Home / Urban / Aku Bukan Istri Bodoh / Bab 1 - Menantu Rasa Pembantu

Share

Aku Bukan Istri Bodoh
Aku Bukan Istri Bodoh
Author: Gilva Afnida

Bab 1 - Menantu Rasa Pembantu

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2022-01-24 15:17:33

Terik panas matahari sudah mulai dirasakan kulit kusam Sofia yang saat itu sedang menyuci di bagian belakang rumah. Dari tempatnya duduk, ia melirik jam dinding yang bertengger di dinding dapur. "Masih jam 8 pagi, aku harus segera menyelesaikan cucian yang makin menggunung ini," gumamnya.

Sofia terus mengucek pakaian yang menumpuk setiap harinya, suara rengekan kecil dari belakang punggung membuatnya menoleh.

"Mama." Balita kecil bermata sipit itu adalah Lucas, anak sulungnya yang berusia 4 tahun.

"Kenapa, sayang? Mama baru nyuci," ujarnya sambil membersihkan tangan dari busa sabun cuci.

Lucas terlihat mengucek kedua matanya dan mulutnya menguap. "Susu," rengeknya.

Kepala Sofia menoleh ke arah dapur dan ruang tamu yang bisa ia lihat dari tempatnya duduk untuk mencari bala bantuan. Pandangannya bertemu pada wanita paruh baya yang tak kalah sipitnya, sedang menatap fokus layar laptop dan duduk di sofa ruang tamu.

Wanita itu seolah tahu, menoleh dan menatap Sofia dengan tatapan tajam. "Kenapa? Aku lagi sibuk kerja! Kamu kira aku kayak kamu apa? Yang gak kerja?"

Sofia tak membalas, ia sudah hapal dengan karakter sang mertua yang selalu menganggapnya rendah bagai sampah. Dia hanya menghela napas untuk tetap menjaga kewarasannya, lalu menggendong Lucas dan segera beranjak ke dapur. "Lucas turun dulu, Ya! Mama mau buatin susu dulu," ujar Sofia.

"Nggak mau!" Tangannya semakin erat memeluk leher ibunya. Lucas memang tipikal anak yang sedikit manja dengan ibunya. Apalagi kemarin badannya sempat panas membuatnya semakin lengket dengan Sofia. Sambil menggendong Lucas, ia meraih botol sedotan biru tua yang berada di rak dan membuka toples susu lalu segera menuangkannya pada botol yang telah diisinya dengan air hangat.

Bukan satu dua kali, Sofia merasa repot setiap harinya. Mengurus rumah dua lantai yang berisi 6 orang dewasa serta 2 balita. Membuatnya lelah luar biasa.

Pekerjaannya bukan hanya sampai disitu, dia harus menyuci semua pakaian penghuni rumah dengan tangan. Karena Rianti-Ibu mertua- tak membolehkannya menggunakan mesin cuci dengan alasan harus menghemat dan berpendapat Sofia mempunyai waktu luang karena tak bekerja seperti penghuni yang lain.

Setelah selesai menenangkan Lucas, ia kembali mengucek gumpalan pakaian kotor. Namun baru 5 menit ia melanjutkan, ada gumpalan baru yang diterimanya dari arah belakang.

"Nih, mbak. Punyaku sekalian!" ucap Reynald-adik iparnya.

Kening Sofia mengerut menatap pria muda yang sudah nampak rapi mengenakan setelan kerja. "Kenapa gak nyuci sendiri?" tanya Sofia.

Suara decakan lidah terdengar dari arah ruang tamu. "Udahlah, Fi. Cuci aja pakaiannya Rey. Dia keburu berangkat kerja, kalau telat dan habis itu dia dipecat, apa kamu mau tanggung jawab?" teriak Rianti tanpa beralih dari laptopnya.

"Tuh mbak, dengerin," timpal Rey.

Lagi-lagi Sofia tak berani berkutik, ia tak lebihnya dari babu yang tenaganya diperas tanpa di beri upah. Semacam kerja romusha seperti semasa penjajahan Jepang. Dengan terpaksa ia mengucek kembali gumpalan yang semakin menggunung. Tak terasa, hampir dua jam lamanya Sofia berkutat dengan pakaian.

Ketika dia sudah selesai menjemur, terdengar tangisan dari balita yang berada di kamarnya. Dia adalah Luna, balita menggemaskan satu tahun itu akhirnya terbangun setelah tadi subuh berhasil Sofia tidurkan kembali. Ya, Luna memang selalu terbangun di jam 4 pagi sebelum akhirnya ia akan tidur lagi satu jam kemudian.

Dengan segera, ia bergegas ke dalam kamar dan menenangkan Luna sebelum ia kembali di omeli oleh Rianti. Mertuanya itu memang akan selalu mengomel pada Sofia, selalu menyalahkan, mengejek, dan menghinanya. Hanya karena ia bukan wanita karir seperti menantu yang dia idam-idamkan. Sofia bukannya tidak mau bekerja, namun karena Ruslan-sang suami- yang melarangnya untuk bekerja.

"Kalau kamu kerja? Siapa yang akan ngurus anak?" Begitulah yang selalu diucapkan oleh Ruslan ketika Sofia meminta izin untuk bekerja.

"Ya kan, bisa dititipin di daycare mas?" tawa Sofia dengan lembut.

"Aku gak suka kalau anakku harus tumbuh di luar pengasuhan ibunya. Kamu harus menyontoh ibuku, dia dulu bisa tuh merawat anak sambil meraih pundi-pundi uang. Pagi hari jualan kue keliling terus sorenya kadang nggarap cucian tetangga, tapi masih bisa sambil ngasuh ketiga anaknya."

Pada saat itu akhirnya Sofia menurut perkataan Ruslan, karena ia sudah risih jika harus dibanding-bandingkan dengan wanita lain.

Sesudah ia memandikan kedua anaknya, bunyi dari dalam perut menyadarkannya kalau ia sedari tadi belum sempat sarapan. Ditatapnya anak sulung yang sedang bermain sendiri, ia langsung menuju ke dapur dengan Luna yang digendong mengenakan jarik coklat yang sudah pudar warna di beberapa bagian. Dia membuka tudung saji dan menatap beberapa piring yang berisikan 1 tahu, 1 tempe, 2 ayam goreng dan sayur orak-arik. Ia bersyukur mendapatkan sisa lauk. Biasanya ia yang memasak namun selalu tak sempat untuk memakan. Karena sudah keburu habis dimakan oleh yang lain.

Akhirnya Sofia mengambil sedikit nasi dengan tahu, tempe dan sayur orak-arik karena ayam goreng akan ia beri pada dua anaknya yang memang suka dengan ayam goreng.

Saat baru ia makan sesuap, Luna merengek dalam gendongan. "Eek." Sofia menghembuskan napasnya dengan kasar. Sering terjadi pada dirinya disaat ia sedang asyik makan namun salah satu anaknya pup dan mau tidak mau dia harus segera membersihkannya.

Setelah selesai membersihkan Luna, dia kembali menyelesaikan sarapan yang patut dikatakan sebagai makan siang. Lalu setelahnya menemani kedua anak bermain sambil menyuapi kedua balitanya makan siang.

Baru saja Sofia selesai menyuapi kedua anaknya, terdengar suara wanita yang memanggil namanya. "Sofia!" panggil Rianti yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Dengan cepat Sofia bergegas menemui Rianti. "Kenapa, Bu?"

"Nih, kamu packing daster-dasternya. Semuanya alamat ada di laptop ini ya! Ibu mau makan sama istirahat dulu, capek seharian mantengin layar laptop," titah Rianti sambil menyerahkan laptopnya.

"Iya." Sebenarnya lelah sudah dirasa oleh tubuhnya. Namun, sekali lagi ia tak mungkin membantah titah Rianti karena mertuanya itu akan mengomel sepanjang hari padanya jika sekali saja menolak perintahnya. Padahal, Sofia sama sekali tak mencicipi sedikitpun keuntungan dari berjualan daster milik Rianti.

Sambil menggendong Luna dipangkuan, tangan Sofia bergerak gesit menulis alamat di kertas yang disediakan lalu membungkus daster-daster yang sudah dipesan ke dalam plastik.

Meski usia Rianti sudah menginjak kepala lima, nyatanya tak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja. Ia tetap aktif belajar mengikuti perkembangan zaman. Dia tak kalah dengan anak muda lain dengan menjalankan bisnis online yang dirintisnya dua tahun yang lalu. Bahkan daster yang dikenakan oleh Sofia saat ini pun juga dari barang dagangan Rianti. Tapi bukan Rianti yang memberinya secara gratis, Sofia sendiri yang berinisiatif membeli untuk mendukung bisnis online ibu mertuanya.

Bekerja keras memang selalu ditanamkan oleh keluarga Ho. Apalagi setelah kepulangan sang ayah mertua ke Yang maha esa beberapa tahun yang lalu sempat membuat ekonomi keluarga Ho terpuruk. Membuat semua anggota keluarga termasuk Rianti begitu giat untuk bekerja menghasilkan pundi-pundi uang. Namun terkadang mereka pelit dalam mengeluarkan uang untuk keperluan mereka sendiri.

Luna kembali merengek setelah satu jam lamanya ia berada di pangkuan sang mama, dia merasa jenuh. Sofia mencoba menenangkannya dengan memberi mainan. Tapi nihil, Luna merengek menginginkan minum asi. Sofia menoleh ke arah dapur dan tak mendapati Rianti disana. Pertanda dia beristirahat di kamarnya. Lalu ia memanfaatkan peluang itu untuk ke kamar sebentar.

Persoalan daster, dia akan mengurusnya setelah Luna tenang. Sampai di kamar, ditengoknya jam dinding menunjukkan pukul setengah dua, memang sudah waktunya Luna untuk tidur siang.

Dibaringkannya Luna di atas kasur lalu disusui dan menepuk pantatnya dengan pelan. Hal itu pun ia lakukan dengan Lucas yang juga ikut membaringkan diri di samping Luna. Tak terasa mulut Sofia ikut menguap hingga ujung matanya mengeluarkan air mata.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rahasia
.............
goodnovel comment avatar
nazril sepiisfa
kok bodoh kli jdi orang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 2 - Alasan Tetap Bertahan

    Samar-samar Sofia mendengar teriakan suara yang memanggil namanya, dan suara itu berpadu dengan suara gedoran pintu. Namun matanya terasa lengket seperti enggan untuk terbuka. Tiba-tiba ia tersentak merasa ada yang menimpuk dengan sesuatu yang padat namun tidak keras tepat di wajahnya yang kusam.Setelah ia membuka mata dan mengerjap, terlihat Rianti berdiri menjulang dengan berkacak pinggang. Lalu ia berteriak marah-marah hingga terdengar seluruh ruangan. "Kamu tuh ya, disuruh orang tua buat bantu kerja malah enak-enakan tidur disini!" bentaknya kasar sambil menunjuk jari tengahnya tepat berada di depan wajahnya.Rupanya Sofia baru tersadar bahwa ia tertidur ketika menidurkan Luna. Suara rengekan pun kembali terdengar, Luna terkejut mendengar suara neneknya yang berteriak. "Huh!" Rianti mendengus kasar ketika melihat cucunya menangis. "Ibu dan anak sama aja gak ada yang bener!" omelnya sambil keluar kamar. "Mama.. takut," ucap Lucas dengan lirih. Terlihat sua

    Last Updated : 2022-01-24
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 3 - Topeng Terbuka

    Jika jarak antara Jakarta dan Surabaya dekat, tentu ia ingin segera mengemas barang dan memboyong kedua anaknya untuk pulang ke Jakarta, tempat kedua orangtuanya menetap. Kesabaran manusia tentu ada batasnya. Dan itulah yang tengah dirasakan Sofia setelah mendengar hinaan ibu mertuanya.Setelah selesai mencuci piring,ia mengeringkan tangannya yang basah dengan handuk kecil. Ia ingin segera istirahat. Tinggal di rumah bak neraka dunia ini membuatnya lelah secara fisik dan batin. Ia bergegas menuju kamar, sesaat ia melihat Ruslan tengah duduk di kursi luar menatap gawai dan menghisap sebatang rokok. Mungkin dia ingin me-time setelah lelah bekerja seharian, begitu pikir Sofia sambil berlalu. Sesampainya di kasur, dia menatap penuh lembut wajah dua malaikat kecilnya yang sudah pulas, mengusap rambut keduanya lalu mengecup kening keduanya dengan lembut. Kini gilirannya untuk terlelap.Setelah beberapa jam terlelap, Sofia terbangun karena merasa tenggorokannya

    Last Updated : 2022-01-25
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 4 - Minggat

    Ruslan terkejut memandang wajah kedua anaknya yang seakan melihat monster ketika ia mendekat. Lalu Ruslan memilih pergi ke luar untuk menenangkan dirinya. Ia bak kesetanan ketika menghukum Sofia di kamar. Ketika ia keluar kamar pun, ia tak menggubris persoalan ibu dan kedua adiknya yang bertanya. Saat ini, ia merasa gundah akan keputusannya. Disatu sisi, dia memang ingin bercerai dan bersatu dengan Stephanie dan Zen. Namun, sisi lain ia tak mungkin meninggalkan Lucas dan Luna. Lalu dengan Sofia? Entahlah, dia sendiri tak bisa merasakan perasaan yang samar dalam hatinya. Dulu dia menikah dengan Sofia semata-mata hanya ingin balas dendam keluarganya. Tak ada cinta, hanya ada nama Stephanie yang terpatri dalam hatinya setelah bertemu dengannya dua tahun yang lalu.Sedang Sofia sibuk menenangkan kedua anaknya. "Ma, Lucas takut. Papa kayak monster," ucap Lucas dengan tubuh yang masih gemetar.Hati Sofia semakin terasa pedih melihat ketakutan anak sulungnya. Tanpa b

    Last Updated : 2022-01-25
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 5 - Dianggap Tua

    Kedua bahu Sofia terlihat berguncang, membuatnya mengerjap mata dan akhirnya bangun. Ternyata Axel membangunkannya dengan menggoyangkan sisi bahu Sofia. "Sudah sampai... masuklah dulu! Selepas itu, anda boleh melanjutkan tidur." Gaya bicara Axel begitu kaku menurut Sofia, dan dari aksennya berbicara bahasa Indonesia ia seperti bukan dari Surabaya. "Saya memang bukan orang Surabaya," celetuk Axel seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Sofia.Sofia semakin mengernyitkan keningnya dalam. "Bagaimana anda selalu tahu apa yang saya pikirkan?" Tanpa Sofia sadari, ia jadi mengikuti gaya bicara Axel yang kaku. Bibir Axel mengulum senyum. Sejenak membuat Sofia terpana dengan wajah manisnya. "Saya pandai membaca mimik wajah." Sambil menggendong Lucas, Axel membuka pintu yang terkunci dan berkata, "Ayo, silahkan masuk." Sofia mengamati rumah yang akan menampungnya sementara waktu, desain rumah itu terlihat kuno. Hanya berlantai satu namun ketika dia masuk,

    Last Updated : 2022-01-25
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 6 - Membawa Jalang

    "Nih, sarapan buat kalian." Axel menyerahkan tiga kotak berisi bubur ayam ketika melihat Sofia sedang memakaikan baju untuk kedua anaknya. "Makasih." Saat Sofia dan kedua anaknya sudah menyelesaikan sarapannya, tiba-tiba mobil hitam datang memasuki halaman rumah Axel. Mata Sofia terbelalak karena begitu hapal dengan warna dan nomor plat mobil tersebut. Mobil itu milik Ruslan, jantungnya seketika berderu dengan cepat. Otaknya seketika berpikir dengan keras, bagaimana mungkin dia mengetahui keberadaannya di sini? Lalu sedetik kemudian pertanyaan itu langsung terjawab dengan sendirinya. Dia teringat bahwa Ruslan memang memasang gps di hapenya yang tersambung dengan hape Ruslan. Dulu Ruslan bilang, jika Sofia tersesat atau ada suatu hal. Dimanapun itu, Ruslan akan mencarinya meski sampai ke ujung dunia. Gombalan kuno yang dulu membuatnya berbunga-bunga dan seolah-olah kupu-kupu bertebaran di perutnya. Dari luar terlihat Ruslan yang duduk di kursi pengemudi bersa

    Last Updated : 2022-01-27
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 7 - Axel Kepo

    Dalam perjalanan pulang, Stephanie terus mengajak bicara Ruslan namun tak mendapat respon yang baik dari pria itu. "Sayang! Kamu kenapa sih?" tanya Stephanie dengan lembut."Gak ada apa-apa," jawab Ruslan dengan ketus.Tangan Stephanie mengepal erat di samping gaunnya. "Ruslan! Aku bertanya baik-baik padamu, tapi apa gini jawaban yang baik untukku?" tanyanya dengan menahan amarah.Ruslan tersentak di balik kemudinya, dia tersadar atas apa yang diperbuatnya. Bibirnya bergetar saat dia berucap,"Eh, e... enggak kok, Sayang. Aku tadi lagi bingung aja mikirin gimana caranya kedua anakku bisa aku ambil alih hak asuhnya.""Aku gak butuh kedua anakmu, Ruslan!" bentak Stephanie.Ucapan Stephanie membuat Ruslan menepikan mobilnya di bahu jalan. "Apa?"Kilatan amarah jelas terlihat di mata Stephanie. "Memangnya siapa kamu, memutuskan seenaknya begitu? Ingat Ruslan, aku sudah bersabar dengan menjadi istri siri dan bersembunyi dari istri bodohmu itu! Bahkan aku pun s

    Last Updated : 2022-03-23
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 8 - Kembali ke Rumah

    Selepas dari bandara, Sofia tak pernah lepas dari rasa takjub karena setelah sekian lama akhirnya dia kembali ke rumah masa lajangnya. Rumah yang sedari dulu memberinya keteduhan dan kenyamanan. Dari rumah mewah inilah Sofia tumbuh dengan kasih sayang tanpa kekurangan apapun. Lucas dan Luna terlihat terlelap setelah perjalanan dari bandara ke rumah."Kamu istirahat dulu aja, Fi. Biar mama suruh bu Sarmi dan bu Inah untuk mengurus Lucas dan Luna," ujar Haya."Loh, bu Sarmi dan bu Inah masih kerja disini?"Haya terkekeh mendengarnya. "Masih, sayang! Dari dulu mereka gak pernah meninggalkan kami. Papa dipecat, bukan berarti kita jatuh miskin, Kan?" "Iya, sih." Sofia termenung sesaat. Bagaimana mungkin dia mengetahui kondisi kedua orangtuanya lebih jelas, jika Ruslan dan keluarganya tak pernah memberinya izin barang sejenak saja untuk menjenguk kedua orangtuanya di Jakarta.Seperti yang di katakan Haya, bu Sarmi dan bu Inah pun terpogoh-pogoh datang mengam

    Last Updated : 2022-03-24
  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 9 - Berubah

    Kesunyian di malam hari sedikit membuat Sofia yang tengah menatap langit-langit kamar, tenang dari kemelutnya pikiran. Beban di pundaknya kini terasa agak berkurang. Pikiran dan tenaga yang dulu terkuras kini sudah tak ia rasakan. Ia merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang, namun sesaat kemudian hatinya kembali gundah. Pikirannya mulai berkecamuk lagi ketika otaknya tanpa izin menampilkan rentetan peristiwa yang terjadi begitu cepat dalam benaknya. Setetes air mata mulai mengalir cepat diujung matanya. Seberapa kalipun Sofia berhasil menenangkan diri dihadapan orang lain, tetap dia akan tetap kembali menangis tergugu ketika dia tengah sendiri. Kali ini dia membiarkan dirinya bebas menangis, melepaskan segala rasa sakit dari luka yang bak disayat oleh sembilu. Setelah hampir setengah jam dirinya puas menangis, pikirannya kembali tenang dan semangatnya kembali berkobar. Dia mulai menyusun rencana untuk memulai balas dendam. Dia harus memberi tamparan secara halus pad

    Last Updated : 2022-03-28

Latest chapter

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 70 - Akhir Cerita

    Setelah bersusah payah Axel meyakinkan Sofia agar mau mengikat janji dengannya, kini adalah saatnya hari yang telah ditunggu olehnya tiba. Hari dimana dia mempersunting seorang wanita yang ia cintai setelah Nella."Aku bahagia mengulang kembali saat-saat dimana aku mempersunting seorang wanita yang istimewa." Netra Axel tak lepas dari Sofia yang nampak cantik dengan balutan wedding dress nya. Sofia semakin cantik dan mempesona di matanya. "Kamu sangat cantik dengan gaun putih itu, Sayang."Rona pipi Sofia memerah dibuatnya. Dia tersenyum bahagia karena selalu diperlakukan istimewa oleh Axel. Mendadak, Sofia merasa dejavu. Dulu dirinya juga disanjung dan diperlakukan istimewa oleh Ruslan saat akan menikah dengannya, namun sifat aslinya perlahan terkuak setelah menikah. Dada Sofia kembali terasa sesak, tangannya sedikit gemetar mengingat masa-masa itu. "Sayang, kamu kenapa?"tanya Axel setelah melihat gelagat Sofia yang nampak aneh. Tadinya dia melihat Sofia begitu bahagia, namun sekara

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 69 - Kenyataan

    Sunyi dan sepi dirasakan Riana saat memandang langit gelap di luar rumah. Dia menyesap kembali teh hangat yang sudah dibuat Rosa untuknya. Riana menutup matanya, merasakan dinginnya udara malam yang masuk menyegarkan paru-parunya.Air matanya tiba-tiba menetes tanpa diminta. Masih teringat jelas, memori-memori indah saat keluarganya masih utuh dan berkumpul di rumah yang hangat penuh canda tawa. Belum ada Sofia, hanya mereka berempat. Ruslan, Reynald, Riana dan ibunya. Semua masih indah sebelum Sofia datang dan drama berkelanjutan terjadi. Sudah setahun lamanya peristiwa yang pedih itu terjadi, tapi memori itu masih kuat menancap dalam ingatannya.Ah, andai Riana tak menyetujui apa yang menjadi ambisi sang kakak dan ibu, tentu semua tak akan menjadi berantakan seperti ini. Ibunya tak akan dibunuh, Ruslan tak akan dipenjara, Reynald tak akan cacat dan dirinya tak akan kehilangan sahabat tercintanya.Apa kabar Jimmy? Bodohnya dia sempat merindukan pria yang sempat menjadi incarannya itu

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 68 - Akhir

    "Apa Ruslan sudah menemui mu kemarin?" tanya Axel saat dia sudah berganti pakaian lebih sopan di depan Sofia. Dia ikut duduk di sebelahnya setelah menyerahkan segelas minuman bersoda."Darimana kau tahu?" "Ruslan yang memberitahuku sebelumnya." Sofia hanya menganggukkan kepalanya lalu meminum air soda yang disajikan hingga tersisa separuh."Apa karena itu kau menangis?" tanya Axel lagi. Terdiam sejenak, Sofia menatap buih-buih soda yang mengapung di gelasnya. "Dia... meminta maaf padaku.""Lalu kau sudah memaafkannya?"Kembali Sofia menganggukkan kepala. "Ya, meskipun hatiku masih terluka.""Luka di hatimu akan sembuh seiring bertambahnya waktu.""Benar.""Dan juga kalau kau sudah bertemu dengan tambatan hati yang baru."Manik Sofia bergeser menatap Axel yang terlihat begitu segar seperti sehabis mandi, dapat Sofia lihat dari ujung rambutnya yang masih basah. Padahal Sofia tidak merasa menunggu Axel terlalu lama tadi, tapi ternyata pria itu menyempatkan diri untuk mandi. "Apa ada t

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 67 - Kata Maaf

    Seharusnya Sofia merasa senang saat dia melihat keadaan Ruslan yang sekarang nampak begitu menyedihkan. Bahkan keadaan Ruslan lebih buruk dari keadaan dirinya dulu saat masih tinggal di rumah keluarga Ho. Namun Sofia malah merasa sebaliknya, hatinya ikut perih melihat keadaan Ruslan yang begitu kurus dan memucat."Aku tak tahu, kapan lagi bisa menemui Lucas dan Luna, bisa jadi ini adalah kali terakhir bagiku menemui mereka." Ruslan menatap sendu pada kedua anaknya dari arah kejauhan. Dia enggan untuk menemui mereka dan memilih untuk berbincang sejenak dengan Sofia.Kini, tak ada lagi sosok Ruslan yang tampan nan gagah seperti dulu.Tak ada lagi sosok Ruslan yang bertubuh atletis dan terawat.Tak ada lagi sosok Ruslan yang berpakaian bagus dan rapi.Tak ada lagi sosok Ruslan yang penuh percaya diri dan pemberani.Tak terasa pelupuk mata Sofia basah oleh air mata kesedihan karena mengenang masa lalu. Masa yang tak akan lagi dia ulang meskipun kini sudah dibayar kontan dengan berbagai pe

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 66 - Sebelum Menyesal

    "Apa aku bisa percaya dengan ucapanmu?" Axel menyipitkan mata, menatap Ruslan dengan penuh menyelidik. Hatinya sedikit ada keraguan, mengingat Ruslan yang tiba-tiba saja berpindah haluan untuk membeberkan kelemahan Hendra. Bisa saja Ruslan sedang sandiwara dan tiba-tiba menusuknya dari belakang, bukan?Lembaran-lembaran berwarna putih yang berada di genggamannya kini ia pegang erat. Axel memang yakin jika lembaran penting yang diberikan Ruslan adalah fakta. Fakta tentang penyelewengan dan berbagai tindak kriminal yang dilakukan Hendra.Wajah Ruslan yang sudah sedari awal tampak memucat kini bertambah memburuk, saat ia menghela napasnya di hadapan Axel. Ruslan mengusap wajahnya dan menjawab, "Aku sudah berada di penghujung jurang, untuk apa aku terus maju saat aku sudah tahu kalau aku akan terjatuh?"Masih terdiam bibir Axel, matanya dapat melihat jelas kesedihan yang dipancarkan wajah Ruslan saat mengucapkan kalimat tadi. "Ibuku sudah mati terbunuh, adik lelakiku celaka dan anak yan

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 65 - Bertahan

    Suasana rumah yang beberapa waktu lalu masih ramai dipenuhi oleh banyak penghuni, kini terasa sepi dan begitu dingin. Ruslan menaiki anak tangga yang sedikit berdebu dengan lemas. Ia bagai tak memiliki semangat dan tenaga bahkan untuk sekedar berjalan menyusuri rumah. Hatinya sudah hancur berkeping-keping, tak ada lagi yang utuh di dalam sana.Penyesalan demi penyesalan bermunculan seiring kakinya menaiki anak tangga. Berat rasanya masih bertahan hidup disaat tak seorangpun yang menungguinya di rumah, yang memberinya semangat dan menyokongnya untuk terus maju. "Ibu...," lirihnya saat ia sudah berada di lantai dua. Matanya berembun saat ia menatap foto yang terpajang di dinding. Tiba-tiba terdengar suara ban koper yang beradu dengan lantai, membuat Ruslan seketika menoleh. "Riana? Mau kemana kamu?" Sesaat Ruslan lupa dengan keberadaan sang adik yang masih ada.Penampilan Riana begitu kacau, wajahnya sembab dan membengkak akibat mengeluarkan air mata terus menerus. "Nyusul Reynald ke

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 64 - Saudara Kandung

    Gertakan dari Hendra cukup membuat sekujur tubuh Stephanie gemetar karena ketakutan, setelah itu Hendra pergi meninggalkan Stephanie yang masih terduduk kaku dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Dalam keheningan, Stephanie mengacak rambutnya kasar dan berteriak kencang untuk meluapkan rasa sesak yang menyiksanya. Tangisan Stephanie memenuhi seluruh penjuru ruangan milik Hendra, tidak ada seorangpun yang berada di luar memberanikan diri untuk bertanya. Semenjak kepulangannya dari tempat pemakaman Rianti, Stephanie mulai mengalami mimpi buruk yang menghantui. Sosok Rianti datang dengan wajah yang menyeramkan, mendatangi mimpi seolah meminta pertanggungjawaban. 'Ini konyol!' Begitulah umpatan Stephanie saat pertama kali mengalami mimpi buruk itu. Namun siapa sangka, kalau mimpi buruk tersebut terus terjadi berulang kali. Saat kapanpun Stephanie terlelap, mimpi itu akan selalu hadir.Stephanie bahkan merasakan trauma yang dalam karena mimpi-mimpi buruk tersebut. Pikirannya mulai

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 63 - Tak Tahu Diri

    Axel masih duduk termenung diam meskipun Ruslan sudah beberapa menit yang lalu meninggalkan rumahnya. Dalam benaknya masih memikirkan alasan Ruslan yang tiba-tiba saja mendatangi kediamannya dan menanyakan dalang dibalik pembunuhan ibunya. Sejujurnya ini semua sudah melenceng jauh dari rencana dan perkiraan awal. Ia tak pernah menyangka bahwa Hendra nekat membunuh Rianti demi menutupi kepentingan dirinya sendiri.Yang lebih mengejutkannya lagi, Ruslan seperti akan berkhianat dengan papanya dan berbalik haluan untuk menyerang.Axel merogoh ponsel dalam saku celananya dan mencari nama seseorang di daftar kontak."Halo." Suara seseorang segera menyapa setelah Axel meneleponnya."Aku ingin kau mengikuti terus gerak-gerik Ruslan. Jangan sampai ada yang terlewat!" titan Axel."Baik, Tuan."Setelah menutup panggilan, Axel membuka sebuah pesan yang baru saja mendarat di aplikasi chatnya.[Mamaku membuat makan malam banyak hari ini, apa kau bersedia untuk datang dan menghabiskannya? Kebetulan

  • Aku Bukan Istri Bodoh   Bab 62 - Kebenaran

    Tangan Ruslan mengepal erat, ia mengeratkan giginya untuk menahan amarah yang sudah sampai berada di puncak ubun-ubun. Pertanyaan dari Hendra entah mengapa membuatnya muak.Jika saja setengah kewarasan dalam dirinya sudah hilang, sudah pasti ia akan menghabisi Hendra karena menurutnya bermuka dua. Ruslan sudah sepenuhnya yakin, bahwa ada sesuatu hal yang besar disembunyikan dari Hendra dari dirinya. Riana sudah terus berbicara tentang Stephanie yang katanya adalah pelaku pembunuhan ibunya. Ruslan tahu, meskipun Riana tidaklah sepintar Stephanie, tak mungkin adiknya itu berbual tanpa bukti. Lagipula, sebenarnya sudah dari dulu dirinya juga merasa kalau memang ada yang janggal dengan Stephanie.Untuk saat ini ia akan memilih mengalah dihadapan Hendra dan Stephanie, demi ibunya yang membutuhkan sebuah ketenangan di peristirahatan terakhirnya.Esok, sesegera mungkin dia akan mengakhiri semuanya."Benar, Pa. Aku yakin ibu pasti tidak akan menyangka jika aku akan bersikap seperti ini." Mat

DMCA.com Protection Status