Dion tidak percaya kalau pemuda di depannya ini adalah pewaris perusahaan besar yang selama ini banyak dibicarakan oleh rekan bisnisnya.
Padahal dia sangat yakin kalau Sam hanya karyawan biasa yang menjalankan perintah atasannya.Johan pasti sudah salah orang."Sudahlah, Pak Johan. Aku sudah katakan padanya untuk berhenti berlagak, tapi sepertinya memang sifatnya seperti itu. Aku jadi ragu untuk melanjutkan kerjasama kita," kali ini Sam yang mengintimidasi mereka.Mendengar itu Johan menjadi takut dan terancam kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan Galaxi."Saya mewakili teman saya, mohon maaf, Tuan. A-ayo, mari silahkan masuk dulu ke dalam!" pintanya dengan bicara terbata karena gugup."Baiklah. Satu lagi, semua yang mereka pesan di meja itu gratis! Karena aku yang akan membayarnya!" Sam memutar kembali kata-kata Dion tadi."Iya, Tuan. Ma-maaf sekali lagi sudah membuat Anda tidak nyaman!" Johan merasa berGadis itu adalah Dinda. Mantan pacar Sam yang mata duitan.Pacarnya Reno, juga ikut melihat ke arah yang ditunjukkan oleh kekasihnya."Iya, kamu benar! Kebetulan sekali kita bertemu dia di sini! Kita harus memanfaatkan hal ini sebaik mungkin. Apa kamu punya rencana dadakan?" Reno bertanya dengan senyuman misterius."Baiklah! Aku pikir dulu!" jawabnya cepat.Dia melirik ke arah Sam yang ditemani oleh Arya dan satu pria lagi yang tidak dikenalnya.Tapi bukan itu masalahnya sekarang.Mereka harus memutar otak, bagaimana caranya membalaskan dendam dan sakit hatinya pada Sam.Apalagi setelah hotel Reno dibeli oleh Sam, Dinda seperti kehilangan separuh mesin ATMnya.Senyum licik pun terbit di bibirnya yang berlipstik pink itu."Aku ada ide, Sayang. Kamu tunggu saja di luar! Jangan duduk di sini. Biar dia percaya!" bisiknya pelan."Ok, sip!" jawab pemuda itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.Reno ti
Sebelum itu..Sam baru saja keluar menuju parkiran.Tapi alangkah terkejutnya Juna saat melihat kedua ban mobil itu sudah kempes."Tuan, sepertinya ban mobilnya kempes?" ucapnya sambil berjongkok memeriksa."Apa? Bagaimana kita bisa kembali ke kantor? Aku tidak bisa mengantar Sarah kalau begini! Coba kamu periksa lagi!" teriaknya dengan marah sambil menyisir rambutnya dengan kasar."Baik, Tuan!"Juna pun kembali melihat ban depan dan belakang, memeriksa dengan teliti dan benar pada bagian ban itu dan ternyata bautnya longgar."Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan meminta pihak hotel untuk menelpon bengkel," Sam hanya mengangguk, lalu dia menendang salah satu ban itu untuk meluapkan kekesalannya.Juna meminta karyawan hotel membawa mobil Sam untuk diperbaiki.Setelah itu dia kembali menemui Tuannya."Sekarang bagaimana, Tuan? Apa kita jadi menjemput Nona Sarah atau bagaimana?" tanya Juna menung
"Apa? Kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Kenapa tidak dari tadi sebelum mereka pergi membawa Sarah?!" Sam langsung naik pitam.["Maaf, Bos. Saya tadi buru-buru mengikuti mobil mereka sebelum kehilangan jejak. Tapi saat ini Nona Sarah sedang baik-baik saja, sepertinya dia hanya pingsan. Mobil mereka masih di sana, Bos!" pria itu berusaha menjelaskan alasannya.]Sam mengusap wajahnya dengan kasar."Lalu kemana mereka membawa Sarah?" suaranya sedikit melunak sekarang.["Di gudang kosong, Bos. Saya akan mengirimkan lokasinya segera, Bos!" jawabnya mantap.]"Oke, aku maafkan kau kali ini! Tetap tunggu di sana dan pantau terus apa yang mereka lakukan! Tunggu sampai aku tiba, kau paham?!" titahnya dengan nada dingin.["Baik, Bos!" jawab pria itu mengerti.]Telepon pun dimatikan."Sial!!!" Sam mengumpat karena lagi-lagi kecolongan.Dia menyesal sudah meninggalkan hotel itu tanpa menemui Sarah terlebih dahu
Sarah perlahan-lahan membuka matanya. Cahaya penerangan yang minim membuatnya kesulitan untuk mengenali tempat itu.Dia merasa tubuhnya pegal dan tidak bisa digerakkan.Sarah pun melihat sekitar dan menyadari saat ini dia sedang duduk di kursi dan masih mengenakan baju yang sama yaitu seragam kerjanya.'Ya Tuhan! Aku ada dimana?' hatinya menjerit takut.Dia melihat sekeliling yang penuh dengan barang tidak terpakai dan berdebu."Hmmmmpphhh!"(Tolong, lepaskan aku!)Mulutnya masih dilakban jadi tidak bisa mengeluarkan suara.Kaki dan tangannya pun dalam keadaan terikat.Sarah berusaha melepaskan ikatan tangannya di belakang kursi dengan meronta dan memutar lengannya. Tapi ikatan itu terlalu kuat hingga membuat kulitnya perih.Akhirnya dia hanya bisa menangis karena kesakitan dan juga ketakutan.'Sam, selamatkan aku! Aku takut! Cepatlah datang, Sam! Ya
"Kita buang saja ke jurang, Tuan?" jawab Juna dengan senyuman jahil.Mereka berdua pun tertawa dengan keras.Reno yang mendengar ucapan mereka, mendadak bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar-benar terjadi.Rasanya dia ingin sekali kabur dari sana tapi tubuhnya sudah tidak berdaya.Reno pun berusaha meronta dengan sisa tenaganya, "Lepaskan aku bedebah! Lepas!" teriaknya dengan suara yang parau.Sam pun menghampiri Reno yang tergeletak di tanah.Dia mencengkram wajahnya yang sebagian ada memar di pipi karena dipukul oleh Juna tadi."Tenang saja, Reno. Aku cuma bercanda kok! Kau akan aku bawa ke tempat lain yaitu penjara! Selamat membusuk di sana, ya!" bisik Sam tepat di depan wajahnya.Mata Reno membulat sempurna mendengar itu."Sialan!" umpatnya kesal.Dia terlalu meremehkan Sam. Meskipun mereka sudah menyewa preman yang banyak tapi hasilnya mereka tetap kalah dan tidak mendapatkan apapun dari renca
Sarah tampak cantik dengan dress berwarna peach berlengan panjang dengan sepatu high heels lima senti berwarna cream dan dia juga memakai aksesoris yang tidak berlebihan.Semua yang melekat di tubuhnya sangat cocok dan pas untuk gadis sederhana seperti dia.Sam sampai pangling melihat penampilan pacarnya yang tidak biasanya."Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Sarah yang risih karena dia tidak berhenti dari tadi melihatnya."Aku hanya kagum. Ternyata pacarku sangat cantik!" pujinya tulus sambil menjawil dagu Sarah.Gadis itu hanya tersipu malu, "Kamu selalu mengatakan itu setiap kali melihatku. Tidak peduli aku memakai baju apapun,""Nah! Itu kamu tahu!" jawab Sam dengan alis yang naik turun.Dia memang sengaja menggoda kekasihnya itu.Sam tahu kalau Sarah gugup untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, jadi dia berusaha untuk bertingkah sekonyol mungkin untuk merilekskan pikiran gadis itu dan menghilangkan ras
Kening Susan berkerut mendengar jawaban dari anaknya itu.Padahal dia tahu betul kalau Sam sangat mencintai Sarah dan selalu mengatakan itu saat menentangnya dulu, tapi sekarang kenapa malah tidak mau."Kenapa, Sam? Apa maksud ucapanmu itu?!" tanya Susan heran.Sam menghembuskan napas dengan kasar. Lalu menatap Mamanya dengan lekat."Sam belum siap, Ma. Ada banyak hal yang harus Sam urus dan persiapkan. Lagipula ini masih terlalu awal. Aku juga masih harus fokus pada perusahaan kita," jelasnya dengan wajah sangat serius.Susan pun menghela napas mendengar itu.Dia tahu perusahaan memang penting, tapi Sam juga sudah cukup matang untuk itu."Tapi, Sam. Mama ingin cepat punya cucu setelah tadi mengobrol panjang dengan Sarah. Kalau kalian punya anak, rumah ini pasti akan ramai lagi," ungkapnya dengan wajah sendu.Hati manusia memang tidak bisa ditebak. Apalagi seorang wanita yang lebih mengedepankan perasaan.Dalam sekejap bisa berubah.Begitu juga dengan Susan.Meskipun awalnya dia tidak
Sam sangat bersemangat saat pulang kerja hari ini.Dia dengan cepat masuk ke dalam mobil dan membawanya dengan kecepatan sedang.Dia sudah tidak sabar untuk mengambil benda penting yang sudah dipesan oleh Juna tadi siang.Karena tidak bekerja hari ini jadi Sam yakin kalau Sarah berada di apartemen seharian.Gadis itu sudah beberapa kali memberi pesan kalau sudah merasa bosan karena tidak melakukan aktivitas apapun.Sam sudah memberi kabar pada Sarah untuk menunggunya datang. Dia akan mengajak gadis itu pergi ke suatu tempat.Setelah semua sudah siap Sam pun tiba ke apartemen untuk menjemput Sarah."Ayo, Sayang. Cepat siap-siap! Kita harus pergi sebelum sore," ucap Sam dengan semangat."Memangnya kita mau ke mana, Sam?" tanya Sarah heran.Tidak biasanya Sam mengajaknya pergi dengan terburu-buru seperti itu."Nanti kamu juga akan tahu kok, oke? Ayo!" jawab Sam tersenyum simpul.Sarah pun mau tidak mau berdandan secepat kilat dan mengambil baju yang mana saja dia lihat cocok."Aku sudah