor.Gadis itu langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa berseberangan dengan Papanya."Pagi, Pa!" sapanya lesu."Pagi! Kenapa lagi?" tanya Handoko seperti sudah tahu apa yang terjadi pada putrinya.Pria itu mendengar suara bising itu semalam, karena t
Susan jadi heran.Bagaimana bisa gadis di depannya ini percaya diri bisa membantu pernikahan anaknya."Apa maksudmu?" Susan terlihat bingung.Karena tidak mungkin Sonia menyumbangkan uang, mereka tidak memerlukan itu."Oh maaf, Nyonya. Maksud saya, saya bisa membantu mencarikan Wedding Organizer yang bagus! Saya ada kenalan yang terbaik di bidangnya," jelasnya lagi.Susan akhirnya paham apa maksud dari ucapan gadis yang ada di depannya saat ini."Oh begitu, tapi saya sudah mendapatkan WO yang bagus. Saya rasa kamu tidak perlu repot-repot untuk melakukan itu," tolaknya secara halus.Mendengar itu Sonia tidak ingin kehilangan kesempatan."Oh! Tenang saja, Nyonya. Kali ini saya yakin Nyonya akan puas dengan hasil mereka. Karena mereka adalah WO terbaik yang ada di kota ini! Kalau Nyonya Mau saya bisa membawa mereka kemari atau kita bisa mengunjungi langsung kantor mereka. Kebetulan pemiliknya adalah kenalanku, jadi aku sangat yakin kalau Nyonya pasti akan tertarik," jelasnya terus berusa
Besoknya…Sonia sangat antusias karena dari semalam dia sudah tidak sabar untuk menantikan hari ini.Gadis itu memakai dress berwarna silver yang sangat ketat tapi dia juga memakai blazer berwarna navy untuk menutupi bagian atas tubuhnya agar terlihat sopan.Tentu saja karena hari ini dia akan bertemu dengan Sam, jadi gadis itu berdandan secantik mungkin untuk memikatnya.Meskipun nanti tidak tahu apakah bisa berbicara dengan pemuda itu atau tidak, karena dia tahu kalau Sam sempat menolaknya waktu itu dan tidak ingin lagi melihatnya.Tapi Sonia tetap percaya diri dan sangat yakin karena kali ini Susan akan membantunya dan juga meluruskan sedikit kesalahpahaman di antara mereka.Apalagi dia datang kemari sebagai anak seorang rekan bisnis dari perusahaan keluarganya bukan lagi sebagai karyawan dari perusahaan Galaxi Group.Jadi dia harus berbangga diri karena berasal dari anak orang kaya, tidak seperti Sarah.Sonia merasa itu cu
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak