Susan jadi heran.Bagaimana bisa gadis di depannya ini percaya diri bisa membantu pernikahan anaknya."Apa maksudmu?" Susan terlihat bingung.Karena tidak mungkin Sonia menyumbangkan uang, mereka tidak memerlukan itu."Oh maaf, Nyonya. Maksud saya, saya bisa membantu mencarikan Wedding Organizer yang bagus! Saya ada kenalan yang terbaik di bidangnya," jelasnya lagi.Susan akhirnya paham apa maksud dari ucapan gadis yang ada di depannya saat ini."Oh begitu, tapi saya sudah mendapatkan WO yang bagus. Saya rasa kamu tidak perlu repot-repot untuk melakukan itu," tolaknya secara halus.Mendengar itu Sonia tidak ingin kehilangan kesempatan."Oh! Tenang saja, Nyonya. Kali ini saya yakin Nyonya akan puas dengan hasil mereka. Karena mereka adalah WO terbaik yang ada di kota ini! Kalau Nyonya Mau saya bisa membawa mereka kemari atau kita bisa mengunjungi langsung kantor mereka. Kebetulan pemiliknya adalah kenalanku, jadi aku sangat yakin kalau Nyonya pasti akan tertarik," jelasnya terus berusa
Besoknya…Sonia sangat antusias karena dari semalam dia sudah tidak sabar untuk menantikan hari ini.Gadis itu memakai dress berwarna silver yang sangat ketat tapi dia juga memakai blazer berwarna navy untuk menutupi bagian atas tubuhnya agar terlihat sopan.Tentu saja karena hari ini dia akan bertemu dengan Sam, jadi gadis itu berdandan secantik mungkin untuk memikatnya.Meskipun nanti tidak tahu apakah bisa berbicara dengan pemuda itu atau tidak, karena dia tahu kalau Sam sempat menolaknya waktu itu dan tidak ingin lagi melihatnya.Tapi Sonia tetap percaya diri dan sangat yakin karena kali ini Susan akan membantunya dan juga meluruskan sedikit kesalahpahaman di antara mereka.Apalagi dia datang kemari sebagai anak seorang rekan bisnis dari perusahaan keluarganya bukan lagi sebagai karyawan dari perusahaan Galaxi Group.Jadi dia harus berbangga diri karena berasal dari anak orang kaya, tidak seperti Sarah.Sonia merasa itu cu
Di Apartemen…Sarah membeli beberapa keperluan yang dia butuhkan di dapur karena mereka kehabisan bahan makanan.Juga saat ini Paman dan Tantenya terlihat sangat lelah sekali.Dan tidak enak kalau harus menunggu sampai besok pagi, jadi dia memutuskan untuk pergi belanja ke supermarket yang ada di ruko bersebelahan dengan gedung apartemen itu.Sarah tidak menyadari kalau dari tadi ada sebuah mobil jeep berwarna hitam yang mengikutinya sejak keluar dari apartemen.Karena hari sudah malam dan juga lampu yang kurang menerangi jalan membuat suasana sedikit remang.Mobil itu berjalan pelan dan semakin mendekati Sarah.Setelah melihat situasi aman, dua orang pria dengan penutup kepala turun dari mobil dan langsung melancarkan aksinya.Satu orang langsung membekap mulut Sarah dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius dan satu lagi menahan tubuhnya agar gadis itu tidak berontak.Sarah berusaha untuk berteriak tapi suaranya tid
Sam berjalan dengan mondar-mandir untuk mengurangi ketegangan di dalam dirinya.Pak Yudi pun berusaha untuk menenangkan anak dari Tuan besarnya itu."Tuan Muda, ayo duduk dulu! Tenangkan dirimu," ucap Pak Yudi sambil membawa tubuh Sam ke arah di sofa."Bagaimana aku bisa tenang, Pak?! Saat ini tunanganku tidak tahu berada di mana? Dan aku merasa sangat bersalah karena itu! Aku kembali gagal melindunginya!" ungkapnya penuh sesal."Ini bukan salah, Tuan Muda. Lagipula kan semuanya belum pasti, kita masih bisa mencari Nona Sarah. Saya yakin dia baik-baik saja," Pak Yudi pun menepuk pundak Sam untuk memberikan semangat dan kekuatannya.Sam mengepalkan kedua tangannya dengan erat, tatapannya setajam elang yang siap menerkam mangsanya."Aku mohon Pak Yudi segera kirim orang terpercaya yang bisa mencari Sarah! Kalau perlu kita harus segera menghubungi polisi! Aku tidak mau tahu! Kita harus segera menemukan tunanganku!" pinta pemuda itu dengan nada tegas yang sarat akan emosi."Baik, Tuan Mud
Sam merasa Sonia mulai berani padanya.Dia pun mengusir gadis itu pergi dari sana secara halus."Maaf, aku ada rapat penting sebentar lagi. Aku ingin bersiap. Jadi lain kali saja kita bahas soal ini," ucap Sam dengan datar.Dia sengaja bersikap cuek supaya Sonia bosan dan tidak betah."Oh, benarkah? Baiklah kalau begitu, saya permisi pulang dulu, Tuan!" jawab gadis berambut pirang itu dengan pasrah.'Yah! Bagaimana sih?! Baru juga sampai sudah disuruh pulang!' batinnya menggerutu.Sonia pun membereskan barang bawaan dan menenteng tasnya lalu bangkit berdiri dan pamit pada Sam."Saya permisi dulu, Tuan. Selamat pagi!" ucapnya tersenyum manis.Sam pun merespon hanya dengan menganggukkan kepalanya.Sonia mau tidak mau harus pergi dari sana.Lagipula dia tidak mungkin memaksa pria itu yang sedang sibuk, bisa-bisa dia diusir paksa oleh asistennya yang menyebalkan itu.Saat di dalam lift, gadis itu malah menendang dinding besi itu untuk melampiaskan kekesalannya.Braaakkkk!!!Dia pun menghe
Besok paginya….Sam mendapat kabar dari Pak Yudi.Anak buahnya sudah mengecek kamera pengawas yang ada di sekitar kawasan ruko tempat dimana Sarah diculik.Sam pun meminta Juna menemaninya."Batalkan jadwalku pagi ini! Aku harus pergi untuk melihat rekaman itu!" perintah Sam setelah keluar dari ruangannya."Baik, Tuan! Tapi meeting nanti siang tidak bisa ditunda lagi," jelasnya dengan wajah tidak enak.Sam mengusap wajahnya dengan kasar.Dia benar-benar kehilangan konsentrasinya dalam bekerja."Baiklah! Ayo, cepat!""Baik, Tuan! Sebentar,"Juna pun mengambil Tab dan kunci mobil Sam.Lalu mereka berdua bergegas menuju lokasi yang sudah dikirimkan oleh anak buah Pak Yudi.Di rumah Handoko…..Sonia dan Papanya baru saja selesai sarapan bersama."Pa, bagaimana? Apa Papa sudah bicara pada Tuan Adam?"Sonia terlihat sangat antusias kalau sudah membicarakan tentang Sam."Sudah. Dan dia bilang kalau semua keputusan ada di tangan putranya," jelasnya singkat.Handoko jadi merasa malu kalau meng
Sam menatap Dion dengan sorot mata tajam.Seperti ular yang siap memangsa tikus kecil di depannya hidup-hidup."Apa yang sudah kau rencanakan? Dasar brengsek!" Sam langsung melontarkan pertanyaan pada pemuda yang baju kemejanya sudah terbuka setengah."Apa maksudmu? Kalian bahkan datang dengan tiba-tiba seperti ini?! Tidak punya sopan santun!" teriaknya merasa tidak terima.Dion pun mengibaskan tangannya untuk memberi isyarat supaya gadis itu keluar dari ruangannya.Gadis itu pun mengangguk patuh dan segera membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka, lalu keluar dari ruangan Dion sambil menundukkan kepala karena sedikit takut.Sam pun duduk di sofa dengan menghilangkan kedua kakinya.Dia berusaha untuk tetap santai meskipun saat ini sangat ingin menghajar pria itu.'Kemana dua penjaga yang ada di depan? Apa mereka sudah dihajar oleh pria ini?!' Batin Dion heran sambil melirik sekilas ke arah Juna.Karena tadi dia memang lupa mengunci pintunya sebab sudah ada orang yang berjaga. Tapi
Dion pun mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk kita menghancurkan perusahaannya bukan? Atau kamu ada ide lain?" Dion balik bertanya.Rio pun memegang dagunya untuk menimbang apa yang baru saja temannya itu katakan.["Aku tidak yakin soal ini, Dion. Mereka terlalu kuat untuk ditumbangkan. Coba pikirkan lagi!" ujarnya mengingatkan.]Tidak mudah menghancurkan perusahaan Galaxi Group yang sudah sebesar itu.Kalaupun ada isu yang tidak sedap, maka mereka pasti akan dengan cepat dan mudah saja menangani itu semua.Dion pun merasa begitu, jadi dia kembali memutar otaknya."Bagaimana kalau kita minta bantuan pada Johan? Dia juga bekerjasama dengan pria itu. Aku akan memintanya untuk membantu kita!" ucapnya tiba-tiba.Rio pun menaikkan sebelah alisnya karena tidak yakin.["Terserah kamu saja!" jawabnya pasrah.]"Oke, sip! Aku akan memberi kabar lagi soal ini!" putusnya final.Setelah itu Dion pun mengakhiri obrolan mereka.Dia ter