Di Apartemen…
Sarah membeli beberapa keperluan yang dia butuhkan di dapur karena mereka kehabisan bahan makanan.Juga saat ini Paman dan Tantenya terlihat sangat lelah sekali.Dan tidak enak kalau harus menunggu sampai besok pagi, jadi dia memutuskan untuk pergi belanja ke supermarket yang ada di ruko bersebelahan dengan gedung apartemen itu.Sarah tidak menyadari kalau dari tadi ada sebuah mobil jeep berwarna hitam yang mengikutinya sejak keluar dari apartemen.Karena hari sudah malam dan juga lampu yang kurang menerangi jalan membuat suasana sedikit remang.Mobil itu berjalan pelan dan semakin mendekati Sarah.Setelah melihat situasi aman, dua orang pria dengan penutup kepala turun dari mobil dan langsung melancarkan aksinya.Satu orang langsung membekap mulut Sarah dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius dan satu lagi menahan tubuhnya agar gadis itu tidak berontak.Sarah berusaha untuk berteriak tapi suaranya tidSam berjalan dengan mondar-mandir untuk mengurangi ketegangan di dalam dirinya.Pak Yudi pun berusaha untuk menenangkan anak dari Tuan besarnya itu."Tuan Muda, ayo duduk dulu! Tenangkan dirimu," ucap Pak Yudi sambil membawa tubuh Sam ke arah di sofa."Bagaimana aku bisa tenang, Pak?! Saat ini tunanganku tidak tahu berada di mana? Dan aku merasa sangat bersalah karena itu! Aku kembali gagal melindunginya!" ungkapnya penuh sesal."Ini bukan salah, Tuan Muda. Lagipula kan semuanya belum pasti, kita masih bisa mencari Nona Sarah. Saya yakin dia baik-baik saja," Pak Yudi pun menepuk pundak Sam untuk memberikan semangat dan kekuatannya.Sam mengepalkan kedua tangannya dengan erat, tatapannya setajam elang yang siap menerkam mangsanya."Aku mohon Pak Yudi segera kirim orang terpercaya yang bisa mencari Sarah! Kalau perlu kita harus segera menghubungi polisi! Aku tidak mau tahu! Kita harus segera menemukan tunanganku!" pinta pemuda itu dengan nada tegas yang sarat akan emosi."Baik, Tuan Mud
Sam merasa Sonia mulai berani padanya.Dia pun mengusir gadis itu pergi dari sana secara halus."Maaf, aku ada rapat penting sebentar lagi. Aku ingin bersiap. Jadi lain kali saja kita bahas soal ini," ucap Sam dengan datar.Dia sengaja bersikap cuek supaya Sonia bosan dan tidak betah."Oh, benarkah? Baiklah kalau begitu, saya permisi pulang dulu, Tuan!" jawab gadis berambut pirang itu dengan pasrah.'Yah! Bagaimana sih?! Baru juga sampai sudah disuruh pulang!' batinnya menggerutu.Sonia pun membereskan barang bawaan dan menenteng tasnya lalu bangkit berdiri dan pamit pada Sam."Saya permisi dulu, Tuan. Selamat pagi!" ucapnya tersenyum manis.Sam pun merespon hanya dengan menganggukkan kepalanya.Sonia mau tidak mau harus pergi dari sana.Lagipula dia tidak mungkin memaksa pria itu yang sedang sibuk, bisa-bisa dia diusir paksa oleh asistennya yang menyebalkan itu.Saat di dalam lift, gadis itu malah menendang dinding besi itu untuk melampiaskan kekesalannya.Braaakkkk!!!Dia pun menghe
Besok paginya….Sam mendapat kabar dari Pak Yudi.Anak buahnya sudah mengecek kamera pengawas yang ada di sekitar kawasan ruko tempat dimana Sarah diculik.Sam pun meminta Juna menemaninya."Batalkan jadwalku pagi ini! Aku harus pergi untuk melihat rekaman itu!" perintah Sam setelah keluar dari ruangannya."Baik, Tuan! Tapi meeting nanti siang tidak bisa ditunda lagi," jelasnya dengan wajah tidak enak.Sam mengusap wajahnya dengan kasar.Dia benar-benar kehilangan konsentrasinya dalam bekerja."Baiklah! Ayo, cepat!""Baik, Tuan! Sebentar,"Juna pun mengambil Tab dan kunci mobil Sam.Lalu mereka berdua bergegas menuju lokasi yang sudah dikirimkan oleh anak buah Pak Yudi.Di rumah Handoko…..Sonia dan Papanya baru saja selesai sarapan bersama."Pa, bagaimana? Apa Papa sudah bicara pada Tuan Adam?"Sonia terlihat sangat antusias kalau sudah membicarakan tentang Sam."Sudah. Dan dia bilang kalau semua keputusan ada di tangan putranya," jelasnya singkat.Handoko jadi merasa malu kalau meng
Sam menatap Dion dengan sorot mata tajam.Seperti ular yang siap memangsa tikus kecil di depannya hidup-hidup."Apa yang sudah kau rencanakan? Dasar brengsek!" Sam langsung melontarkan pertanyaan pada pemuda yang baju kemejanya sudah terbuka setengah."Apa maksudmu? Kalian bahkan datang dengan tiba-tiba seperti ini?! Tidak punya sopan santun!" teriaknya merasa tidak terima.Dion pun mengibaskan tangannya untuk memberi isyarat supaya gadis itu keluar dari ruangannya.Gadis itu pun mengangguk patuh dan segera membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka, lalu keluar dari ruangan Dion sambil menundukkan kepala karena sedikit takut.Sam pun duduk di sofa dengan menghilangkan kedua kakinya.Dia berusaha untuk tetap santai meskipun saat ini sangat ingin menghajar pria itu.'Kemana dua penjaga yang ada di depan? Apa mereka sudah dihajar oleh pria ini?!' Batin Dion heran sambil melirik sekilas ke arah Juna.Karena tadi dia memang lupa mengunci pintunya sebab sudah ada orang yang berjaga. Tapi
Dion pun mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk kita menghancurkan perusahaannya bukan? Atau kamu ada ide lain?" Dion balik bertanya.Rio pun memegang dagunya untuk menimbang apa yang baru saja temannya itu katakan.["Aku tidak yakin soal ini, Dion. Mereka terlalu kuat untuk ditumbangkan. Coba pikirkan lagi!" ujarnya mengingatkan.]Tidak mudah menghancurkan perusahaan Galaxi Group yang sudah sebesar itu.Kalaupun ada isu yang tidak sedap, maka mereka pasti akan dengan cepat dan mudah saja menangani itu semua.Dion pun merasa begitu, jadi dia kembali memutar otaknya."Bagaimana kalau kita minta bantuan pada Johan? Dia juga bekerjasama dengan pria itu. Aku akan memintanya untuk membantu kita!" ucapnya tiba-tiba.Rio pun menaikkan sebelah alisnya karena tidak yakin.["Terserah kamu saja!" jawabnya pasrah.]"Oke, sip! Aku akan memberi kabar lagi soal ini!" putusnya final.Setelah itu Dion pun mengakhiri obrolan mereka.Dia ter
Mobil itu pun secara perlahan mulai mengikuti mobil Sam dari belakang.Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Mereka sudah bergerak. Kalian harus segera bersiap!" ucapnya memberikan perintah.["Baik, Bos!" jawabnya patuh.]Setelah itu dia pun mematikan panggilan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai karena sebentar lagi rencananya akan berhasil.Ya, pria itu tentu saja Dion.Dia sudah mengawasi Sam dari tadi dan kebetulan sekali, saat dia baru saja mau pergi ternyata mobil Sam keluar dari perusahaan.Dan ini adalah waktu yang sangat pas sekali baginya.Dion sudah menyewa beberapa preman dan para preman itu sedang berjaga di tempat lain.Mereka akan menunggu sampai Sam masuk perangkap dan akan digiring tempat sepi sehingga bisa menaklukan Sam dan juga Juna.Dion pun memutuskan untuk tidak lagi mengikuti mobil Sam, dia memilih menunggu dan menghindari mereka supaya tidak ada yang curiga.Dia sudah meminta Rio dan Johan untuk bungkam tentang masalah ini.Dia juga me
Praanggggg!!!!!Suara pecahan kaca menggema di kamar gadis itu.Handoko yang baru saja pulang, terkejut mendengar suara bising dari arah kamar putrinya."Sonia!" gumamnya cemas.Handoko langsung berlari menaiki tangga.Dia khawatir terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu."Wanita murahan! Kamu harus mati!" teriaknya kencang.Pria itu pun langsung membuka pintu kamar putrinya dengan cepat."Sonia?! Apa-apaan ini? Ada apa denganmu?!" tanya Handoko panik.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling.Kamar Sonia sangat berantakan, Barang-barang di meja rias berhamburan, pecahan kaca dimana-mana.Bahkan ranjang gadis itu tidak berbentuk lagi.Handoko menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka putrinya jadi seperti ini."Sonia, apa yang terjadi?"Pria itu berjalan dengan pelan dan mendekati putrinya.Gadis itu meringkuk di samping ranjang sambil memeluk kedua lututnya, masih dengan isakan yang terdengar samar.Dia pun mendongakkan kepala untuk menatap Papanya."Pa, wanita itu selama
Sarah pun berteriak histeris."Aku ingin bertemu Sam! Aku ingin melihatnya Tante!" minta gadis itu sambil memegang lengan Sekar dengan erat.Sekar pun berusaha untuk menenangkan keponakannya itu."Sabar, Sarah! Kamu kan masih belum kuat untuk berjalan. Kamu masih perlu istirahat, Sayang! Kita tunggu dokter dulu ya?" ucapnya sambil membelai rambut panjang Sarah."Tapi Tante, aku tidak bisa tenang sebelum melihat langsung bagaimana keadaannya sekarang! Aku harus kesana, Tante! Aku tidak bisa diam disini sementara Sam sedang terbaring lemah," tuturnya sambil menangis.Sekar pun bingung, lalu Bayu yang baru saja keluar dari toilet segera bergegas menghampiri mereka."Ada apa, Bu?" ucapnya panik."Samuel, Pak! Dia sedang dirawat di rumah sakit! Tadi kami baru melihat beritanya di televisi. Sarah ingin menemuinya! Bagaimana ini, Pak?!" adunya ikutan panik."Ya sudah, kalian tunggulah disini! Paman akan bicara pada dokter!" tuturnya yakin.Sekar pun mengangguk.Dia kembali membujuk Sarah untu