Besoknya…Sonia sangat antusias karena dari semalam dia sudah tidak sabar untuk menantikan hari ini.Gadis itu memakai dress berwarna silver yang sangat ketat tapi dia juga memakai blazer berwarna navy untuk menutupi bagian atas tubuhnya agar terlihat sopan.Tentu saja karena hari ini dia akan bertemu dengan Sam, jadi gadis itu berdandan secantik mungkin untuk memikatnya.Meskipun nanti tidak tahu apakah bisa berbicara dengan pemuda itu atau tidak, karena dia tahu kalau Sam sempat menolaknya waktu itu dan tidak ingin lagi melihatnya.Tapi Sonia tetap percaya diri dan sangat yakin karena kali ini Susan akan membantunya dan juga meluruskan sedikit kesalahpahaman di antara mereka.Apalagi dia datang kemari sebagai anak seorang rekan bisnis dari perusahaan keluarganya bukan lagi sebagai karyawan dari perusahaan Galaxi Group.Jadi dia harus berbangga diri karena berasal dari anak orang kaya, tidak seperti Sarah.Sonia merasa itu cu
Di Apartemen…Sarah membeli beberapa keperluan yang dia butuhkan di dapur karena mereka kehabisan bahan makanan.Juga saat ini Paman dan Tantenya terlihat sangat lelah sekali.Dan tidak enak kalau harus menunggu sampai besok pagi, jadi dia memutuskan untuk pergi belanja ke supermarket yang ada di ruko bersebelahan dengan gedung apartemen itu.Sarah tidak menyadari kalau dari tadi ada sebuah mobil jeep berwarna hitam yang mengikutinya sejak keluar dari apartemen.Karena hari sudah malam dan juga lampu yang kurang menerangi jalan membuat suasana sedikit remang.Mobil itu berjalan pelan dan semakin mendekati Sarah.Setelah melihat situasi aman, dua orang pria dengan penutup kepala turun dari mobil dan langsung melancarkan aksinya.Satu orang langsung membekap mulut Sarah dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius dan satu lagi menahan tubuhnya agar gadis itu tidak berontak.Sarah berusaha untuk berteriak tapi suaranya tid
Sam berjalan dengan mondar-mandir untuk mengurangi ketegangan di dalam dirinya.Pak Yudi pun berusaha untuk menenangkan anak dari Tuan besarnya itu."Tuan Muda, ayo duduk dulu! Tenangkan dirimu," ucap Pak Yudi sambil membawa tubuh Sam ke arah di sofa."Bagaimana aku bisa tenang, Pak?! Saat ini tunanganku tidak tahu berada di mana? Dan aku merasa sangat bersalah karena itu! Aku kembali gagal melindunginya!" ungkapnya penuh sesal."Ini bukan salah, Tuan Muda. Lagipula kan semuanya belum pasti, kita masih bisa mencari Nona Sarah. Saya yakin dia baik-baik saja," Pak Yudi pun menepuk pundak Sam untuk memberikan semangat dan kekuatannya.Sam mengepalkan kedua tangannya dengan erat, tatapannya setajam elang yang siap menerkam mangsanya."Aku mohon Pak Yudi segera kirim orang terpercaya yang bisa mencari Sarah! Kalau perlu kita harus segera menghubungi polisi! Aku tidak mau tahu! Kita harus segera menemukan tunanganku!" pinta pemuda itu dengan nada tegas yang sarat akan emosi."Baik, Tuan Mud
Sam merasa Sonia mulai berani padanya.Dia pun mengusir gadis itu pergi dari sana secara halus."Maaf, aku ada rapat penting sebentar lagi. Aku ingin bersiap. Jadi lain kali saja kita bahas soal ini," ucap Sam dengan datar.Dia sengaja bersikap cuek supaya Sonia bosan dan tidak betah."Oh, benarkah? Baiklah kalau begitu, saya permisi pulang dulu, Tuan!" jawab gadis berambut pirang itu dengan pasrah.'Yah! Bagaimana sih?! Baru juga sampai sudah disuruh pulang!' batinnya menggerutu.Sonia pun membereskan barang bawaan dan menenteng tasnya lalu bangkit berdiri dan pamit pada Sam."Saya permisi dulu, Tuan. Selamat pagi!" ucapnya tersenyum manis.Sam pun merespon hanya dengan menganggukkan kepalanya.Sonia mau tidak mau harus pergi dari sana.Lagipula dia tidak mungkin memaksa pria itu yang sedang sibuk, bisa-bisa dia diusir paksa oleh asistennya yang menyebalkan itu.Saat di dalam lift, gadis itu malah menendang dinding besi itu untuk melampiaskan kekesalannya.Braaakkkk!!!Dia pun menghe
Besok paginya….Sam mendapat kabar dari Pak Yudi.Anak buahnya sudah mengecek kamera pengawas yang ada di sekitar kawasan ruko tempat dimana Sarah diculik.Sam pun meminta Juna menemaninya."Batalkan jadwalku pagi ini! Aku harus pergi untuk melihat rekaman itu!" perintah Sam setelah keluar dari ruangannya."Baik, Tuan! Tapi meeting nanti siang tidak bisa ditunda lagi," jelasnya dengan wajah tidak enak.Sam mengusap wajahnya dengan kasar.Dia benar-benar kehilangan konsentrasinya dalam bekerja."Baiklah! Ayo, cepat!""Baik, Tuan! Sebentar,"Juna pun mengambil Tab dan kunci mobil Sam.Lalu mereka berdua bergegas menuju lokasi yang sudah dikirimkan oleh anak buah Pak Yudi.Di rumah Handoko…..Sonia dan Papanya baru saja selesai sarapan bersama."Pa, bagaimana? Apa Papa sudah bicara pada Tuan Adam?"Sonia terlihat sangat antusias kalau sudah membicarakan tentang Sam."Sudah. Dan dia bilang kalau semua keputusan ada di tangan putranya," jelasnya singkat.Handoko jadi merasa malu kalau meng
Sam menatap Dion dengan sorot mata tajam.Seperti ular yang siap memangsa tikus kecil di depannya hidup-hidup."Apa yang sudah kau rencanakan? Dasar brengsek!" Sam langsung melontarkan pertanyaan pada pemuda yang baju kemejanya sudah terbuka setengah."Apa maksudmu? Kalian bahkan datang dengan tiba-tiba seperti ini?! Tidak punya sopan santun!" teriaknya merasa tidak terima.Dion pun mengibaskan tangannya untuk memberi isyarat supaya gadis itu keluar dari ruangannya.Gadis itu pun mengangguk patuh dan segera membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka, lalu keluar dari ruangan Dion sambil menundukkan kepala karena sedikit takut.Sam pun duduk di sofa dengan menghilangkan kedua kakinya.Dia berusaha untuk tetap santai meskipun saat ini sangat ingin menghajar pria itu.'Kemana dua penjaga yang ada di depan? Apa mereka sudah dihajar oleh pria ini?!' Batin Dion heran sambil melirik sekilas ke arah Juna.Karena tadi dia memang lupa mengunci pintunya sebab sudah ada orang yang berjaga. Tapi
Dion pun mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk kita menghancurkan perusahaannya bukan? Atau kamu ada ide lain?" Dion balik bertanya.Rio pun memegang dagunya untuk menimbang apa yang baru saja temannya itu katakan.["Aku tidak yakin soal ini, Dion. Mereka terlalu kuat untuk ditumbangkan. Coba pikirkan lagi!" ujarnya mengingatkan.]Tidak mudah menghancurkan perusahaan Galaxi Group yang sudah sebesar itu.Kalaupun ada isu yang tidak sedap, maka mereka pasti akan dengan cepat dan mudah saja menangani itu semua.Dion pun merasa begitu, jadi dia kembali memutar otaknya."Bagaimana kalau kita minta bantuan pada Johan? Dia juga bekerjasama dengan pria itu. Aku akan memintanya untuk membantu kita!" ucapnya tiba-tiba.Rio pun menaikkan sebelah alisnya karena tidak yakin.["Terserah kamu saja!" jawabnya pasrah.]"Oke, sip! Aku akan memberi kabar lagi soal ini!" putusnya final.Setelah itu Dion pun mengakhiri obrolan mereka.Dia ter
Mobil itu pun secara perlahan mulai mengikuti mobil Sam dari belakang.Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Mereka sudah bergerak. Kalian harus segera bersiap!" ucapnya memberikan perintah.["Baik, Bos!" jawabnya patuh.]Setelah itu dia pun mematikan panggilan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai karena sebentar lagi rencananya akan berhasil.Ya, pria itu tentu saja Dion.Dia sudah mengawasi Sam dari tadi dan kebetulan sekali, saat dia baru saja mau pergi ternyata mobil Sam keluar dari perusahaan.Dan ini adalah waktu yang sangat pas sekali baginya.Dion sudah menyewa beberapa preman dan para preman itu sedang berjaga di tempat lain.Mereka akan menunggu sampai Sam masuk perangkap dan akan digiring tempat sepi sehingga bisa menaklukan Sam dan juga Juna.Dion pun memutuskan untuk tidak lagi mengikuti mobil Sam, dia memilih menunggu dan menghindari mereka supaya tidak ada yang curiga.Dia sudah meminta Rio dan Johan untuk bungkam tentang masalah ini.Dia juga me
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak