Sam juga terkejut mendengar hal itu.
Terlihat Pak Yudi yang menghembuskan napas dengan kasar, karena hanya dia yang mengetahui hal itu saat mendampingi Adam.Ya, sudah lama dia bekerja untuk perusahaan ini. Dari awal Adam merintis perusahaan dan dialah yang menjadi asistennya pertama kali sampai sekarang.Tentu saja hampir tidak ada rahasia yang disembunyikan Adam darinya. Termasuk soal pemberian saham pada Angelina.Angelina terlihat shock mendapatkan fakta bahwa selama ini Adam yang memberikan saham itu padanya bukan dari Papa mereka.Wajah putihnya semakin terlihat putih karena sudah pucat pasi dan dadanya naik turun karena napas yang sudah tidak beraturan.Selama ini memang Angelina tidak pernah ikut andil dalam hal perusahaan, jadi Adam memutuskan hanya memberikan sedikit saham pada adiknya itu.Dia sangat menyayangi Angelina meskipun adiknya tidak memberikan apa-apa pada perusahaan ini.Tapi sekarang Angelina tiba-tibYa benar!Orang itu adalah Dion!.Entah kebetulan atau apa, dia memang lumayan sering datang ke restoran itu karena di sana juga memiliki club yang terletak di belakang gedung.Dion memang suka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di club yang banyak wanita cantik.Dia pun dengan cepat memutar otak untuk memutuskan melakukan apa dengan kesempatan yang langka ini.Lalu terlintas di pikirannya yang ingin mengganggu mereka agar makan malam romantis itu jadi berantakan.Dengan gaya angkuh dan santai Dion berjalan melewati meja Sam dan juga Sarah.Lalu menyapa gadis itu dengan gaya sok kenal."Halo, Mbak cantik! Ternyata kita bertemu lagi di sini, ya?" sapanya sambil tersenyum ramah.Sarah yang terkejut melihat pria yang berdiri di samping meja mereka, seketika itu juga menghentikan aktivitas makannya.Sam juga mengerutkan keningnya karena heran.'Siapa pria ini?!' tanyanya dalam hati.
Angelina yang sudah lama menunggu suaminya pulang, akhirnya berdiri dari duduknya.Setelah Hendra masuk ke dalam kamar.Dia langsung mengeluarkan semua uneg-unegnya yang dari tadi ditahan."Pa! Mama sangat malu tadi! Mama sangat marah!" adunya dengan wajah kesal dan matanya mulai berair.Hendra yang melihat istrinya seperti itu langsung mendekat dengan cepat."Ada apa, Ma? Apa yang Mas Adam katakan?" Hendra bertanya dengan tidak sabar.Setelah lelah menahan akhirnya tangis wanita itu pecah juga."Aku diusir dari perusahaan, Pa!" dia menangis terisak."Apa?!" Hendra terkejut tidak percaya.Angelina pun menangis dipelukan suaminya."Bagaimana bisa, Ma? Kenapa Mas Adam tega mengusirmu?" Hendra mulai menjadi marah dan emosi.Tapi Angelina tidak lantas menjawab. Dia masih menumpahkan kesedihan dan juga kekesalannya.Setelah beberapa saat dan tangisnya mereda. Barulah dia mulai bicara.
Sam heran mendengar penuturan dari Juna. Dia merasa masalah baru terus bermunculan padahal dia baru saja menyelesaikan satu tapi sudah datang lagi yang lain."Siapa yang kamu maksud?" dia tidak bisa lagi menebak."Orang yang menelpon adalah Pak Bambang, Tuan!" jawabnya serius."Apa katamu? Pak Bambang yang menelpon?" Sam mengulang kembali perkataan asistennya."Iya benar, Tuan. Dia mengatakan kalau ingin meminta sesuatu hal dan jika Tuan mengabulkannya, maka dia akan memberikan informasi rahasia bahkan sangat penting tentang Pak Hendra, suami dari Nyonya Angelina, Tuan" jelasnya lebih rinci."Apa maksud dari orang tua bangka itu?! Jangan sampai dia mempermainkanku! Kalau tidak, aku akan membuatnya membusuk di penjara!" ucap Sam geram sambil berkacak pinggang."Tapi, Tuan … " Sam menatap Juna dengan tajam karena emosi.Juna sedikit menyela, "Dia bilang kali ini dia serius dan yakin kalau Tuan membutuhkan in
Adam pun geram karena merasa menyesal membiarkan Angelina memilih menikah dengan orang yang dia cintai dulu.Memang Adam tidak suka pada Hendra, tapi karena adiknya itu yang memilih sendiri calon suaminya dan demi kebahagiaan Angelina, Adam pun dengan rela merestui hubungan mereka.Sebelum menikah dengan adiknya, waktu itu Hendra hanyalah seorang karyawan biasa. Dan juga berkat adiknya juga dia bisa mengembangkan bisnis perusahaannya hingga sebesar sekarang.Tapi dengan kasus belakangan ini setelah Hendra membuat rencana yang selalu menyusahkan Samuel, anaknya. Hal itu semakin membuat Adam membencinya dan yakin kalau dia itu hanya tamak soal harta."Kalian harus waspada dengan Hendra! Aku tidak tahu apalagi yang sudah direncanakan olehnya sebelum ini. Dan aku tidak ingin dia selangkah maju di depan kita! Kita harus bisa menutup setiap celah sekecil apapun itu!" titahnya dengan penuh penekanan."Lalu bagaimana, Pa? Apa kita kirim saja Om H
Sementara itu…Adam yang kembali teringat untuk menelpon Angelina, segera menghentikan aktivitasnya.Lagipula sebentar lagi waktunya untuk pulang.Dia pun mengeluarkan ponsel lalu mencoba menelepon adiknya itu.["Ada apa lagi, Mas?"]Kali ini Angelina menjawab telepon langsung dengan pertanyaan seperti itu. Tidak ramah tamah seperti biasanya. Adam yakin itu tandanya Angelina masih marah padanya."Aku ingin memberitahukan satu hal yang penting padamu. Mungkin kalau aku mengajak bertemu kamu tidak mau, jadi aku akan membicarakan hal ini langsung di telepon," ungkapnya mulai bicara.Adam tidak ingin membuang-buang waktu lagi.Karena sepertinya percuma saja kalau minta bertemu, Angelina pasti tidak akan mau.["Cepat katakan, Mas! Aku tidak punya banyak waktu!" pintanya tidak sabaran.]Adam menghela napas berat lalu berkata, "Aku mengetahui masa lalu dari suamimu dan ternyata dia adalah seorang pema
Dion tidak percaya kalau pemuda di depannya ini adalah pewaris perusahaan besar yang selama ini banyak dibicarakan oleh rekan bisnisnya.Padahal dia sangat yakin kalau Sam hanya karyawan biasa yang menjalankan perintah atasannya.Johan pasti sudah salah orang."Sudahlah, Pak Johan. Aku sudah katakan padanya untuk berhenti berlagak, tapi sepertinya memang sifatnya seperti itu. Aku jadi ragu untuk melanjutkan kerjasama kita," kali ini Sam yang mengintimidasi mereka.Mendengar itu Johan menjadi takut dan terancam kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan Galaxi."Saya mewakili teman saya, mohon maaf, Tuan. A-ayo, mari silahkan masuk dulu ke dalam!" pintanya dengan bicara terbata karena gugup."Baiklah. Satu lagi, semua yang mereka pesan di meja itu gratis! Karena aku yang akan membayarnya!" Sam memutar kembali kata-kata Dion tadi."Iya, Tuan. Ma-maaf sekali lagi sudah membuat Anda tidak nyaman!" Johan merasa ber
Gadis itu adalah Dinda. Mantan pacar Sam yang mata duitan.Pacarnya Reno, juga ikut melihat ke arah yang ditunjukkan oleh kekasihnya."Iya, kamu benar! Kebetulan sekali kita bertemu dia di sini! Kita harus memanfaatkan hal ini sebaik mungkin. Apa kamu punya rencana dadakan?" Reno bertanya dengan senyuman misterius."Baiklah! Aku pikir dulu!" jawabnya cepat.Dia melirik ke arah Sam yang ditemani oleh Arya dan satu pria lagi yang tidak dikenalnya.Tapi bukan itu masalahnya sekarang.Mereka harus memutar otak, bagaimana caranya membalaskan dendam dan sakit hatinya pada Sam.Apalagi setelah hotel Reno dibeli oleh Sam, Dinda seperti kehilangan separuh mesin ATMnya.Senyum licik pun terbit di bibirnya yang berlipstik pink itu."Aku ada ide, Sayang. Kamu tunggu saja di luar! Jangan duduk di sini. Biar dia percaya!" bisiknya pelan."Ok, sip!" jawab pemuda itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.Reno ti
Sebelum itu..Sam baru saja keluar menuju parkiran.Tapi alangkah terkejutnya Juna saat melihat kedua ban mobil itu sudah kempes."Tuan, sepertinya ban mobilnya kempes?" ucapnya sambil berjongkok memeriksa."Apa? Bagaimana kita bisa kembali ke kantor? Aku tidak bisa mengantar Sarah kalau begini! Coba kamu periksa lagi!" teriaknya dengan marah sambil menyisir rambutnya dengan kasar."Baik, Tuan!"Juna pun kembali melihat ban depan dan belakang, memeriksa dengan teliti dan benar pada bagian ban itu dan ternyata bautnya longgar."Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan meminta pihak hotel untuk menelpon bengkel," Sam hanya mengangguk, lalu dia menendang salah satu ban itu untuk meluapkan kekesalannya.Juna meminta karyawan hotel membawa mobil Sam untuk diperbaiki.Setelah itu dia kembali menemui Tuannya."Sekarang bagaimana, Tuan? Apa kita jadi menjemput Nona Sarah atau bagaimana?" tanya Juna menung
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak