"A-apa?! Berhenti bekerja?" Sarah kembali mengulang pertanyaan itu."Iya, benar. Kenapa, Sarah? Apa kamu keberatan dengan itu?" tanya Susan lagi."Oh, tidak! Bu-bukan begitu maksud saya, Tante. Tapi, sebenarnya saya masih ingin bekerja. Apa itu tidak boleh?" tanya gadis itu takut.Susan pun tersenyum tipis dan berkata, "Kamu akan menikah dan jadi bagian dari keluarga ini. So, untuk apalagi kamu bekerja. Karena setelah ini tugasmu hanya mengurus anakku," jelasnya singkat.Sarah pun tertegun dan tersenyum dengan terpaksa.'Bagaimana ini?' hatinya bingung."Baiklah, Tante. Saya akan pikirkan ini dan akan mengurus surat resign setelah saya membicarakan hal ini dengan Sam," jawab Sarah akhirnya.Mau tidak mau dia harus mengalah. Dia tidak ingin dicap sebagai calon mantu yang tidak menurut."Oke, itu terserah kamu. Tapi saya yakin kalau Sam akan setuju kalau kamu berhenti bekerja. Iya kan?" ucap wanita itu yakin.Sarah pun mengangguk pelan.Dia juga tahu itu, karena dulu Sam juga memintany
Besoknya…Angelina menghembuskan napas perlahan untuk menghilangkan gugup, lalu mulai mengetuk pintu ruangan Adam.Terdengar jawaban dari dalam."Masuk!"Suara berat pria blasteran itu menggema di dalam ruangannya. Angelina pun memasang senyuman yang manis.Entah kenapa dia merasa sangat canggung berhadapan dengan Adam saat ini.Pria itu juga ikut tersenyum, lalu menyambut Angelina dengan tangan terbuka."Duduklah, Angel!"Adam bangkit dari kursinya dan duduk di sofa. Begitu juga dengan Angelina."Hmmm. A-apa kabar, Mas?" ucapnya terbata dengan pertanyaan basa basi."I'm fine! Mas senang bisa melihatmu baik-baik saja. Maaf, Mas belum bisa datang melihat keadaanmu dan juga Alice. Mas harap kamu tidak marah," ujarnya sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa.Mendengar Adam yang bicara seperti itu membuat Angelina semakin tidak enak."No! Kenapa aku harus marah, Mas. Aku yang harus mengucapkan terima kasih karena kalian semua sudah peduli padaku. Oh ya, aku kemari ingin meminta sat
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba datang dengan keadaan marah seperti ini?!" ucapnya tidak terima."Diam! Seharusnya aku dari awal tidak mengikuti permainanmu! Lihat! Aku benar-benar malu karenamu! Kau harus mengganti rugi dan juga bertanggung jawab!" jelasnya dengan napas yang memburu.Dion yang masih setengah sadar karena di bawah minuman keras, perlahan mulai mencerna apa yang dimaksud oleh temannya itu."Kenapa memangnya? Apa yang dilakukan pria sombong itu padamu?""Tentu saja dia membatalkan kerjasama antara kami! Padahal aku sudah menyiapkan proyek ini dengan susah payah! Kau pikir aku bekerja hanya untuk menghamburkan semua uang yang ku punya sepertimu! Begitu?!"Rio mengungkapkan kebiasaan Dion."Apa kau bilang? Itu semua juga kesalahanmu! Seharusnya kau tidak teledor dan lengah! Jadi kita gagal dan ketahuan!" ucapnya balik menyerang.Dion merasa tidak terima karena disalahkan oleh Rio."Enak saja, kau yang harusnya melakukan itu! Aku kan hanya membantumu! Sialan! A
Sarah pun langsung menjawab dengan tegas."Tidak! Enak saja! Aku masih menjaga diriku dengan baik!" jawabnya dengan memanyunkan bibirnya.Sudah tentu dia tidak terima dituduh dengan hal seperti itu.Selama ini Sarah selalu menjaga kehormatannya dan juga Sam tidak pernah melakukan hal lebih padanya.Dia juga yakin kalau Sam bukan pria yang seperti itu, meskipun awalnya dia sedikit ragu dan takut, tapi setelah mengenal sifatnya lebih jauh, dia tahu kalau pria yang dicintainya itu bisa menghormati seorang wanita, apalagi dia sangat patuh dan hormat pada Mamanya."Bohong deh!" ledeknya lagi."No! I'm still virgin! Dia juga pria baik-baik tau! Romantis, ganteng, lucu, dan pengertian. Kalian pasti iri!" ujar Sarah memanasi teman-temannya.Mereka pun terlihat merengut kesal karena gadis itu berhasil membalikkan keadaan."Terus kenapa juga berhenti kerja mendadak dan misterius?" ucapnya dengan raut wajah kesal yang terlihat jelas.Sarah yang sudah terlanjur kesal dan emosi karena dirundung be
Gadis itu meraung dan menjambak rambut dengan kedua tangannya.Dia membuat Handoko menjadi bingung harus berbuat apa."Samuel hanya milikku, Pa! Aku tidak rela kalau dia menikah dengan gadis kampungan itu?!" teriaknya lagi.Handoko pun memeluk putrinya dengan sayang dan mengajaknya untuk kembali duduk di sofa."Sonia, dengarkan papa! Kamu tidak boleh menyukai seseorang secara berlebihan! Itu tidak baik, Sayang! Nanti papa akan carikan kamu pemuda yang baik," hibur Handoko dengan usapan lembut di kepala putrinya.Iya, gadis yang sedang menangis histeris itu adalah Sonia.Setelah dipecat secara tidak hormat dia hanya menghabiskan waktunya di rumah saja dan sekarang setelah kembali mendengar Sam akan meresmikan pertunangannya, dia kembali menjadi Sonia yang semua keinginannya harus terpenuhi.Dia masih tidak bisa melupakan Sam dan merasa tidak rela kalau mereka akan menikah.Sebabnya itulah dia tiba-tiba menjadi histeris seperti tadi.Papanya tidak mengetahui kenapa anaknya bisa bersikap
Beberapa hari kemudian…Hari ini semua orang tampak sibuk.Ya, saat ini adalah hari peresmian pertunangan Sam dan juga Sarah di dalam gedung hotel berbintang lima dengan fasilitas mewah, yang sudah tidak diragukan lagi.Mereka akan mengadakan acara penting itu dengan glamour dan elegan.Seluruh dekorasi sudah selesai dengan ditambah sedikit hiasan bunga mawar putih dan juga lily di berbagai sudut ruangan Ballroom yang besar itu.Susan yang mendesain semua itu dibantu oleh Wedding Organizer dan juga Angelina yang setia mendampinginya.Makanan pun sudah siap, mulai dari appetizer sampai dessert dan juga Indonesia maupun internasional sudah tersaji di buffet.Susan memandang setiap penjuru dengan mata yang berbinar dan senyum yang mengembang.Dia yakin kalau semuanya sudah sempurna dan sesuai seperti yang dia mau.Meja-meja bulat dengan kursi untuk sepuluh orang sudah tersusun dengan rapi dengan napkin berbentuk lilin di tengah piring.Dan selain duduk di meja yang sudah disiapkan, beber
Setelah bicara dengan beberapa klien, rekan bisnis dan juga tamu penting yang hadir, Sam merasa tidak nyaman karena Sarah tidak ada di acara itu.Dia memutuskan untuk segera menyudahi obrolan basa-basi itu dan menghampiri Sarah di ruangan VIP."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Sam terlihat khawatir.Sarah pun dengan cepat menghapus air matanya. Dia sedang termenung seorang diri."Aku baik-baik saja, Sayang," jawab gadis itu sambil memaksakan senyumnya."Sudah ya, Sayang. Jangan pikirkan apapun! Ayo kita nikmati pestanya. Papa dan Mama sudah mencarimu dari tadi," ucapnya sambil merangkul pundak tunangannya itu dengan mesra."Baiklah, tapi aku belum kuat untuk mengangkat wajahku di depan mereka," elaknya dengan tatapan sedih.Sam mengusap pipi Sarah yang basah dengan kedua jempolnya dan menangkup wajahnya agar menghadapnya."Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan! Terserah mereka mau bilang apa atau bergosip apapun tentang kita! Yang penting sekarang ini kita hanya fokus pada
Besoknya…Semalaman dia tidak dapat tidur.Gadis itu masih bersedih dan mengurung diri di kamar.Matanya pun sembab dan penampilannya terlihat berantakan.Masih mengenakan dress tadi malam.Sonia mulai memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan Sam dan juga Sarah.Dia tidak rela kalau mereka hidup bahagia sementara dia menderita sendirian.Selagi mereka belum menikah, dia merasa masih ada kesempatan untuk memisahkan mereka berdua. Lalu tiba-tiba dia teringat pada Papanya.Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Sonia bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya untuk membersihkan diri.Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Sonia turun untuk menemui Papanya di ruang keluarga.Karena ini hari minggu, jadi Handoko tidak pergi ke kantor.Gadis itu langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa berseberangan dengan Papanya."Pagi, Pa!" sapanya lesu."Pagi! Kenapa lagi?" tanya Handoko seperti sudah tahu apa yang terjadi pada putrinya.Pria itu mendengar suara bising itu semalam, karena t