Sam dan Juna langsung bergegas kembali ke kantor setelah mendapat telepon dari Pak Yudi.
Sam yakin pasti ada hal yang penting yang ingin disampaikan karena Pak Yudi memberitahu kalau Papanya yang meminta.Setelah Juna membawa mobil dengan kecepatan penuh. Akhirnya Sam sampai juga tepat waktu.Entah kenapa jantung Sam berdetak lebih kencang kali ini. Perasaannya mendadak tidak enak.Sebelumnya…Di rumah Hendra…Hendra yang baru saja selesai sarapan dan bersiap pergi ke kantor, teringat percakapannya dengan Angelina kemarin.Dia pun dengan cepat memutar otak untuk mencari ide. Waktu terus berjalan, jadi dia tidak akan membiarkan sedetikpun berlalu dengan percuma.Anak mereka, Alice, masih sarapan di meja makan. Jadi Hendra meminta Angelina untuk segera mengantarnya ke depan pintu."Ma, ada yang ingin aku bicarakan," pintanya setelah selesai memakai sepatu."Tentang apa, Pa?""BagaimSam juga terkejut mendengar hal itu. Terlihat Pak Yudi yang menghembuskan napas dengan kasar, karena hanya dia yang mengetahui hal itu saat mendampingi Adam.Ya, sudah lama dia bekerja untuk perusahaan ini. Dari awal Adam merintis perusahaan dan dialah yang menjadi asistennya pertama kali sampai sekarang.Tentu saja hampir tidak ada rahasia yang disembunyikan Adam darinya. Termasuk soal pemberian saham pada Angelina.Angelina terlihat shock mendapatkan fakta bahwa selama ini Adam yang memberikan saham itu padanya bukan dari Papa mereka. Wajah putihnya semakin terlihat putih karena sudah pucat pasi dan dadanya naik turun karena napas yang sudah tidak beraturan.Selama ini memang Angelina tidak pernah ikut andil dalam hal perusahaan, jadi Adam memutuskan hanya memberikan sedikit saham pada adiknya itu.Dia sangat menyayangi Angelina meskipun adiknya tidak memberikan apa-apa pada perusahaan ini. Tapi sekarang Angelina tiba-tib
Ya benar!Orang itu adalah Dion!.Entah kebetulan atau apa, dia memang lumayan sering datang ke restoran itu karena di sana juga memiliki club yang terletak di belakang gedung.Dion memang suka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di club yang banyak wanita cantik.Dia pun dengan cepat memutar otak untuk memutuskan melakukan apa dengan kesempatan yang langka ini.Lalu terlintas di pikirannya yang ingin mengganggu mereka agar makan malam romantis itu jadi berantakan.Dengan gaya angkuh dan santai Dion berjalan melewati meja Sam dan juga Sarah.Lalu menyapa gadis itu dengan gaya sok kenal."Halo, Mbak cantik! Ternyata kita bertemu lagi di sini, ya?" sapanya sambil tersenyum ramah.Sarah yang terkejut melihat pria yang berdiri di samping meja mereka, seketika itu juga menghentikan aktivitas makannya.Sam juga mengerutkan keningnya karena heran.'Siapa pria ini?!' tanyanya dalam hati.
Angelina yang sudah lama menunggu suaminya pulang, akhirnya berdiri dari duduknya.Setelah Hendra masuk ke dalam kamar.Dia langsung mengeluarkan semua uneg-unegnya yang dari tadi ditahan."Pa! Mama sangat malu tadi! Mama sangat marah!" adunya dengan wajah kesal dan matanya mulai berair.Hendra yang melihat istrinya seperti itu langsung mendekat dengan cepat."Ada apa, Ma? Apa yang Mas Adam katakan?" Hendra bertanya dengan tidak sabar.Setelah lelah menahan akhirnya tangis wanita itu pecah juga."Aku diusir dari perusahaan, Pa!" dia menangis terisak."Apa?!" Hendra terkejut tidak percaya.Angelina pun menangis dipelukan suaminya."Bagaimana bisa, Ma? Kenapa Mas Adam tega mengusirmu?" Hendra mulai menjadi marah dan emosi.Tapi Angelina tidak lantas menjawab. Dia masih menumpahkan kesedihan dan juga kekesalannya.Setelah beberapa saat dan tangisnya mereda. Barulah dia mulai bicara.
Sam heran mendengar penuturan dari Juna. Dia merasa masalah baru terus bermunculan padahal dia baru saja menyelesaikan satu tapi sudah datang lagi yang lain."Siapa yang kamu maksud?" dia tidak bisa lagi menebak."Orang yang menelpon adalah Pak Bambang, Tuan!" jawabnya serius."Apa katamu? Pak Bambang yang menelpon?" Sam mengulang kembali perkataan asistennya."Iya benar, Tuan. Dia mengatakan kalau ingin meminta sesuatu hal dan jika Tuan mengabulkannya, maka dia akan memberikan informasi rahasia bahkan sangat penting tentang Pak Hendra, suami dari Nyonya Angelina, Tuan" jelasnya lebih rinci."Apa maksud dari orang tua bangka itu?! Jangan sampai dia mempermainkanku! Kalau tidak, aku akan membuatnya membusuk di penjara!" ucap Sam geram sambil berkacak pinggang."Tapi, Tuan … " Sam menatap Juna dengan tajam karena emosi.Juna sedikit menyela, "Dia bilang kali ini dia serius dan yakin kalau Tuan membutuhkan in
Adam pun geram karena merasa menyesal membiarkan Angelina memilih menikah dengan orang yang dia cintai dulu.Memang Adam tidak suka pada Hendra, tapi karena adiknya itu yang memilih sendiri calon suaminya dan demi kebahagiaan Angelina, Adam pun dengan rela merestui hubungan mereka.Sebelum menikah dengan adiknya, waktu itu Hendra hanyalah seorang karyawan biasa. Dan juga berkat adiknya juga dia bisa mengembangkan bisnis perusahaannya hingga sebesar sekarang.Tapi dengan kasus belakangan ini setelah Hendra membuat rencana yang selalu menyusahkan Samuel, anaknya. Hal itu semakin membuat Adam membencinya dan yakin kalau dia itu hanya tamak soal harta."Kalian harus waspada dengan Hendra! Aku tidak tahu apalagi yang sudah direncanakan olehnya sebelum ini. Dan aku tidak ingin dia selangkah maju di depan kita! Kita harus bisa menutup setiap celah sekecil apapun itu!" titahnya dengan penuh penekanan."Lalu bagaimana, Pa? Apa kita kirim saja Om H
Sementara itu…Adam yang kembali teringat untuk menelpon Angelina, segera menghentikan aktivitasnya.Lagipula sebentar lagi waktunya untuk pulang.Dia pun mengeluarkan ponsel lalu mencoba menelepon adiknya itu.["Ada apa lagi, Mas?"]Kali ini Angelina menjawab telepon langsung dengan pertanyaan seperti itu. Tidak ramah tamah seperti biasanya. Adam yakin itu tandanya Angelina masih marah padanya."Aku ingin memberitahukan satu hal yang penting padamu. Mungkin kalau aku mengajak bertemu kamu tidak mau, jadi aku akan membicarakan hal ini langsung di telepon," ungkapnya mulai bicara.Adam tidak ingin membuang-buang waktu lagi.Karena sepertinya percuma saja kalau minta bertemu, Angelina pasti tidak akan mau.["Cepat katakan, Mas! Aku tidak punya banyak waktu!" pintanya tidak sabaran.]Adam menghela napas berat lalu berkata, "Aku mengetahui masa lalu dari suamimu dan ternyata dia adalah seorang pema
Dion tidak percaya kalau pemuda di depannya ini adalah pewaris perusahaan besar yang selama ini banyak dibicarakan oleh rekan bisnisnya.Padahal dia sangat yakin kalau Sam hanya karyawan biasa yang menjalankan perintah atasannya.Johan pasti sudah salah orang."Sudahlah, Pak Johan. Aku sudah katakan padanya untuk berhenti berlagak, tapi sepertinya memang sifatnya seperti itu. Aku jadi ragu untuk melanjutkan kerjasama kita," kali ini Sam yang mengintimidasi mereka.Mendengar itu Johan menjadi takut dan terancam kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan Galaxi."Saya mewakili teman saya, mohon maaf, Tuan. A-ayo, mari silahkan masuk dulu ke dalam!" pintanya dengan bicara terbata karena gugup."Baiklah. Satu lagi, semua yang mereka pesan di meja itu gratis! Karena aku yang akan membayarnya!" Sam memutar kembali kata-kata Dion tadi."Iya, Tuan. Ma-maaf sekali lagi sudah membuat Anda tidak nyaman!" Johan merasa ber
Gadis itu adalah Dinda. Mantan pacar Sam yang mata duitan.Pacarnya Reno, juga ikut melihat ke arah yang ditunjukkan oleh kekasihnya."Iya, kamu benar! Kebetulan sekali kita bertemu dia di sini! Kita harus memanfaatkan hal ini sebaik mungkin. Apa kamu punya rencana dadakan?" Reno bertanya dengan senyuman misterius."Baiklah! Aku pikir dulu!" jawabnya cepat.Dia melirik ke arah Sam yang ditemani oleh Arya dan satu pria lagi yang tidak dikenalnya.Tapi bukan itu masalahnya sekarang.Mereka harus memutar otak, bagaimana caranya membalaskan dendam dan sakit hatinya pada Sam.Apalagi setelah hotel Reno dibeli oleh Sam, Dinda seperti kehilangan separuh mesin ATMnya.Senyum licik pun terbit di bibirnya yang berlipstik pink itu."Aku ada ide, Sayang. Kamu tunggu saja di luar! Jangan duduk di sini. Biar dia percaya!" bisiknya pelan."Ok, sip!" jawab pemuda itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.Reno ti