Sam menatap Dion dengan sorot mata tajam.Seperti ular yang siap memangsa tikus kecil di depannya hidup-hidup."Apa yang sudah kau rencanakan? Dasar brengsek!" Sam langsung melontarkan pertanyaan pada pemuda yang baju kemejanya sudah terbuka setengah."Apa maksudmu? Kalian bahkan datang dengan tiba-tiba seperti ini?! Tidak punya sopan santun!" teriaknya merasa tidak terima.Dion pun mengibaskan tangannya untuk memberi isyarat supaya gadis itu keluar dari ruangannya.Gadis itu pun mengangguk patuh dan segera membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka, lalu keluar dari ruangan Dion sambil menundukkan kepala karena sedikit takut.Sam pun duduk di sofa dengan menghilangkan kedua kakinya.Dia berusaha untuk tetap santai meskipun saat ini sangat ingin menghajar pria itu.'Kemana dua penjaga yang ada di depan? Apa mereka sudah dihajar oleh pria ini?!' Batin Dion heran sambil melirik sekilas ke arah Juna.Karena tadi dia memang lupa mengunci pintunya sebab sudah ada orang yang berjaga. Tapi
Dion pun mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk kita menghancurkan perusahaannya bukan? Atau kamu ada ide lain?" Dion balik bertanya.Rio pun memegang dagunya untuk menimbang apa yang baru saja temannya itu katakan.["Aku tidak yakin soal ini, Dion. Mereka terlalu kuat untuk ditumbangkan. Coba pikirkan lagi!" ujarnya mengingatkan.]Tidak mudah menghancurkan perusahaan Galaxi Group yang sudah sebesar itu.Kalaupun ada isu yang tidak sedap, maka mereka pasti akan dengan cepat dan mudah saja menangani itu semua.Dion pun merasa begitu, jadi dia kembali memutar otaknya."Bagaimana kalau kita minta bantuan pada Johan? Dia juga bekerjasama dengan pria itu. Aku akan memintanya untuk membantu kita!" ucapnya tiba-tiba.Rio pun menaikkan sebelah alisnya karena tidak yakin.["Terserah kamu saja!" jawabnya pasrah.]"Oke, sip! Aku akan memberi kabar lagi soal ini!" putusnya final.Setelah itu Dion pun mengakhiri obrolan mereka.Dia ter
Mobil itu pun secara perlahan mulai mengikuti mobil Sam dari belakang.Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Mereka sudah bergerak. Kalian harus segera bersiap!" ucapnya memberikan perintah.["Baik, Bos!" jawabnya patuh.]Setelah itu dia pun mematikan panggilan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai karena sebentar lagi rencananya akan berhasil.Ya, pria itu tentu saja Dion.Dia sudah mengawasi Sam dari tadi dan kebetulan sekali, saat dia baru saja mau pergi ternyata mobil Sam keluar dari perusahaan.Dan ini adalah waktu yang sangat pas sekali baginya.Dion sudah menyewa beberapa preman dan para preman itu sedang berjaga di tempat lain.Mereka akan menunggu sampai Sam masuk perangkap dan akan digiring tempat sepi sehingga bisa menaklukan Sam dan juga Juna.Dion pun memutuskan untuk tidak lagi mengikuti mobil Sam, dia memilih menunggu dan menghindari mereka supaya tidak ada yang curiga.Dia sudah meminta Rio dan Johan untuk bungkam tentang masalah ini.Dia juga me
Praanggggg!!!!!Suara pecahan kaca menggema di kamar gadis itu.Handoko yang baru saja pulang, terkejut mendengar suara bising dari arah kamar putrinya."Sonia!" gumamnya cemas.Handoko langsung berlari menaiki tangga.Dia khawatir terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya itu."Wanita murahan! Kamu harus mati!" teriaknya kencang.Pria itu pun langsung membuka pintu kamar putrinya dengan cepat."Sonia?! Apa-apaan ini? Ada apa denganmu?!" tanya Handoko panik.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling.Kamar Sonia sangat berantakan, Barang-barang di meja rias berhamburan, pecahan kaca dimana-mana.Bahkan ranjang gadis itu tidak berbentuk lagi.Handoko menggelengkan kepalanya karena tidak menyangka putrinya jadi seperti ini."Sonia, apa yang terjadi?"Pria itu berjalan dengan pelan dan mendekati putrinya.Gadis itu meringkuk di samping ranjang sambil memeluk kedua lututnya, masih dengan isakan yang terdengar samar.Dia pun mendongakkan kepala untuk menatap Papanya."Pa, wanita itu selama
Sarah pun berteriak histeris."Aku ingin bertemu Sam! Aku ingin melihatnya Tante!" minta gadis itu sambil memegang lengan Sekar dengan erat.Sekar pun berusaha untuk menenangkan keponakannya itu."Sabar, Sarah! Kamu kan masih belum kuat untuk berjalan. Kamu masih perlu istirahat, Sayang! Kita tunggu dokter dulu ya?" ucapnya sambil membelai rambut panjang Sarah."Tapi Tante, aku tidak bisa tenang sebelum melihat langsung bagaimana keadaannya sekarang! Aku harus kesana, Tante! Aku tidak bisa diam disini sementara Sam sedang terbaring lemah," tuturnya sambil menangis.Sekar pun bingung, lalu Bayu yang baru saja keluar dari toilet segera bergegas menghampiri mereka."Ada apa, Bu?" ucapnya panik."Samuel, Pak! Dia sedang dirawat di rumah sakit! Tadi kami baru melihat beritanya di televisi. Sarah ingin menemuinya! Bagaimana ini, Pak?!" adunya ikutan panik."Ya sudah, kalian tunggulah disini! Paman akan bicara pada dokter!" tuturnya yakin.Sekar pun mengangguk.Dia kembali membujuk Sarah untu
Sonia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dia akan datang lagi besok untuk memastikan apakah Sam sudah sadar atau tidak.Dia harus melihat semuanya sendiri.Saat ini dia tidak ingin masuk ke dalam karena malas untuk bertemu dengan Sarah.Rasa kecewanya karena gagal menyingkirkan gadis itu harus disisihkan terlebih dahulu.Sam jauh lebih penting saat ini."Tunggu saja! Aku akan membuatmu semakin menderita!" desisnya geram. Sonia pun pergi dari sana sambil memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan Sam dan Sarah. Besok paginya…Di dalam ruangannya, Adam dan Pak Yudi sedang berdiskusi serius karena ini mengenai Sam."Apa kamu memikirkan hal yang sama, Yudi? Aku rasa pelakunya adalah orang yang sama. Dia juga yang menculik Sarah dan mencelakai Sam!" tutur Adam dengan kilatan api amarah yang terlihat jelas di matanya. "Aku juga berpikir begitu, Tuan. Tapi aku masih harus menyelidiki in
Tiba-tiba Susan sudah ada di belakang mereka. Dia pun berjalan mendekat ke arah ranjang Sam. "Ta-tante?!" Sarah cukup terkejut mendengar apa yang baru saja wanita itu ucapkan. "Mama! Kenapa bicara seperti itu?!" Sam bertanya heran. "Ini adalah salahmu dan memang kamu yang harus disalahkan dalam hal ini!" tunjuknya sambil menatap gadis itu tidak suka. Sarah sampai tidak tahu harus bicara apa. Dia bingung kenapa sikap Susan tiba-tiba berubah. Padahal sebelumnya baik-baik saja. "Apa maksud Tante bicara seperti itu? Sarah juga tidak tahu soal itu," akhirnya dia berani membuka suara."Tentu saja kamu yang harus bertanggung jawab atas apa yang menimpa anakku! Dia terlibat banyak masalah juga karenamu! Dia juga terluka itu semua karenamu! Kamu juga ceroboh, makanya kamu sampai diculik dan menyusahkan semua orang! Kamu tahu itu?!" ucap Susan dengan napas memburu.
Istrinya pun heran mendengar suaminya bicara seperti itu."Siapa, Sayang? Memangnya kamu kenal dengan wanita itu?""Tentu saja, Ma. Dia itu adalah Mamanya Tuan Samuel, lalu gadis yang ada di sebelahnya itu adalah mantan karyawan perusahaan dan juga orang yang mengincar Tuan Samuel. Aku yakin dia datang kemari bukan karena ingin menjenguk Tuan Sam!" jelasnya singkat. Istrinya itu hanya manggut-manggut.Ya, mereka adalah Juna dan juga istrinya.Juna merasa sudah baikan dan ingin melihat Tuannya.Dia bersyukur karena tidak berpapasan dengan Susan dan Sonia jadi dia bisa melaporkan hal ini pada Sam. "Ayo, Ma!" ajaknya. Juna dan istrinya pun masuk ke dalam ruangan Sam. "Selamat sore, Tuan. Senang sekali bisa melihat Tuan sudah sehat," sapa Juna tetap sopan meskipun mereka bukan di kantor. "Terima kasih, Juna. Bagaimana keadaanmu?" Sam memberikan perhatian kecil pada asistennya itu. "Saya baik-baik saja, Tuan. Jangan khawatirkan tentang saya. Fokus saja pada kesembuhan, Tuan!" jawabny