Aku Bukan Istri Bodoh

Aku Bukan Istri Bodoh

last updateLast Updated : 2023-08-26
By:  Gilva AfnidaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
70Chapters
79.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selalu dihina dan diejek adalah makanan sehari-hari untuk Sofia yang menjadi menantu di keluarga Ho. Bukan hanya dilakukan oleh keluarga besar, namun juga dilakukan oleh sang suami yang dulu selalu membelanya. Bahkan dia mulai terang-terangan membawa istri siri yang dianggapnya mempunyai derajat lebih tinggi darinya. Sofia tak ingin berdiam diri, dia mulai merencanakan sesuatu untuk membalaskan rasa sakit selama menjadi bagian keluarga Ho.

View More

Chapter 1

Bab 1 - Menantu Rasa Pembantu

Terik panas matahari sudah mulai dirasakan kulit kusam Sofia yang saat itu sedang menyuci di bagian belakang rumah. Dari tempatnya duduk, ia melirik jam dinding yang bertengger di dinding dapur. "Masih jam 8 pagi, aku harus segera menyelesaikan cucian yang makin menggunung ini," gumamnya.

Sofia terus mengucek pakaian yang menumpuk setiap harinya, suara rengekan kecil dari belakang punggung membuatnya menoleh.

"Mama." Balita kecil bermata sipit itu adalah Lucas, anak sulungnya yang berusia 4 tahun.

"Kenapa, sayang? Mama baru nyuci," ujarnya sambil membersihkan tangan dari busa sabun cuci.

Lucas terlihat mengucek kedua matanya dan mulutnya menguap. "Susu," rengeknya.

Kepala Sofia menoleh ke arah dapur dan ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk untuk mencari bala bantuan. Pandangannya bertemu pada wanita paruh baya yang tak kalah sipitnya, sedang menatap fokus layar laptop dan duduk di sofa ruang tamu.

Wanita itu seolah tahu, menoleh dan menatap Sofia dengan tatapan tajam. "Kenapa? Aku lagi sibuk kerja! Kamu kira aku kayak kamu apa? Yang gak kerja?"

Sofia tak membalas, ia sudah hapal dengan karakter sang mertua yang selalu menganggapnya rendah bagai sampah. Dia hanya menghela napas untuk tetap menjaga kewarasannya, lalu menggendong Lucas dan segera beranjak ke dapur. "Lucas turun dulu, Ya! Mama mau buatin susu dulu," ujar Sofia.

"Nggak mau!" Tangannya semakin erat memeluk leher ibunya. Lucas memang tipikal anak yang sedikit manja dengan ibunya. Apalagi kemarin badannya sempat panas membuatnya semakin lengket dengan Sofia. Sambil menggendong Lucas, ia meraih botol sedotan biru tua yang berada di rak dan membuka toples susu lalu segera menuangkannya pada botol yang telah diisinya dengan air hangat.

Bukan satu dua kali, Sofia merasa repot setiap harinya. Mengurus rumah dua lantai yang berisi 6 orang dewasa serta 2 balita. Membuatnya lelah luar biasa.

Pekerjaannya bukan hanya sampai disitu, dia harus menyuci semua pakaian penghuni rumah dengan tangan. Karena Rianti-Ibu mertua- tak membolehkannya menggunakan mesin cuci dengan alasan harus menghemat dan berpendapat Sofia mempunyai waktu luang karena tak bekerja seperti penghuni yang lain.

Setelah selesai menenangkan Lucas, ia kembali mengucek gumpalan pakaian kotor. Namun baru 5 menit ia melanjutkan, ada gumpalan baru yang diterimanya dari arah belakang.

"Nih, mbak. Punyaku sekalian!" ucap Reynald-adik iparnya.

Kening Sofia mengerut menatap pria muda yang sudah nampak rapi mengenakan setelan kerja. "Kenapa gak nyuci sendiri?" tanya Sofia.

Suara decakan lidah terdengar dari arah ruang tamu. "Udahlah, Fi. Cuci aja pakaiannya Rey. Dia keburu berangkat kerja, kalau telat dan habis itu dia dipecat, apa kamu mau tanggung jawab?" teriak Rianti tanpa beralih dari laptopnya.

"Tuh mbak, dengerin," timpal Rey.

Lagi-lagi Sofia tak berani berkutik, ia tak lebihnya dari babu yang tenaganya diperas tanpa di beri upah. Semacam kerja romusha seperti semasa penjajahan Jepang. Dengan terpaksa ia mengucek kembali gumpalan yang semakin menggunung. Tak terasa, hampir dua jam lamanya Sofia berkutat dengan pakaian.

Ketika dia sudah selesai menjemur, terdengar tangisan dari balita yang berada di kamarnya. Dia adalah Luna, balita menggemaskan satu tahun itu akhirnya terbangun setelah tadi subuh berhasil Sofia tidurkan kembali. Ya, Luna memang selalu terbangun di jam 4 pagi sebelum akhirnya ia akan tidur lagi satu jam kemudian.

Dengan segera, ia bergegas ke dalam kamar dan menenangkan Luna sebelum ia kembali di omeli oleh Rianti. Mertuanya itu memang akan selalu mengomel pada Sofia, selalu menyalahkan, mengejek, dan menghinanya. Hanya karena ia bukan wanita karir seperti menantu yang dia idam-idamkan. Sofia bukannya tidak mau bekerja, namun karena Ruslan-sang suami- yang melarangnya untuk bekerja.

"Kalau kamu kerja? Siapa yang akan ngurus anak?" Begitulah yang selalu diucapkan oleh Ruslan ketika Sofia meminta izin untuk bekerja.

"Ya kan, bisa dititipin di daycare mas?" tawa Sofia dengan lembut.

"Aku gak suka kalau anakku harus tumbuh di luar pengasuhan ibunya. Kamu harus menyontoh ibuku, dia dulu bisa tuh merawat anak sambil meraih pundi-pundi uang. Pagi hari jualan kue keliling terus sorenya kadang nggarap cucian tetangga, tapi masih bisa sambil ngasuh ketiga anaknya."

Pada saat itu akhirnya Sofia menurut perkataan Ruslan, karena ia sudah risih jika harus dibanding-bandingkan dengan wanita lain.

Sesudah ia memandikan kedua anaknya, bunyi dari dalam perut menyadarkannya kalau ia sedari tadi belum sempat sarapan. Ditatapnya anak sulung yang sedang bermain sendiri, ia langsung menuju ke dapur dengan Luna yang digendong mengenakan jarik coklat yang sudah pudar warna di beberapa bagian. Dia membuka tudung saji dan menatap beberapa piring yang berisikan 1 tahu, 1 tempe, 2 ayam goreng dan sayur orak-arik. Ia bersyukur mendapatkan sisa lauk. Biasanya ia yang memasak namun selalu tak sempat untuk memakan. Karena sudah keburu habis dimakan oleh yang lain.

Akhirnya Sofia mengambil sedikit nasi dengan tahu, tempe dan sayur orak-arik karena ayam goreng akan ia beri pada dua anaknya yang memang suka dengan ayam goreng.

Saat baru ia makan sesuap, Luna merengek dalam gendongan. "Eek." Sofia menghembuskan napasnya dengan kasar. Sering terjadi pada dirinya disaat ia sedang asyik makan namun salah satu anaknya pup dan mau tidak mau dia harus segera membersihkannya.

Setelah selesai membersihkan Luna, dia kembali menyelesaikan sarapan yang patut dikatakan sebagai makan siang. Lalu setelahnya menemani kedua anak bermain sambil menyuapi kedua balitanya makan siang.

Baru saja Sofia selesai menyuapi kedua anaknya, terdengar suara wanita yang memanggil namanya. "Sofia!" panggil Rianti yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Dengan cepat Sofia bergegas menemui Rianti. "Kenapa, Bu?"

"Nih, kamu packing daster-dasternya. Semuanya alamat ada di laptop ini ya! Ibu mau makan sama istirahat dulu, capek seharian mantengin layar laptop," titah Rianti sambil menyerahkan laptopnya.

"Iya." Sebenarnya lelah sudah dirasa oleh tubuhnya. Namun, sekali lagi ia tak mungkin membantah titah Rianti karena mertuanya itu akan mengomel sepanjang hari padanya jika sekali saja menolak perintahnya. Padahal, Sofia sama sekali tak mencicipi sedikitpun keuntungan dari berjualan daster milik Rianti.

Sambil menggendong Luna dipangkuan, tangan Sofia bergerak gesit menulis alamat di kertas yang disediakan lalu membungkus daster-daster yang sudah dipesan ke dalam plastik.

Meski usia Rianti sudah menginjak kepala lima, nyatanya tak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja. Ia tetap aktif belajar mengikuti perkembangan zaman. Dia tak kalah dengan anak muda lain dengan menjalankan bisnis online yang dirintisnya dua tahun yang lalu. Bahkan daster yang dikenakan oleh Sofia saat ini pun juga dari barang dagangan Rianti. Tapi bukan Rianti yang memberinya secara gratis, Sofia sendiri yang berinisiatif membeli untuk mendukung bisnis online ibu mertuanya.

Bekerja keras memang selalu ditanamkan oleh keluarga Ho. Apalagi setelah kepulangan sang ayah mertua ke Yang maha esa beberapa tahun yang lalu sempat membuat ekonomi keluarga Ho terpuruk. Membuat semua anggota keluarga termasuk Rianti begitu giat untuk bekerja menghasilkan pundi-pundi uang. Namun terkadang mereka pelit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan mereka sendiri.

Luna kembali merengek setelah satu jam lamanya ia berada di pangkuan sang mama, dia merasa jenuh. Sofia mencoba menenangkannya dengan memberi mainan. Tapi nihil, Luna merengek menginginkan minum asi. Sofia menoleh ke arah dapur dan tak mendapati Rianti disana. Pertanda dia beristirahat di kamarnya. Lalu ia memanfaatkan peluang itu untuk ke kamar sebentar.

Persoalan daster, dia akan mengurusnya setelah Luna tenang. Sampai di kamar, ditengoknya jam dinding menunjukkan pukul setengah dua, memang sudah waktunya Luna untuk tidur siang.

Dibaringkannya Luna di atas kasur lalu disusui dan menepuk pantatnya dengan pelan. Hal itu pun ia lakukan dengan Lucas yang juga ikut membaringkan diri di samping Luna. Tak terasa mulut Sofia ikut menguap hingga ujung matanya mengeluarkan air mata.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ayu
nulis novel ini niat untuk di baca apa cuma cari kunci doang
2022-07-30 00:01:41
1
user avatar
Fitria anggraini
cerita nya bagus ....lanjut dong cerita nya...bkin penasaran akhir dari kisah nya...
2022-05-18 05:49:35
2
user avatar
Suci
baru sedikit bab nya udah terkunci ......
2022-04-21 10:24:20
1
user avatar
Cutie Pie
Semangat untuk melanjutkan!!
2022-04-14 11:13:42
1
70 Chapters
Bab 1 - Menantu Rasa Pembantu
Terik panas matahari sudah mulai dirasakan kulit kusam Sofia yang saat itu sedang menyuci di bagian belakang rumah. Dari tempatnya duduk, ia melirik jam dinding yang bertengger di dinding dapur. "Masih jam 8 pagi, aku harus segera menyelesaikan cucian yang makin menggunung ini," gumamnya.Sofia terus mengucek pakaian yang menumpuk setiap harinya, suara rengekan kecil dari belakang punggung membuatnya menoleh. "Mama." Balita kecil bermata sipit itu adalah Lucas, anak sulungnya yang berusia 4 tahun. "Kenapa, sayang? Mama baru nyuci," ujarnya sambil membersihkan tangan dari busa sabun cuci. Lucas terlihat mengucek kedua matanya dan mulutnya menguap. "Susu," rengeknya.Kepala Sofia menoleh ke arah dapur dan ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk untuk mencari bala bantuan. Pandangannya bertemu pada wanita paruh baya yang tak kalah sipitnya, sedang menatap fokus layar laptop dan duduk di sofa ruang tamu.Wanita itu seolah tahu, menoleh dan mena
last updateLast Updated : 2022-01-24
Read more
Bab 2 - Alasan Tetap Bertahan
Samar-samar Sofia mendengar teriakan suara yang memanggil namanya, dan suara itu berpadu dengan suara gedoran pintu. Namun matanya terasa lengket seperti enggan untuk terbuka. Tiba-tiba ia tersentak merasa ada yang menimpuk dengan sesuatu yang padat namun tidak keras tepat di wajahnya yang kusam.Setelah ia membuka mata dan mengerjap, terlihat Rianti berdiri menjulang dengan berkacak pinggang. Lalu ia berteriak marah-marah hingga terdengar seluruh ruangan. "Kamu tuh ya, disuruh orang tua buat bantu kerja malah enak-enakan tidur disini!" bentaknya kasar sambil menunjuk jari tengahnya tepat berada di depan wajahnya.Rupanya Sofia baru tersadar bahwa ia tertidur ketika menidurkan Luna. Suara rengekan pun kembali terdengar, Luna terkejut mendengar suara neneknya yang berteriak. "Huh!" Rianti mendengus kasar ketika melihat cucunya menangis. "Ibu dan anak sama aja gak ada yang bener!" omelnya sambil keluar kamar. "Mama.. takut," ucap Lucas dengan lirih. Terlihat sua
last updateLast Updated : 2022-01-24
Read more
Bab 3 - Topeng Terbuka
Jika jarak antara Jakarta dan Surabaya dekat, tentu ia ingin segera mengemas barang dan memboyong kedua anaknya untuk pulang ke Jakarta, tempat kedua orangtuanya menetap. Kesabaran manusia tentu ada batasnya. Dan itulah yang tengah dirasakan Sofia setelah mendengar hinaan ibu mertuanya.Setelah selesai mencuci piring,ia mengeringkan tangannya yang basah dengan handuk kecil. Ia ingin segera istirahat. Tinggal di rumah bak neraka dunia ini membuatnya lelah secara fisik dan batin. Ia bergegas menuju kamar, sesaat ia melihat Ruslan tengah duduk di kursi luar menatap gawai dan menghisap sebatang rokok. Mungkin dia ingin me-time setelah lelah bekerja seharian, begitu pikir Sofia sambil berlalu. Sesampainya di kasur, dia menatap penuh lembut wajah dua malaikat kecilnya yang sudah pulas, mengusap rambut keduanya lalu mengecup kening keduanya dengan lembut. Kini gilirannya untuk terlelap.Setelah beberapa jam terlelap, Sofia terbangun karena merasa tenggorokannya
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more
Bab 4 - Minggat
Ruslan terkejut memandang wajah kedua anaknya yang seakan melihat monster ketika ia mendekat. Lalu Ruslan memilih pergi ke luar untuk menenangkan dirinya. Ia bak kesetanan ketika menghukum Sofia di kamar. Ketika ia keluar kamar pun, ia tak menggubris persoalan ibu dan kedua adiknya yang bertanya. Saat ini, ia merasa gundah akan keputusannya. Disatu sisi, dia memang ingin bercerai dan bersatu dengan Stephanie dan Zen. Namun, sisi lain ia tak mungkin meninggalkan Lucas dan Luna. Lalu dengan Sofia? Entahlah, dia sendiri tak bisa merasakan perasaan yang samar dalam hatinya. Dulu dia menikah dengan Sofia semata-mata hanya ingin balas dendam keluarganya. Tak ada cinta, hanya ada nama Stephanie yang terpatri dalam hatinya setelah bertemu dengannya dua tahun yang lalu.Sedang Sofia sibuk menenangkan kedua anaknya. "Ma, Lucas takut. Papa kayak monster," ucap Lucas dengan tubuh yang masih gemetar.Hati Sofia semakin terasa pedih melihat ketakutan anak sulungnya. Tanpa b
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more
Bab 5 - Dianggap Tua
Kedua bahu Sofia terlihat berguncang, membuatnya mengerjap mata dan akhirnya bangun. Ternyata Axel membangunkannya dengan menggoyangkan sisi bahu Sofia. "Sudah sampai... masuklah dulu! Selepas itu, anda boleh melanjutkan tidur." Gaya bicara Axel begitu kaku menurut Sofia, dan dari aksennya berbicara bahasa Indonesia ia seperti bukan dari Surabaya. "Saya memang bukan orang Surabaya," celetuk Axel seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Sofia.Sofia semakin mengernyitkan keningnya dalam. "Bagaimana anda selalu tahu apa yang saya pikirkan?" Tanpa Sofia sadari, ia jadi mengikuti gaya bicara Axel yang kaku. Bibir Axel mengulum senyum. Sejenak membuat Sofia terpana dengan wajah manisnya. "Saya pandai membaca mimik wajah." Sambil menggendong Lucas, Axel membuka pintu yang terkunci dan berkata, "Ayo, silahkan masuk." Sofia mengamati rumah yang akan menampungnya sementara waktu, desain rumah itu terlihat kuno. Hanya berlantai satu namun ketika dia masuk,
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more
Bab 6 - Membawa Jalang
"Nih, sarapan buat kalian." Axel menyerahkan tiga kotak berisi bubur ayam ketika melihat Sofia sedang memakaikan baju untuk kedua anaknya. "Makasih." Saat Sofia dan kedua anaknya sudah menyelesaikan sarapannya, tiba-tiba mobil hitam datang memasuki halaman rumah Axel. Mata Sofia terbelalak karena begitu hapal dengan warna dan nomor plat mobil tersebut. Mobil itu milik Ruslan, jantungnya seketika berderu dengan cepat. Otaknya seketika berpikir dengan keras, bagaimana mungkin dia mengetahui keberadaannya di sini? Lalu sedetik kemudian pertanyaan itu langsung terjawab dengan sendirinya. Dia teringat bahwa Ruslan memang memasang gps di hapenya yang tersambung dengan hape Ruslan. Dulu Ruslan bilang, jika Sofia tersesat atau ada suatu hal. Dimanapun itu, Ruslan akan mencarinya meski sampai ke ujung dunia. Gombalan kuno yang dulu membuatnya berbunga-bunga dan seolah-olah kupu-kupu bertebaran di perutnya. Dari luar terlihat Ruslan yang duduk di kursi pengemudi bersa
last updateLast Updated : 2022-01-27
Read more
Bab 7 - Axel Kepo
Dalam perjalanan pulang, Stephanie terus mengajak bicara Ruslan namun tak mendapat respon yang baik dari pria itu. "Sayang! Kamu kenapa sih?" tanya Stephanie dengan lembut."Gak ada apa-apa," jawab Ruslan dengan ketus.Tangan Stephanie mengepal erat di samping gaunnya. "Ruslan! Aku bertanya baik-baik padamu, tapi apa gini jawaban yang baik untukku?" tanyanya dengan menahan amarah.Ruslan tersentak di balik kemudinya, dia tersadar atas apa yang diperbuatnya. Bibirnya bergetar saat dia berucap,"Eh, e... enggak kok, Sayang. Aku tadi lagi bingung aja mikirin gimana caranya kedua anakku bisa aku ambil alih hak asuhnya.""Aku gak butuh kedua anakmu, Ruslan!" bentak Stephanie.Ucapan Stephanie membuat Ruslan menepikan mobilnya di bahu jalan. "Apa?"Kilatan amarah jelas terlihat di mata Stephanie. "Memangnya siapa kamu, memutuskan seenaknya begitu? Ingat Ruslan, aku sudah bersabar dengan menjadi istri siri dan bersembunyi dari istri bodohmu itu! Bahkan aku pun s
last updateLast Updated : 2022-03-23
Read more
Bab 8 - Kembali ke Rumah
Selepas dari bandara, Sofia tak pernah lepas dari rasa takjub karena setelah sekian lama akhirnya dia kembali ke rumah masa lajangnya. Rumah yang sedari dulu memberinya keteduhan dan kenyamanan. Dari rumah mewah inilah Sofia tumbuh dengan kasih sayang tanpa kekurangan apapun. Lucas dan Luna terlihat terlelap setelah perjalanan dari bandara ke rumah."Kamu istirahat dulu aja, Fi. Biar mama suruh bu Sarmi dan bu Inah untuk mengurus Lucas dan Luna," ujar Haya."Loh, bu Sarmi dan bu Inah masih kerja disini?"Haya terkekeh mendengarnya. "Masih, sayang! Dari dulu mereka gak pernah meninggalkan kami. Papa dipecat, bukan berarti kita jatuh miskin, Kan?" "Iya, sih." Sofia termenung sesaat. Bagaimana mungkin dia mengetahui kondisi kedua orangtuanya lebih jelas, jika Ruslan dan keluarganya tak pernah memberinya izin barang sejenak saja untuk menjenguk kedua orangtuanya di Jakarta.Seperti yang di katakan Haya, bu Sarmi dan bu Inah pun terpogoh-pogoh datang mengam
last updateLast Updated : 2022-03-24
Read more
Bab 9 - Berubah
Kesunyian di malam hari sedikit membuat Sofia yang tengah menatap langit-langit kamar, tenang dari kemelutnya pikiran. Beban di pundaknya kini terasa agak berkurang. Pikiran dan tenaga yang dulu terkuras kini sudah tak ia rasakan. Ia merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang, namun sesaat kemudian hatinya kembali gundah. Pikirannya mulai berkecamuk lagi ketika otaknya tanpa izin menampilkan rentetan peristiwa yang terjadi begitu cepat dalam benaknya. Setetes air mata mulai mengalir cepat diujung matanya. Seberapa kalipun Sofia berhasil menenangkan diri dihadapan orang lain, tetap dia akan tetap kembali menangis tergugu ketika dia tengah sendiri. Kali ini dia membiarkan dirinya bebas menangis, melepaskan segala rasa sakit dari luka yang bak disayat oleh sembilu. Setelah hampir setengah jam dirinya puas menangis, pikirannya kembali tenang dan semangatnya kembali berkobar. Dia mulai menyusun rencana untuk memulai balas dendam. Dia harus memberi tamparan secara halus pad
last updateLast Updated : 2022-03-28
Read more
Bab 10 - Dianggap Tak Layak
10 menit yang lalu.Kepala Sofia mendongak, memandang gedung perusahaan yang menjulang tinggi di hadapannya. Sudah bertahun-tahun dia tak menapakkan kaki di perusahaan tempat papanya bekerja, rupanya banyak hal yang sudah berubah. Jantungnya berdegup kencang ketika langkahnya semakin mendekat ke arah lobi. Dia menghampiri seorang wanita berpakaian rapi dan bibirnya selalu tersenyum ramah pada setiap tamu yang menghampirinya."Permisi, saya dengar disini sedang membuka lowongan kerja? Boleh saya tahu ke lantai berapa saya harus mengirimkan lamaran kerja?" tanya Sofia, tersenyum ramah.Staf wanita itu menoleh ke arah Sofia, name tag yang tersemat di baju kerjanya bertuliskan 'Dita'. Mata hitamnya meneliti sosok Sofia yang masih mengulum senyum di bibirnya. Baju putih yang sedikit kotor di beberapa bagian, celana hitam panjangnya terlihat lusuh serta wajah yang penuh keringat tanpa polesan makeup membuat Dita mengerti. "Oh, Anda mau ngelamar jadi OG?"Kening Sofia
last updateLast Updated : 2022-03-29
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status