Mobil itu pun secara perlahan mulai mengikuti mobil Sam dari belakang.Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Mereka sudah bergerak. Kalian harus segera bersiap!" ucapnya memberikan perintah.["Baik, Bos!" jawabnya patuh.]Setelah itu dia pun mematikan panggilan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai karena sebentar lagi rencananya akan berhasil.Ya, pria itu tentu saja Dion.Dia sudah mengawasi Sam dari tadi dan kebetulan sekali, saat dia baru saja mau pergi ternyata mobil Sam keluar dari perusahaan.Dan ini adalah waktu yang sangat pas sekali baginya.Dion sudah menyewa beberapa preman dan para preman itu sedang berjaga di tempat lain.Mereka akan menunggu sampai Sam masuk perangkap dan akan digiring tempat sepi sehingga bisa menaklukan Sam dan juga Juna.Dion pun memutuskan untuk tidak lagi mengikuti mobil Sam, dia memilih menunggu dan menghindari mereka supaya tidak ada yang curiga.Dia sudah meminta Rio dan Johan untuk bungkam tentang masalah ini.Dia juga me
Praanggggg!!!!!Suara pecahan kaca menggema di kamar gadis itu.Handoko yang baru saja pulang, terkejut mendengar suara bising dari arah kamar putrinya."Sonia!" gumamnya cemas.Handoko langsung berlari menaiki tangga.Dia khawatir terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu."Wanita murahan! Kamu harus mati!" teriaknya kencang.Pria itu pun langsung membuka pintu kamar putrinya dengan cepat."Sonia?! Apa-apaan ini? Ada apa denganmu?!" tanya Handoko panik.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling.Kamar Sonia sangat berantakan, Barang-barang di meja rias berhamburan, pecahan kaca dimana-mana.Bahkan ranjang gadis itu tidak berbentuk lagi.Handoko menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka putrinya jadi seperti ini."Sonia, apa yang terjadi?"Pria itu berjalan dengan pelan dan mendekati putrinya.Gadis itu meringkuk di samping ranjang sambil memeluk kedua lututnya, masih dengan isakan yang terdengar samar.Dia pun mendongakkan kepala untuk menatap Papanya."Pa, wanita itu selama
Sarah pun berteriak histeris."Aku ingin bertemu Sam! Aku ingin melihatnya Tante!" minta gadis itu sambil memegang lengan Sekar dengan erat.Sekar pun berusaha untuk menenangkan keponakannya itu."Sabar, Sarah! Kamu kan masih belum kuat untuk berjalan. Kamu masih perlu istirahat, Sayang! Kita tunggu dokter dulu ya?" ucapnya sambil membelai rambut panjang Sarah."Tapi Tante, aku tidak bisa tenang sebelum melihat langsung bagaimana keadaannya sekarang! Aku harus kesana, Tante! Aku tidak bisa diam disini sementara Sam sedang terbaring lemah," tuturnya sambil menangis.Sekar pun bingung, lalu Bayu yang baru saja keluar dari toilet segera bergegas menghampiri mereka."Ada apa, Bu?" ucapnya panik."Samuel, Pak! Dia sedang dirawat di rumah sakit! Tadi kami baru melihat beritanya di televisi. Sarah ingin menemuinya! Bagaimana ini, Pak?!" adunya ikutan panik."Ya sudah, kalian tunggulah disini! Paman akan bicara pada dokter!" tuturnya yakin.Sekar pun mengangguk.Dia kembali membujuk Sarah untu
Sonia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dia akan datang lagi besok untuk memastikan apakah Sam sudah sadar atau tidak.Dia harus melihat semuanya sendiri.Saat ini dia tidak ingin masuk ke dalam karena malas untuk bertemu dengan Sarah.Rasa kecewanya karena gagal menyingkirkan gadis itu harus disisihkan terlebih dahulu.Sam jauh lebih penting saat ini."Tunggu saja! Aku akan membuatmu semakin menderita!" desisnya geram. Sonia pun pergi dari sana sambil memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan Sam dan Sarah. Besok paginya…Di dalam ruangannya, Adam dan Pak Yudi sedang berdiskusi serius karena ini mengenai Sam."Apa kamu memikirkan hal yang sama, Yudi? Aku rasa pelakunya adalah orang yang sama. Dia juga yang menculik Sarah dan mencelakai Sam!" tutur Adam dengan kilatan api amarah yang terlihat jelas di matanya. "Aku juga berpikir begitu, Tuan. Tapi aku masih harus menyelidiki in
Tiba-tiba Susan sudah ada di belakang mereka. Dia pun berjalan mendekat ke arah ranjang Sam. "Ta-tante?!" Sarah cukup terkejut mendengar apa yang baru saja wanita itu ucapkan. "Mama! Kenapa bicara seperti itu?!" Sam bertanya heran. "Ini adalah salahmu dan memang kamu yang harus disalahkan dalam hal ini!" tunjuknya sambil menatap gadis itu tidak suka. Sarah sampai tidak tahu harus bicara apa. Dia bingung kenapa sikap Susan tiba-tiba berubah. Padahal sebelumnya baik-baik saja. "Apa maksud Tante bicara seperti itu? Sarah juga tidak tahu soal itu," akhirnya dia berani membuka suara."Tentu saja kamu yang harus bertanggung jawab atas apa yang menimpa anakku! Dia terlibat banyak masalah juga karenamu! Dia juga terluka itu semua karenamu! Kamu juga ceroboh, makanya kamu sampai diculik dan menyusahkan semua orang! Kamu tahu itu?!" ucap Susan dengan napas memburu.
Istrinya pun heran mendengar suaminya bicara seperti itu."Siapa, Sayang? Memangnya kamu kenal dengan wanita itu?""Tentu saja, Ma. Dia itu adalah Mamanya Tuan Samuel, lalu gadis yang ada di sebelahnya itu adalah mantan karyawan perusahaan dan juga orang yang mengincar Tuan Samuel. Aku yakin dia datang kemari bukan karena ingin menjenguk Tuan Sam!" jelasnya singkat. Istrinya itu hanya manggut-manggut.Ya, mereka adalah Juna dan juga istrinya.Juna merasa sudah baikan dan ingin melihat Tuannya.Dia bersyukur karena tidak berpapasan dengan Susan dan Sonia jadi dia bisa melaporkan hal ini pada Sam. "Ayo, Ma!" ajaknya. Juna dan istrinya pun masuk ke dalam ruangan Sam. "Selamat sore, Tuan. Senang sekali bisa melihat Tuan sudah sehat," sapa Juna tetap sopan meskipun mereka bukan di kantor. "Terima kasih, Juna. Bagaimana keadaanmu?" Sam memberikan perhatian kecil pada asistennya itu. "Saya baik-baik saja, Tuan. Jangan khawatirkan tentang saya. Fokus saja pada kesembuhan, Tuan!" jawabny
Tentu saja petugas polisi itu tidak langsung percaya dengan Dion sepenuhnya, meskipun begitu mereka tetap akan melakukan penyelidikan berdasarkan nama dan juga keterangan yang diberikan olehnya. Sekecil apapun petunjuk dan setiap dugaan mereka harus tetap membongkar semua sampai ke akarnya. Lalu petugas polisi itu melanjutkan pertanyaan lagi pada Dion."Apa hubungan mereka berdua dalam masalah ini? Apa kamu punya bukti kalau mereka ikut terlibat?"Dion pun berpikir keras karena sebenarnya dia memang tidak mempunyai bukti soal itu.Dia hanya bisa memberikan nomor ponsel mereka dan bukti adanya percakapan, tapi itu semua tidaklah cukup.Karena riwayat panggilan itu tidak bisa menjelaskan apa saja yang mereka bicarakan dan juga Johan yang pandai sekali menghapus jejaknya.Uang yang ditransfer pada Dion melalui rekening pribadinya pun tidak bisa dilacak karena ia sudah menghapusnya untuk menghilangkan jejak.'Sial! Seharusnya aku tidak bertindak terburu-buru! Sekarang malah aku yang har
Sam mengatupkan rahangnya menahan emosi yang sudah meluap. Kalau saja mereka tidak duduk di ruang yang terpisah pasti dia sudah menghajar pria sombong itu. Tapi Sam berusaha untuk tidak terpancing dengan ucapan Dion dan tetap bersikap tenang seolah tidak goyah dengan semua yang pria itu katakan. Dion juga berusaha bertahan meskipun dia sebenarnya takut kalau Sam tiba-tiba saja meminta polisi untuk melenyapkannya. Dia tahu mereka bisa saja melakukan itu detik ini juga. Tapi dia akan menggunakan Rio dan Johan sebagai senjata terakhir untuk mengancam Sam. Meskipun mereka berdua sudah membuangnya, tapi dia tidak sebodoh itu. Karena tahu kalau Rio dan Johan pasti akan mencoba lari dari masalah ini dan tidak ingin terlibat. Dion akan mengadu domba mereka semua. Selagi itu bisa membuatnya puas melihat Sam menderita. Dan membalaskan rasa sakit hatinya. "Apa maksudmu? Apa kau punya komplotan lain? Mereka semua akan aku tangkap!" ujar Sam dengan tatapan tajam. Dion pun tersenyum mir