Beranda / Urban / Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi! / Bab 86 : Penuhi Permintaanku atau Nyawa Melayang!

Share

Bab 86 : Penuhi Permintaanku atau Nyawa Melayang!

Penulis: Pipi_Kiri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-13 07:30:59

"Apa? Kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Kenapa tidak dari tadi sebelum mereka pergi membawa Sarah?!" Sam langsung naik pitam.

["Maaf, Bos. Saya tadi buru-buru mengikuti mobil mereka sebelum kehilangan jejak. Tapi saat ini Nona Sarah sedang baik-baik saja, sepertinya dia hanya pingsan. Mobil mereka masih di sana, Bos!" pria itu berusaha menjelaskan alasannya.]

Sam mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lalu kemana mereka membawa Sarah?" suaranya sedikit melunak sekarang.

["Di gudang kosong, Bos. Saya akan mengirimkan lokasinya segera, Bos!" jawabnya mantap.]

"Oke, aku maafkan kau kali ini! Tetap tunggu di sana dan pantau terus apa yang mereka lakukan! Tunggu sampai aku tiba, kau paham?!" titahnya dengan nada dingin.

["Baik, Bos!" jawab pria itu mengerti.]

Telepon pun dimatikan.

"Sial!!!" Sam mengumpat karena lagi-lagi kecolongan.

Dia menyesal sudah meninggalkan hotel itu tanpa menemui Sarah terlebih dahu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 87 : Aku di sini, Sayang!

    Sarah perlahan-lahan membuka matanya. Cahaya penerangan yang minim membuatnya kesulitan untuk mengenali tempat itu.Dia merasa tubuhnya pegal dan tidak bisa digerakkan.Sarah pun melihat sekitar dan menyadari saat ini dia sedang duduk di kursi dan masih mengenakan baju yang sama yaitu seragam kerjanya.'Ya Tuhan! Aku ada dimana?' hatinya menjerit takut.Dia melihat sekeliling yang penuh dengan barang tidak terpakai dan berdebu."Hmmmmpphhh!"(Tolong, lepaskan aku!)Mulutnya masih dilakban jadi tidak bisa mengeluarkan suara.Kaki dan tangannya pun dalam keadaan terikat.Sarah berusaha melepaskan ikatan tangannya di belakang kursi dengan meronta dan memutar lengannya. Tapi ikatan itu terlalu kuat hingga membuat kulitnya perih.Akhirnya dia hanya bisa menangis karena kesakitan dan juga ketakutan.'Sam, selamatkan aku! Aku takut! Cepatlah datang, Sam! Ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 88 : Aku Merasa Bersalah

    "Kita buang saja ke jurang, Tuan?" jawab Juna dengan senyuman jahil.Mereka berdua pun tertawa dengan keras.Reno yang mendengar ucapan mereka, mendadak bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar-benar terjadi.Rasanya dia ingin sekali kabur dari sana tapi tubuhnya sudah tidak berdaya.Reno pun berusaha meronta dengan sisa tenaganya, "Lepaskan aku bedebah! Lepas!" teriaknya dengan suara yang parau.Sam pun menghampiri Reno yang tergeletak di tanah.Dia mencengkram wajahnya yang sebagian ada memar di pipi karena dipukul oleh Juna tadi."Tenang saja, Reno. Aku cuma bercanda kok! Kau akan aku bawa ke tempat lain yaitu penjara! Selamat membusuk di sana, ya!" bisik Sam tepat di depan wajahnya.Mata Reno membulat sempurna mendengar itu."Sialan!" umpatnya kesal.Dia terlalu meremehkan Sam. Meskipun mereka sudah menyewa preman yang banyak tapi hasilnya mereka tetap kalah dan tidak mendapatkan apapun dari renca

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 89 : Kami Merestui Kalian!

    Sarah tampak cantik dengan dress berwarna peach berlengan panjang dengan sepatu high heels lima senti berwarna cream dan dia juga memakai aksesoris yang tidak berlebihan.Semua yang melekat di tubuhnya sangat cocok dan pas untuk gadis sederhana seperti dia.Sam sampai pangling melihat penampilan pacarnya yang tidak biasanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Sarah yang risih karena dia tidak berhenti dari tadi melihatnya."Aku hanya kagum. Ternyata pacarku sangat cantik!" pujinya tulus sambil menjawil dagu Sarah.Gadis itu hanya tersipu malu, "Kamu selalu mengatakan itu setiap kali melihatku. Tidak peduli aku memakai baju apapun,""Nah! Itu kamu tahu!" jawab Sam dengan alis yang naik turun.Dia memang sengaja menggoda kekasihnya itu.Sam tahu kalau Sarah gugup untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, jadi dia berusaha untuk bertingkah sekonyol mungkin untuk merilekskan pikiran gadis itu dan menghilangkan ras

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 90 : Keputusan Yang Matang

    Kening Susan berkerut mendengar jawaban dari anaknya itu.Padahal dia tahu betul kalau Sam sangat mencintai Sarah dan selalu mengatakan itu saat menentangnya dulu, tapi sekarang kenapa malah tidak mau."Kenapa, Sam? Apa maksud ucapanmu itu?!" tanya Susan heran.Sam menghembuskan napas dengan kasar. Lalu menatap Mamanya dengan lekat."Sam belum siap, Ma. Ada banyak hal yang harus Sam urus dan persiapkan. Lagipula ini masih terlalu awal. Aku juga masih harus fokus pada perusahaan kita," jelasnya dengan wajah sangat serius.Susan pun menghela napas mendengar itu.Dia tahu perusahaan memang penting, tapi Sam juga sudah cukup matang untuk itu."Tapi, Sam. Mama ingin cepat punya cucu setelah tadi mengobrol panjang dengan Sarah. Kalau kalian punya anak, rumah ini pasti akan ramai lagi," ungkapnya dengan wajah sendu.Hati manusia memang tidak bisa ditebak. Apalagi seorang wanita yang lebih mengedepankan perasaan.Dalam sekejap bisa berubah.Begitu juga dengan Susan.Meskipun awalnya dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 91 : Will You Marry Me?

    Sam sangat bersemangat saat pulang kerja hari ini.Dia dengan cepat masuk ke dalam mobil dan membawanya dengan kecepatan sedang.Dia sudah tidak sabar untuk mengambil benda penting yang sudah dipesan oleh Juna tadi siang.Karena tidak bekerja hari ini jadi Sam yakin kalau Sarah berada di apartemen seharian.Gadis itu sudah beberapa kali memberi pesan kalau sudah merasa bosan karena tidak melakukan aktivitas apapun.Sam sudah memberi kabar pada Sarah untuk menunggunya datang. Dia akan mengajak gadis itu pergi ke suatu tempat.Setelah semua sudah siap Sam pun tiba ke apartemen untuk menjemput Sarah."Ayo, Sayang. Cepat siap-siap! Kita harus pergi sebelum sore," ucap Sam dengan semangat."Memangnya kita mau ke mana, Sam?" tanya Sarah heran.Tidak biasanya Sam mengajaknya pergi dengan terburu-buru seperti itu."Nanti kamu juga akan tahu kok, oke? Ayo!" jawab Sam tersenyum simpul.Sarah pun mau tidak mau berdandan secepat kilat dan mengambil baju yang mana saja dia lihat cocok."Aku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 92 : Permintaan Yang Tiba-tiba

    Hendra mengacak meja kerja itu untuk menyalurkan emosinya sehingga beberapa file berantakan, karena baru saja melihat data yang ada di depan laptopnya.Pria itu meremas rambut hitamnya dengan kedua tangan, napasnya tersengal seperti habis lari maraton dan dia duduk dengan gelisah."Bagaimana ini? Kenapa aku bisa salah perhitungan?!" gumamnya seorang diri.Hendra merasa bahwa uang yang dimiliki perusahaannya masih banyak, sesuai dengan dugaan dan perkiraan dirinya sendiri.Tapi ternyata dia salah, selama ini memang Hendra suka berfoya-foya dan menghamburkan uang tanpa memperhitungkan uang keluar dan uang masuknya.Sementara saat ini perusahaan sedang membutuhkan banyak dana untuk memulai proyek barunya bersama beberapa klien.Hendra pun menghembuskan napas berulang kali, berusaha untuk tenang. Dia tidak ingin bertindak terburu-buru, agar bisa mengatur semuanya kembali dengan benar."Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Angelina nanti!"Hendra pun langsung berpikir keras untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 93 : Kembalikan Semua Hakku!

    "Apa? Kenapa tidak bisa, Mbak? Ini kan uang saya dan atas nama saya!" bentaknya dengan mata terbelalak.Karyawati bank itu tetap tersenyum, "Maaf, Bu. Sepertinya akses Ibu Angelina sudah dibekukan. Silahkan pastikan ke perusahaan terlebih dahulu, baru Ibu bisa kembali menemui kami," jelasnya dengan lembut dan sopan.Angelina seperti kehabisan kata-kata mendengar penuturan wanita yang ada di depannya ini, mulutnya sampai terbuka karena tidak percaya.Dengan menahan malu akhirnya Angelina pun membatalkan transaksi itu.Dia benar-benar tidak menyangka kalau Adam setega itu padanya.Adam benar-benar membuktikan ucapannya dulu pada adiknya itu, kalau dia akan membatasi gerak-geriknya dalam perusahaan.Angelina pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Ia juga terlihat bingung dan gelisah.Entah apa yang harus dia katakan pada suaminya nanti, padahal Hendra sangat berharap pada uang itu."Shit! Kenapa jadi begini, sih?!" umpatnya sambil memukul kemudi mob

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 94 : Itu Saja Tidak Becus!

    "Papa, ada apa ini? Coba jelaskan pada Mama apa yang sudah terjadi?" Susan tidak tahan lagi untuk bertanya."Ma, tenang dulu. Ayo, kita duduk!" Sam berinisiatif untuk menenangkan Mamanya.Sam membiarkan Tantenya itu bicara dan melakukan apa yang dia suka. Sam yakin Papanya pasti sangat bisa mengatasi hal tersebut.Angelina masih berdiri disana dan tidak tertarik sama sekali dengan pembicaraan keluarga mereka nantinya.Jadi dia memutuskan untuk pergi dari rumah ini, tapi sebelum itu dia masih ingin mengatakan sesuatu pada Adam."Listen! Aku akan mengambil semuanya dengan paksa! Kamu akan menyesal, Mas! Ingat itu!" ancamnya dengan tatapan sinis.Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik pergi dari sana dengan amarah yang masih meluap.Adam menghembuskan napasnya dengan kasar melihat sikap adiknya yang benar-benar sudah berubah. Dia pun duduk di sofa untuk menenangkan diri.Susan tidak tahan lagi untuk membuka mulutnya, "Pa, kenapa Angel bersikap kurang ajar seperti itu?"Adam pun m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 165 : Bisa kah Kita Berbaikan Lagi?

    Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 164 : Ajak Kerja Sama Lagi

    Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 163 : Cerminan Suamimu!

    Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 162 : Memangnya Kamu Punya Uang?

    Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 161 : Kerja Sama Balas Dendam

    Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 160 : Teman Baru Kita!

    "A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 159 : Pria Itu Bebas?!

    Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 158 : Rela Mengesampingkan Ego

    Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 157 : Aku Tidak Terlibat!

    Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak

DMCA.com Protection Status