Juna langsung menghampiri Rio dan mencengkram kerah bajunya dengan erat.Rio yang wajahnya sudah pucat pasi hanya bisa pasrah karena tenaganya jauh lebih besar dari Juna.Bughhh!!!!!Juna langsung melayangkan pukulan pada wajah sebelah kirinya.Membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai."Dasar brengsek!" maki Juna dengan napas memburu.Para gadis itu berteriak histeris dan memutuskan pergi keluar dari sana.Juna pun kembali menghampiri tubuh Rio dan kembali mencengkram kerah bajunya."Apa yang kalian lakukan pada Tuan Sam? Beraninya kalian berbuat seperti ini! Aku bisa membunuhmu saat ini juga!" ancam Juna dengan sorot mata tajam."Maafkan saya! Saya melakukan ini karena disuruh! Benar!" ujar Rio dengan wajah pucat pasi karena ketakutan.Mendengar itu Juna semakin emosi."Sialan! Berikan ponselmu!" pinta Juna dengan suara tinggi.Dengan tangan gemetar Rio pun memberikan ponselnya.Juna dengan cepat membuka ponsel itu dan terlihat sebuah video yang sedang terjeda.Dia menatapnya deng
Susan pun menghembuskan napas dengan kasar, karena dia yakin kalau Sam sedang banyak pekerjaan sehingga tidak sempat untuk memikirkan masalah pribadinya sendiri."Kamu ini bagaimana sih, Sam? Bukankah kamu dan Sarah mau menikah? Kamu sudah meminta sarah untuk menghubungi keluarganya kan?" ujar Susan mengingatkan kembali rencana putranya."Iya maaf, Ma. Sam sangat sibuk belakangan ini. Setelah ini Sam akan bertanya pada Sarah apa Paman dan Tantenya sudah datang. Kalau memang benar, Sam akan menjemput mereka untuk datang ke rumah kita," jelasnya sambil menyandarkan punggung ke sofa."Ya sudah kalau begitu. Kamu cepat masuk ke kamar dan beristirahat. Urusan keluarga nanti biar mama yang mengatur. Kamu fokus saja dulu pada pekerjaan besok!" Susan merasa kasihan melihat Sam yang terlihat letih."Oke, Ma. Terima kasih banyaknya!" ucapnya dengan tersenyum manis.Sam merasa beruntung sekali memiliki Mama sepertinya."Iya, jangan lupa langsung mandi supaya badanmu kembali segar!" pintanya lagi
"A-apa?! Berhenti bekerja?" Sarah kembali mengulang pertanyaan itu."Iya, benar. Kenapa, Sarah? Apa kamu keberatan dengan itu?" tanya Susan lagi."Oh, tidak! Bu-bukan begitu maksud saya, Tante. Tapi, sebenarnya saya masih ingin bekerja. Apa itu tidak boleh?" tanya gadis itu takut.Susan pun tersenyum tipis dan berkata, "Kamu akan menikah dan jadi bagian dari keluarga ini. So, untuk apalagi kamu bekerja. Karena setelah ini tugasmu hanya mengurus anakku," jelasnya singkat.Sarah pun tertegun dan tersenyum dengan terpaksa.'Bagaimana ini?' hatinya bingung."Baiklah, Tante. Saya akan pikirkan ini dan akan mengurus surat resign setelah saya membicarakan hal ini dengan Sam," jawab Sarah akhirnya.Mau tidak mau dia harus mengalah. Dia tidak ingin dicap sebagai calon mantu yang tidak menurut."Oke, itu terserah kamu. Tapi saya yakin kalau Sam akan setuju kalau kamu berhenti bekerja. Iya kan?" ucap wanita itu yakin.Sarah pun mengangguk pelan.Dia juga tahu itu, karena dulu Sam juga memintany
Besoknya…Angelina menghembuskan napas perlahan untuk menghilangkan gugup, lalu mulai mengetuk pintu ruangan Adam.Terdengar jawaban dari dalam."Masuk!"Suara berat pria blasteran itu menggema di dalam ruangannya. Angelina pun memasang senyuman yang manis.Entah kenapa dia merasa sangat canggung berhadapan dengan Adam saat ini.Pria itu juga ikut tersenyum, lalu menyambut Angelina dengan tangan terbuka."Duduklah, Angel!"Adam bangkit dari kursinya dan duduk di sofa. Begitu juga dengan Angelina."Hmmm. A-apa kabar, Mas?" ucapnya terbata dengan pertanyaan basa basi."I'm fine! Mas senang bisa melihatmu baik-baik saja. Maaf, Mas belum bisa datang melihat keadaanmu dan juga Alice. Mas harap kamu tidak marah," ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa.Mendengar Adam yang bicara seperti itu membuat Angelina semakin tidak enak."No! Kenapa aku harus marah, Mas. Aku yang harus mengucapkan terima kasih karena kalian semua sudah peduli padaku. Oh ya, aku kemari ingin meminta sat
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba datang dengan keadaan marah seperti ini?!" ucapnya tidak terima."Diam! Seharusnya aku dari awal tidak mengikuti permainanmu! Lihat! Aku benar-benar malu karenamu! Kau harus mengganti rugi dan juga bertanggung jawab!" jelasnya dengan napas yang memburu.Dion yang masih setengah sadar karena di bawah minuman keras, perlahan mulai mencerna apa yang dimaksud oleh temannya itu."Kenapa memangnya? Apa yang dilakukan pria sombong itu padamu?""Tentu saja dia membatalkan kerjasama antara kami! Padahal aku sudah menyiapkan proyek ini dengan susah payah! Kau pikir aku bekerja hanya untuk menghamburkan semua uang yang ku punya sepertimu! Begitu?!"Rio mengungkapkan kebiasaan Dion."Apa kau bilang? Itu semua juga kesalahanmu! Seharusnya kau tidak teledor dan lengah! Jadi kita gagal dan ketahuan!" ucapnya balik menyerang.Dion merasa tidak terima karena disalahkan oleh Rio."Enak saja, kau yang harusnya melakukan itu! Aku kan hanya membantumu! Sialan! A
Sarah pun langsung menjawab dengan tegas."Tidak! Enak saja! Aku masih menjaga diriku dengan baik!" jawabnya dengan memanyunkan bibirnya.Sudah tentu dia tidak terima dituduh dengan hal seperti itu.Selama ini Sarah selalu menjaga kehormatannya dan juga Sam tidak pernah melakukan hal lebih padanya.Dia juga yakin kalau Sam bukan pria yang seperti itu, meskipun awalnya dia sedikit ragu dan takut, tapi setelah mengenal sifatnya lebih jauh, dia tahu kalau pria yang dicintainya itu bisa menghormati seorang wanita, apalagi dia sangat patuh dan hormat pada Mamanya."Bohong deh!" ledeknya lagi."No! I'm still virgin! Dia juga pria baik-baik tau! Romantis, ganteng, lucu, dan pengertian. Kalian pasti iri!" ujar Sarah memanasi teman-temannya.Mereka pun terlihat merengut kesal karena gadis itu berhasil membalikkan keadaan."Terus kenapa juga berhenti kerja mendadak dan misterius?" ucapnya dengan raut wajah kesal yang terlihat jelas.Sarah yang sudah terlanjur kesal dan emosi karena dirundung be
Gadis itu meraung dan menjambak rambut dengan kedua tangannya.Dia membuat Handoko menjadi bingung harus berbuat apa."Samuel hanya milikku, Pa! Aku tidak rela kalau dia menikah dengan gadis kampungan itu?!" teriaknya lagi.Handoko pun memeluk putrinya dengan sayang dan mengajaknya untuk kembali duduk di sofa."Sonia, dengarkan papa! Kamu tidak boleh menyukai seseorang secara berlebihan! Itu tidak baik, Sayang! Nanti papa akan carikan kamu pemuda yang baik," hibur Handoko dengan usapan lembut di kepala putrinya.Iya, gadis yang sedang menangis histeris itu adalah Sonia.Setelah dipecat secara tidak hormat dia hanya menghabiskan waktunya di rumah saja dan sekarang setelah kembali mendengar Sam akan meresmikan pertunangannya, dia kembali menjadi Sonia yang semua keinginannya harus terpenuhi.Dia masih tidak bisa melupakan Sam dan merasa tidak rela kalau mereka akan menikah.Sebabnya itulah dia tiba-tiba menjadi histeris seperti tadi.Papanya tidak mengetahui kenapa anaknya bisa bersikap
Beberapa hari kemudian…Hari ini semua orang tampak sibuk.Ya, saat ini adalah hari peresmian pertunangan Sam dan juga Sarah di dalam gedung hotel berbintang lima dengan fasilitas mewah, yang sudah tidak diragukan lagi.Mereka akan mengadakan acara penting itu dengan glamour dan elegan.Seluruh dekorasi sudah selesai dengan ditambah sedikit hiasan bunga mawar putih dan juga lily di berbagai sudut ruangan Ballroom yang besar itu.Susan yang mendesain semua itu dibantu oleh Wedding Organizer dan juga Angelina yang setia mendampinginya.Makanan pun sudah siap, mulai dari appetizer sampai dessert dan juga Indonesia maupun internasional sudah tersaji di buffet.Susan memandang setiap penjuru dengan mata yang berbinar dan senyum yang mengembang.Dia yakin kalau semuanya sudah sempurna dan sesuai seperti yang dia mau.Meja-meja bulat dengan kursi untuk sepuluh orang sudah tersusun dengan rapi dengan napkin berbentuk lilin di tengah piring.Dan selain duduk di meja yang sudah disiapkan, beber