Angelina menarik napas dalam-dalam.
Dia mencoba untuk tetap tenang dan terlihat baik-baik saja.Meskipun dia sendiri tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di perusahaan ini.Dia pun mengambil keputusan cepat untuk menjawab pertanyaan mereka semua."Saya juga tidak tahu, tapi untuk sementara saya mohon kalian semua untuk tenang! Saya akan berusaha untuk mengatasi hal ini! Oke? Kalian tenang saja, semua akan tetap saya gaji seperti biasa!" jawab Angelina berusaha kuat.Mereka semua masih saling pandang, karena masih ingin mengajukan protes."Kembalilah bekerja, kami akan bicara terlebih dahulu dengan atasan kalian!" ujar Pak Yudi membantu Angelina."Benar! Saya sedang berusaha untuk mengembalikan perusahaan ini seperti semula! Saya juga mohon bantuan dari teman-teman semua!" pintanya lagi.Akhirnya para karyawan pun kembali ke ruangan masing-masing setelah mendengar penjelasan dari Angelina.Kemudian dengan cepat"Apa maksud, Papa? Kenapa bisa bicara seperti itu? Bukankah Angelina itu adik Papa, kenapa tidak mau membantunya?!" ucap Susan dengan wajah kesal."Papa coba pikirkan lagi. Bagaimanapun juga hanya kita harapan Tante satu-satunya," kali ini Sam ikut angkat bicara.Lalu Adam pun tersenyum dan terkekeh pelan."Hahaha! Kalian semua salah paham! Maksudku, tentu saja papa tidak bisa karena sedang sibuk mengurus perusahaan kita. Jadi yang bisa melakukan itu adalah Samuel! Itu yang papa maksud!" jelasnya dengan tersenyum geli."Papa kenapa bicara seperti itu sih! Bikin mama jantungan saja!" hardik Susan sambil mencebikkan bibirnya.Adam pun tertawa dengan lepas karena berhasil membuat istrinya itu kesal, sedangkan Sam hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua orang tuanya itu."Oke, Pa. Sam akan membicarakan hal ini pada Tante Angelina!" ujar Sam dengan yakin."Iya, Nak! Tunjukkan pada mereka kalau kamu adalah orang yang
Sam dan Juna berada di yang di Club milik Rio.Mereka kembali mengadakan pertemuan untuk menyelesaikan kerja sama yang kemarin."Selamat siang, Tuan Sam. Senang sekali akhirnya kita bisa bertemu lagi!" sapa Rio dengan senyum yang mengembang."Selamat siang juga Pak Rio! Bagaimana, sudah siap untuk memulai bisnis baru kita?" tanya Sam basa basi."Tentu saja! Saya sangat bersemangat loh!" jawab Rio antusias."Baiklah, Asisten saya akan menjelaskan secara singkat detailnya," ucap Sam sambil memberi kode kepada Juna.Juna pun mengangguk paham dan mulai membuka tabletnya."Baik, Tuan. Pak Rio, saat ini Resort kami sedang dalam pembangunan dan sebentar lagi selesai. Kami tertarik dengan konsep yang dimiliki oleh club milik Bapak! Jadi kita akan mulai melakukan perombakan pembangunan pada bagian sisi kiri resort yang menghadap ke laut, sehingga sangat cocok untuk dijadikan club pantai seperti ini!" beberapa Juna sambil memberik
Sebelum para gadis masuk…Dion memanggil salah satu di antara mereka.Dia melihat sekeliling terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada yang melihatnya.Dia memberikan botol kecil yang berisi serbuk putih kepada gadis cantik itu."Ini! Pakai ini saat kamu memberikan minuman pada pria itu! Rio sudah mengetahuinya!" ucapnya ambil menyodorkan benda tersebut.Gadis itu pun menerimanya, "Oke siap, Bos! Beres deh!" ujarnya tersenyum genit.Dion pun memberikan beberapa lembar uang sebagai upahnya. Tentu saja wanita itu dengan sangat senang hati menerimanya. Lalu memasukan uang itu ke dalam pakaian dalamnya.Dion merasa kali ini rencananya akan berjalan dengan mudah.'Semoga mereka tidak menyadarinya!' batinnya berharap.Di dalam ruangan…Mereka terlihat makan bersama dan sesekali membahas masalah pekerjaan.Juna membiarkan saja para gadis itu merayunya.Ada yang sengaja menyentuh lengannya lembut atau sekedar mengedipkan mata nakal sambil tersenyum menggoda.Juna menanggapi dengan ekspresi d
Juna langsung menghampiri Rio dan mencengkram kerah bajunya dengan erat.Rio yang wajahnya sudah pucat pasi hanya bisa pasrah karena tenaganya jauh lebih besar dari Juna.Bughhh!!!!!Juna langsung melayangkan pukulan pada wajah sebelah kirinya.Membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai."Dasar brengsek!" maki Juna dengan napas memburu.Para gadis itu berteriak histeris dan memutuskan pergi keluar dari sana.Juna pun kembali menghampiri tubuh Rio dan kembali mencengkram kerah bajunya."Apa yang kalian lakukan pada Tuan Sam? Beraninya kalian berbuat seperti ini! Aku bisa membunuhmu saat ini juga!" ancam Juna dengan sorot mata tajam."Maafkan saya! Saya melakukan ini karena disuruh! Benar!" ujar Rio dengan wajah pucat pasi karena ketakutan.Mendengar itu Juna semakin emosi."Sialan! Berikan ponselmu!" pinta Juna dengan suara tinggi.Dengan tangan gemetar Rio pun memberikan ponselnya.Juna dengan cepat membuka ponsel itu dan terlihat sebuah video yang sedang terjeda.Dia menatapnya deng
Susan pun menghembuskan napas dengan kasar, karena dia yakin kalau Sam sedang banyak pekerjaan sehingga tidak sempat untuk memikirkan masalah pribadinya sendiri."Kamu ini bagaimana sih, Sam? Bukankah kamu dan Sarah mau menikah? Kamu sudah meminta sarah untuk menghubungi keluarganya kan?" ujar Susan mengingatkan kembali rencana putranya."Iya maaf, Ma. Sam sangat sibuk belakangan ini. Setelah ini Sam akan bertanya pada Sarah apa Paman dan Tantenya sudah datang. Kalau memang benar, Sam akan menjemput mereka untuk datang ke rumah kita," jelasnya sambil menyandarkan punggung ke sofa."Ya sudah kalau begitu. Kamu cepat masuk ke kamar dan beristirahat. Urusan keluarga nanti biar mama yang mengatur. Kamu fokus saja dulu pada pekerjaan besok!" Susan merasa kasihan melihat Sam yang terlihat letih."Oke, Ma. Terima kasih banyaknya!" ucapnya dengan tersenyum manis.Sam merasa beruntung sekali memiliki Mama sepertinya."Iya, jangan lupa langsung mandi supaya badanmu kembali segar!" pintanya lagi
"A-apa?! Berhenti bekerja?" Sarah kembali mengulang pertanyaan itu."Iya, benar. Kenapa, Sarah? Apa kamu keberatan dengan itu?" tanya Susan lagi."Oh, tidak! Bu-bukan begitu maksud saya, Tante. Tapi, sebenarnya saya masih ingin bekerja. Apa itu tidak boleh?" tanya gadis itu takut.Susan pun tersenyum tipis dan berkata, "Kamu akan menikah dan jadi bagian dari keluarga ini. So, untuk apalagi kamu bekerja. Karena setelah ini tugasmu hanya mengurus anakku," jelasnya singkat.Sarah pun tertegun dan tersenyum dengan terpaksa.'Bagaimana ini?' hatinya bingung."Baiklah, Tante. Saya akan pikirkan ini dan akan mengurus surat resign setelah saya membicarakan hal ini dengan Sam," jawab Sarah akhirnya.Mau tidak mau dia harus mengalah. Dia tidak ingin dicap sebagai calon mantu yang tidak menurut."Oke, itu terserah kamu. Tapi saya yakin kalau Sam akan setuju kalau kamu berhenti bekerja. Iya kan?" ucap wanita itu yakin.Sarah pun mengangguk pelan.Dia juga tahu itu, karena dulu Sam juga memintany
Besoknya…Angelina menghembuskan napas perlahan untuk menghilangkan gugup, lalu mulai mengetuk pintu ruangan Adam.Terdengar jawaban dari dalam."Masuk!"Suara berat pria blasteran itu menggema di dalam ruangannya. Angelina pun memasang senyuman yang manis.Entah kenapa dia merasa sangat canggung berhadapan dengan Adam saat ini.Pria itu juga ikut tersenyum, lalu menyambut Angelina dengan tangan terbuka."Duduklah, Angel!"Adam bangkit dari kursinya dan duduk di sofa. Begitu juga dengan Angelina."Hmmm. A-apa kabar, Mas?" ucapnya terbata dengan pertanyaan basa basi."I'm fine! Mas senang bisa melihatmu baik-baik saja. Maaf, Mas belum bisa datang melihat keadaanmu dan juga Alice. Mas harap kamu tidak marah," ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa.Mendengar Adam yang bicara seperti itu membuat Angelina semakin tidak enak."No! Kenapa aku harus marah, Mas. Aku yang harus mengucapkan terima kasih karena kalian semua sudah peduli padaku. Oh ya, aku kemari ingin meminta sat
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba datang dengan keadaan marah seperti ini?!" ucapnya tidak terima."Diam! Seharusnya aku dari awal tidak mengikuti permainanmu! Lihat! Aku benar-benar malu karenamu! Kau harus mengganti rugi dan juga bertanggung jawab!" jelasnya dengan napas yang memburu.Dion yang masih setengah sadar karena di bawah minuman keras, perlahan mulai mencerna apa yang dimaksud oleh temannya itu."Kenapa memangnya? Apa yang dilakukan pria sombong itu padamu?""Tentu saja dia membatalkan kerjasama antara kami! Padahal aku sudah menyiapkan proyek ini dengan susah payah! Kau pikir aku bekerja hanya untuk menghamburkan semua uang yang ku punya sepertimu! Begitu?!"Rio mengungkapkan kebiasaan Dion."Apa kau bilang? Itu semua juga kesalahanmu! Seharusnya kau tidak teledor dan lengah! Jadi kita gagal dan ketahuan!" ucapnya balik menyerang.Dion merasa tidak terima karena disalahkan oleh Rio."Enak saja, kau yang harusnya melakukan itu! Aku kan hanya membantumu! Sialan! A
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak