Share

2. Cinta Pertama Suamiku

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2024-05-15 16:55:06

Puas melampiaskan emosi, ibu Laura mendelik ke arah sang putri dengan ekspresi keji.

“Kalau sampai kamu diceraikan karena mandul, aku tidak sudi lagi menganggapmu sebagai anak!”

Kaki berbalut stiletto milik ibunya melangkah pergi setelah membuat Laura jatuh. Ia menatap elbow crutch miliknya yang untungnya hanya tergores sedikit.

Dengan tangan kebas ia berusaha meraihnya, mengabaikan pandangan anggota keluarga yang hanya menjadi penonton saat ia berjuang seorang diri hanya untuk menegakkan tubuhnya.

“Kamu baik-baik saja?” tanya sebuah suara dari sebelah kanannya.

Saat Laura menoleh, ia menjumpai seorang pria yang menatapnya dengan wajah yang tampak cemas.

Mungkin karena Laura hanya terdiam, pria tinggi menjulang yang mengenakan setelan jas hitam itu bergegas mendekat padanya dengan seulas senyum.

“Izinkan aku membantumu, Nona.”

Meski sepasang mata pria itu tampak seperti serigala, tetapi suaranya terdengar hangat.

Kakinya yang panjang merendah dalam hitungan detik ketika ia berlutut mengimbangi Laura dan meraih tongkat yang semula jatuh di tanah, sedangkan sebelah tangannya yang lain membantunya untuk berdiri.

“Tetaplah kuat dan berusahalah melawan. Ada banyak yang senang melihatmu jatuh dan tampak menyedihkan seperti ini,” ucapnya setelah memastikan Laura bisa berdiri.

Laura hampir berterima kasih, tapi pria itu langsung pergi begitu saja.

Punggungnya menjauh, membiarkan gelap malam menelannya sekaligus membuat Laura berdiri termangu beberapa menit lamanya mencerna yang baru saja pria itu sampaikan.

“Kamu akan pulang sekarang?” tanya suara perempuan yang secara cepat menyadarkan Laura.

“Iya,” jawab Laura singkat setelah mengetahui itu adalah Fidel.

“Aku akan membantumu,” katanya hati-hati.

Laura tidak ingin membuat dirinya berada lebih lama di tempat ini. Ia hanya ingin pulang.

Sehingga dengan dibantu oleh Fidel, ia mengayunkan kakinya yang pincang dengan sedikit bergegas. Semakin ia lakukan itu, langkahnya semakin tertatih-tatih.

“Pulang dan istirahatlah,” ucap Fidel sesampainya mereka di parkiran dan Laura telah berada di dalam mobilnya. “Kamu pasti lelah menghadapi keluarga Jake,” lanjutnya prihatin.

“Aku akan bilang pada Jake bahwa orang-orang membuatmu mengalami banyak kesulitan malam ini. Jadi setidaknya dia bisa bersikap lebih lembut padamu.”

Laura tertegun. Usaha Fidel untuk menenangkan justru membuat dadanya terasa sesak.

Apakah Laura harus mengalami banyak kesulitan agar suaminya bersikap lembut padanya? Ditambah lagi, mengapa Fidel yang berbicara kepada suaminya sendiri?

Apa ini cara Fidel untuk secara tidak langsung menunjukkan kuasa atas tindakan Jake? Walau sebenarnya yang istrinya adalah Laura?!

Laura gegas menggelengkan kepalanya, tidak ingin berpikir yang tidak-tidak. Fidel hanya berniat membantunya, teganya Laura berpikir buruk tentang wanita sebaik itu?

Akhirnya, Laura pun tersenyum lemah. “Terima kasih, Fidel.”

Untuk sesaat, Fidel terkejut. Kemudian, dia tersenyum lebar, menawan, menghipnotis. “Sama-sama.”

Mereka berpisah saat Fidel melambaikan tangan kepadanya.

Dengan diantar oleh sopir milik Jake, Laura pergi dari rumah mertuanya. Meninggalkan suaminya masih di sini, dan pasti sedang bertemu lagi dengan Fidel sebab gadis itu mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan Jake.

Entah apa yang keduanya lakukan selama bertemu.

Laura sudah terlalu lelah untuk memikirkannya ….

***

Laura menghabiskan satu malam untuk menunggu suaminya pulang. Pria itu baru menunjukkan batang hidung saat jam menunjuk pada pukul tujuh pagi.

Jake memasuki kamar, memandang sekilas Laura dengan melepas kemeja yang ia kenakan.

Sedangkan Laura yang duduk di tepi ranjang mengamatinya sembari bertanya, “Semalam … kamu tidur di mana?”

“Di tempat yang nyaman,” jawab Jake terdengar acuh tak acuh. Ia berlalu meninggalkan Laura yang kemudian meraih tongkatnya dan mengikuti ke mana Jake pergi.

Laura melihat prianya itu sedang tersenyum manis saat ia memandang ponsel yang ada di atas meja. Senyum yang dalam satu detik menghilang saat ia mendengar suara Laura tiba di sampingnya.

“Di tempat yang nyaman di mana maksudmu?”

Laura menatap bahu Jake yang berdiri beberapa jarak di sebelahnya, menunggu jawaban.

“Semalam kamu bersama dengan Fidel?” tanyanya dengan dada yang terasa nyeri.

“Kenapa aku harus dengannya?” tanya Jake balik seraya memutar tubuhnya, matanya tampak tajam mengarah pada sepasang iris Laura yang hanya berdiri setinggi dadanya.

“Aku pikir, kamu akan bersamanya karena kalian lama tidak bertemu,” jawabnya. “Dan kamu terlihat senang saat melihatnya semalam.”

Jake mendengus, ia melemparkan kemeja serta jasnya ke dalam keranjang pakaian kotor sebelum kembali menerpa netra Laura dengan wajah yang mengeras.

“Tidurlah lagi! Kamu sepertinya mengigau!”

“Aku hanya bertanya …” Laura menunduk, pipinya terasa dingin menjumpai tatapan tak suka pria bersurai hitam di hadapannya ini. “Kamu tidak perlu kesal jika memang tidak melakukannya, Jake.”

“Bagaimana tidak kesal jika kamu menuduhku seperti itu?” sahut Jake, lalu beranjak pergi.

Tapi baru satu langkah dia berhenti dan memandang Laura lagi, “Dan—” napasnya ia buang dengan kasar, “Jangan membuat keributan pagi-pagi dengan prasangkamu sendiri! Aku tidak suka.”

Suara pintu kamar mandi berdebum saat Jake menghilang di baliknya.

Laura hanya bisa tertunduk sedih. Tidak berapa lama, pria itu muncul dengan handuk kimono dan rambut yang basah.

Meski wangi tubuh Jake terkesan lembut, tetapi sedetik matanya mengintimidasi Laura sebelum lengannya yang berotot meraih pakaian yang telah dipersiapkan dengan rapi untuknya.

“Jake,” panggil Laura hati-hati. “Mama mengirim pesan semalam.”

“Pesan apa?”

“Mama meminta kita periksa untuk melihat apakah aku mandul dan tidak bisa mengandung.”

Jake mendengus. “Lalu?”

“Aku bilang kalau kita sudah pernah periksa dan hasilnya baik-baik saja,” jawab Laura lirih. “Aku bilang pada mama kalau kita juga sedang program hamil.”

Laura menunduk, pandangannya ia jatuhkan pada lantai marmer yang tampak pucat.

“Lalu apa masalahnya? Mama pasti mengerti setelah mendengar jawabanmu.”

“Tapi bukankah hal seperti ini terus berulang?” tanya Laura sembari meremas jemarinya hingga terasa kebas. Serak suaranya membuat Jake dengan cepat memutar tubuhnya sehingga manik mata mereka saling mengunci di udara.

“Ini bukan yang pertama kalinya Mama membahasnya di depan banyak orang.”

Sepertinya, apa yang dikatakan oleh Laura hanya dianggap sebagai sebuah aduan kekanakan oleh Jake karena pria itu justru menanggapinya dengan dingin.

“Berhentilah merengek!” katanya. “Kita sedang mencobanya, dan hanya belum berhasil. Itu saja.”

‘Atau memang aku yang tidak layak memberikan keturunan untuk keluargamu?’ tanya Laura dalam hati, matanya dipenuhi oleh keputusasaan. Pandangannya pirau saat ia sekali lagi menatap Jake.

“Apakah tidak ada perempuan yang ingin kamu nikahi lagi agar bisa memberikan keturunan untuk keluargamu?”

Jake yang tengah mengenakan jam tangan berhenti saat itu juga. Alisnya berkerut saat ia membawa langkah kaki panjangnya mendekat pada Laura dengan garis dagu yang menegang.

“Apa kamu bilang?!”

“Aku hanya … merasa tidak bisa—”

“Berhentilah bicara omong kosong, Laura Maldhiaz!” potong Jake dengan cepat, suara bariton pria itu meninggi. “Kamu tidak merasa kamu kelewatan kali ini?”

“Jake—”

“Kita sudah melakukan banyak hal untuk membuat program hamil itu berhasil. Jika sampai hari ini hasilnya nihil, sepertinya bukan aku yang salah,” potongnya ringan.

Laura menelan ludah saat tatapan tajam pria itu menghunusnya tanpa ampun.

“Bisa jadi itu kamu yang tidak memperhatikan saran dokter untuk menjaga pola hidup sehat dan diet yang harus kamu lakukan. Atau sebenarnya, kamu memang tidak berusaha lebih keras dan tidak berniat agar kita memiliki anak?”

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
wanita gak tau diri, dah tau pernikahan gak sehat bukannya cerai malah bertahan. gak tau malu
goodnovel comment avatar
Juli Ani
sungguh kejam kamu jake
goodnovel comment avatar
Nur Hidayati
kasihan laura.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   3. Program Hamil

    “Jake, maksudku—” Laura berhenti bicara saat Jake berjalan meninggalkannya begitu saja. “Jake!” panggil Laura lagi sambil berusaha mengimbangi langkah suaminya, tetapi tidak bisa. Punggung bidang Jake menghilang di balik pintu kamar yang tertutup dengan sedikit kasar. Laura menghela napas pasrah, tidak lagi berusaha mengejar pria itu. Jake pasti telah salah paham atas ucapan putus asa Laura, dan menganggapnya tak berusaha lebih keras agar mereka memiliki anak.Dengan kaki yang melangkah tertatih-tatih, Laura berjalan menuju ruang makan. Melepas tongkat sikunya, seorang perempuan yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya datang menghampiri.“Selamat pagi, Nona Laura.”“Pagi, Tania,” balasnya pada gadis berambut sebahu itu. “Mau makan sekarang?” tawarnya sopan.“Boleh.”“Akan saya ambilkan sebentar.”“Untukku saja, Jake sudah pergi.”“Baik, Nona.”Laura melihat kepergian Tania, gadis yang dulunya bekerja untuk Ammar, kakeknya Jake. Setelah Ammar wafat, gadis itu pindah ke sini k

    Last Updated : 2024-05-15
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   4. Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai

    “Apa maksud Tante aku harus menjadi istrinya Jake?” tanya Fidel dengan sepasang matanya yang membola tak percaya saat menatap Alina.Laura menjumpai penolakan terlukis dari cara Fidel bertanya, terkejut dengan keputusan tiba-tiba tersebut.Alina mengalihkan tatapannya dari sang menantu, lalu memandang Fidel dengan seulas senyum yang terlihat keibuan. Sangat berbeda dengan caranya berucap pada Laura.“Sekalipun kamu adalah istri kedua Jake, percayalah kamu jauh lebih istimewa daripada Laura yang pincang dan seperti benalu bagi keluarga Heizt.”Sepertinya, Alina tak sudi lagi memandang Laura. Ia pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu, tidak memberi Laura kesempatan untuk menerima atau menolak apa yang telah menjadi keputusannya.Laura mematung di tempat ia duduk, terlalu shock untuk bisa merangkai kata setelah apa yang ia dengar. Sedangkan Fidel tampak kebingungan di tempat ia duduk dan berusaha memanggil Alina, “Tante!”Namun, tidak ada jawaban dari wanita berambut sebahu itu. Lau

    Last Updated : 2024-05-15
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   5. Di Antara Dua Pria

    Dari tempat Laura berdiri di luar ruangan, ia melihat Jake yang menoleh ke arahnya. Manik mata mereka bertatapan selama beberapa saat sampai Laura melihat pria itu bangkit dari kursi dan berjalan ke arahnya.“Lelucon apa yang sedang kamu lakukan ini, Laura?” tanya Jake frontal. Sepasang alis lebatnya nyaris bertautan.Pria itu menoleh sekilas ke belakang pada Farren. Seolah itu adalah sebuah isyarat agar pemuda itu mengenyahkan dirinya. Farren beringsut pergi meninggalkan lantai lima belas, membiarkan ruangan itu sepenuhnya dimiliki oleh tuan dan nyonyanya.“Aku tidak sedang bercanda, Jake,” jawab Laura tanpa ragu.Jake satu langkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. “Kamu cemburu?” tanyanya. “Kamu cemburu pada Fidel makanya meminta cerai dariku?” lanjutnya, masih sukar memalingkan wajahnya.Bibir Laura mengatup rapat. Ia menatap pria tinggi menjulang di hadapannya ini dengan mata yang memanas. Batinnya dipenuhi kemelut sebelum akhirnya ia memberi jawaban.“Dengan bercerai,

    Last Updated : 2024-05-15
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   6. Pisah Ranjang

    Ketegangan terjadi di antara mereka, alih-alih menjawab Jake, yang dilakukan oleh pria yang namanya disebut sebagai Zafran itu justru sekali lagi menegaskan, “Jangan menghalangi jalanku, Jake! Tolong minggirlah!”Kalimatnya tegas dan penuh penekanan.Selama beberapa saat, Jake hanya bergeming. Laura menangkap hela napasnya yang terdengar berat melalui sudut matanya yang tidak berani menoleh pada siapapun. Tidak pada Jake, atau pada Zafran yang tengah menggendongnya.Ia hanya berani melirik pada Jake yang kemudian menoleh ke belakang. Sepertinya pria itu menyadari bahwa Zafran akan membawa Laura ke mobil yang sudah disiapkan oleh Han—sopir miliknya—di depan pintu lobi. Zafran melanjutkan langkahnya begitu Jake menyingkir.Ia menempatkan Laura duduk di kursi penumpang bagian belakang saat tiba di mobil.“Terima kasih,” ucap Laura canggung, menatap Zafran yang masih berdiri tak jauh darinya dan menyerahkan elbow crutch miliknya.“Sama-sama, Nona,” jawabnya teriring seulas senyum yang ha

    Last Updated : 2024-05-20
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   7. Sentuhan Yang Tak Diinginkan

    Laura tercenung di tempat ia duduk. Sepasang netranya menatap Jake dengan penuh tanya. ‘Apa maksudnya itu?’ gumam Laura dalam hati dengan bingung. ‘Apa dia mencoba menimpakan kesalahan agar aku yang seolah melakukan hubungan terlarang di belakangnya?’ Laura meraih pergelangan tangan Jake, ia mencoba melepaskan dirinya tetapi tak berhasil. Jake terlalu kuat meraih dagunya. Rahang tegas pria yang menunduk di hadapannya ini menggertak sebelum ia sekali lagi bertanya, “Sejak kapan kamu mengenal Zafran?” Wajah Laura pias. Laura tak mungkin mengatakan bahwa ia melihat pria itu sejak malam di pesta orang tua Jake. “Aku tidak mengenalnya,” jawab Laura, berusaha tenang. “Aku kebetulan berpapasan dengannya tadi sewaktu aku pergi dari ruanganmu.” Jake menatap Laura cukup lama, mendengus tidak puas dengan jawaban itu. “Benarkah?” “Iya,” jawabnya tegas. Jake kemudian menundukkan kepalanya, Laura melihat wajah mereka yang semakin dekat dan menyadari apa yang akan Jake lakukan.

    Last Updated : 2024-05-21
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   8. 720 Hari Dalam Kesia-siaan

    Laura tak menjawab panggilan Jake, tidak juga untuk menoleh ke belakang untuk beberapa saat.“Ada apa?” tanya Laura, menahan suara seraknya agar tak gemetar. “Kenapa kamu mengikutiku?”“Kamu lupa dengan obatmu,” jawab Jake setelah menarik tangannya dari bahu Laura. “Tania sudah menyiapkannya tadi, ini aku bawakan ke sini.”“Aku bisa meminumnya nanti. Taruh saja di atas meja!” tunjuk Laura sekilas pada meja yang tak jauh dari ranjang.Laura tidak menengok pada Jake sama sekali karena ia tak yakin darah yang ada di hidungnya tadi apakah masih tertinggal ataukah sudah hilang.‘Kenapa dia tidak cepat keluar?’ tanya Laura kesal pada Jake yang malah berdiri terpaku di belakangnya. Dan diamnya itu terasa mengganggu.“Ada lagi yang ingin kamu katakan?” Laura menoleh pada Jake, hanya menunjukkan sebagian kecil sisi samping wajahnya, untuk memastikan pria itu masih berdiri di belakangnya.“Tidak ada.”“Bisakah kamu meninggalkan aku sendirian?” Jake mendengus kesal, sepertinya karena tak ingin

    Last Updated : 2024-05-22
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   9. Mantan Pacar Suami Di Rumahku

    Dengan langkahnya yang tertatih-tatih, Laura memasuki kamar, tempat di mana ia bisa menyembunyikan dirinya agar tidak perlu bertemu dengan Jake. Dari sekarang, Laura akan menulikan telinganya, tidak peduli Jake akan kesal padanya atau apapun yang akan ia lakukan. “Hah ….” Ia mendesah saat duduk setelah mengunci pintu kamarnya agar Jake tidak masuk seperti semalam. Ia diam, menunduk memandang jari manis di tangannya, di mana di sana terdapat cincin pernikahannya dengan Jake yang kini mulai tak sakral lagi baginya. Laura melepasnya dan meletakkannya di atas meja. “Harusnya Jake juga melepasnya kalau dia ingin menikah dengan Fidel.” Ada apa dengan dirinya yang masih mempertahankan benda tidak berguna—cincin—itu di tangannya saat hadirnya saja telah menjadi simbol tanpa makna? Meski hatinya sakit, tetapi mata Laura tak bisa berbohong. Tanpa sadar cairan bening itu tiba-tiba membuat pandangannya berubah menjadi abu-abu. Ia merasa Jake sedang mempermainkannya dengan sengaja. “Seb

    Last Updated : 2024-05-23
  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   10. Kembalilah Ke Kamar Kita!

    “Tidak mau!” sentak Laura, menarik tangannya dari genggaman Jake dengan sedikit kasar tetapi pria itu tidak membiarkannya lepas begitu saja. “Aku tidak sedang merengek,” lanjutnya. “Berhentilah mengatakan hal itu!” Laura memejamkan matanya, merasakan pergelangan tangannya yang sakit karena Jake meraihnya terlalu kuat. “Aku tidur di kamar ini karena aku ingin sendiri, Jake.” “Sendiri?” sahut Jake teriring rahang tegasnya yang menegang. “Pernikahan macam apa yang salah satu dari pasangannya ingin sendirian seperti yang sedang kamu lakukan ini?!” Nada bicaranya meninggi. Laura tertawa mendengar itu. Sedetik kemudian tawanya menghilang saat ia mengangkat wajahnya untuk kembali memandang Jake, “Ah, benar …” angguknya samar. “Aku bahkan hampir lupa kalau kamu tidak pernah membiarkan aku merasa sendirian.” “Kenapa kamu melakukan hal sesuka hatimu, Laura?” “Aku tidak seperti itu,” jawab Laura. “Aku ingin sendirian karena aku melakukan apa yang pernah kamu katakan kalau kamu tidak suka be

    Last Updated : 2024-05-24

Latest chapter

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   336. Jika Aku Ditanya Ingin Menjadi Seperti Siapa Pada Kehidupan Berikutnya Seandainya Itu Ada, Aku Akan Menjawab, Menjadi Milik Eve Laura.

    Tiga tahun kemudian .... .... Musim yang tak menentu membuat siang hari ini sedikit lebih mendung ketimbang hari-hari biasanya. Hembusan angin dari timur membelai rambut Laura yang baru saja keluar dari mobil. Ia tak bisa untuk tak tersenyum saat melihat anak-anaknya yang berlarian sekeluarnya dari sedan yang pintunya baru saja dibukakan oleh si papa—Jake. “Jangan tarik tangannya Senna, Jayce!” pinta Jake. “Nanti Adik jatuh loh!” “Iya, Papa,” sahut Jayce dari seberang sana, pada sisi lain halaman dan memelankan langkahnya yang baru saja menarik Jasenna. Jake memang tak pergi ke kantor hari ini. Ia menyempatkan diri untuk mengantar Jayce dan Jasenna untuk pergi ke preschool mereka. Dan baru saja ia menjemput si kembar bersama dengan Laura. "Kamu tidak akan pergi ke kantor?" tanya Laura, menoleh pada Jake yang malah duduk di teras alih-alih masuk ke dalam rumah. "Tidak, Sayang," jawabnya. Ia mengarahkan tangannya ke depan, meraih tangan Laura agar duduk di sebelahnya.

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   335. Selamat Tinggal

    “Seandainya aku memperlakukannya dengan lebih baik, dan memintanya untuk mengakui kesalahan apa yang pernah dia perbuat pada Laura, dia pasti tidak akan sehancur itu di tangan takdir yang memberikan karmanya.” Laura dan Jake tahu betul bahwa yang disebutkan oleh Erick itu adalah Fidel. “Tapi kamu ‘kan juga tidak tahu kalau Fidel melakukan itu pada Laura,” tanggap Jake. “Kamu tahu saat semuanya sudah terlambat. Bukan sepenuhnya salahmu juga, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Erick tersenyum saat sekilas menoleh pada Jake, kemudian kembali memandang Jayce dan Jasenna yang sangat tampan dan cantik. Dua bayi mereka, anugerah setelah penderitaan panjang tak berkesudahan itu. “Mulailah hidup barumu, Erick,” kata Jake. “Kamu berhak mendapatkan hidupmu yang baru, dan terlepas dari semua ini.” Erick lalu bangun dari berlututnya. Ia menghadap pada Jake dan Laura yang tampak tulus saat memberinya nasehat. Ia mengangguk, “Iya, aku pikir juga begitu,” jawabnya. “Tapi mungkin tidak d

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   334. Bukan Hanya Jayce dan Jasenna Kesayanganku, Tapi Eve Laura Juga

    Sejak si kembar sudah dalam fase merangkak, Jake dibuat sedikit kewalahan menghadapi mereka yang sangat aktif.Setahunya, cheetah adalah salah satu pemilik lari tercepat di dunia dengan kecepatan seratus tiga puluh kilometer per jam, tapi apa itu cheetah?! Jayce dan Jasenna lebih cepat daripada cheetah dewasa yang tengah berlari saat mereka merangkak.Pagi ini saja, Jake baru selesai membawa Jayce keluar dari kamar mandi setelah berendam bersama dengan Laura. Tapi saat ia mengambilkan diapers, Jayce sudah pergi dari kamar dengan keadaan tanpa pakaian dalam sekejap mata.Jika Jake tak mendengar gelak tawanya yang seolah mengejek di luar, ia tak akan menemukan di mana anak lelakinya itu berada."Jayce, pakai baju dulu, Nak!" ucapnya saat menjumpai Jayce yang bermain slipper di dekat anak tangga.Ia menggendongnya untuk masuk ke dalam kamar, melihat Laura yang tak bisa menahan tawa saat membawa Jasenna keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang bergambar panda."Loh? Aku kira sudah s

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   333. Di Atas Meja Yang Paling Berkesan

    "Jadi, mengajakku bulan madu ke Edinburgh adalah caramu untuk mewujudkan apa yang pernah kamu tulis di dalam kafe itu?" tanya Elsa pada Zafran setibanya mereka di dalam kamar hotel tempat keduanya menghabiskan waktu selama berada di sini. Setelah mereka menikmati kunjungan di kafe tadi, mereka pulang saat hari beranjak petang. "Iya," jawab Zafran yang menyusul dari belakangnya. "Tadinya aku ingin menjadikan Edinburgh sebagai tempat penutup yang kita datangi, tapi kamu ingin pergi ke sini lebih dulu, makanya ini jadi tujuan pertama kita," tuturnya panjang. "Tapi aku senang karena artinya saat itu prasangka buruk yang aku tuduhkan padamu itu terbukti salah." Elsa melepas coat panjang yang ia kenakan lalu menoleh pada Zafran yang berdiri di dekat ranjang, sedang melepas coatnya juga. "Prasangka apa?" tanya Zafran memperjelasnya. "Aku 'kan pernah berpikir kalau kepergianmu tahun lalu saat gosip kencanmu dengan Xandara berhembus kencang itu kamu mengkhianati hubungan kita," jawab Els

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   332. Late Honeymoon

    Mungkin ini sangat terlambat untuk disebut sebagai ‘bulan madu’ karena pernikahan mereka sudah berlalu cukup lama dan tidak juga layak bagi Elsa dan Zafran menyebut diri mereka sebagai ‘pengantin baru’—kecuali pengantin baru yang istrinya juga baru keluar dari rumah sakit.Setelah melihat keadaan Laura pasca melahirkan Jayce dan Jasenna, Elsa dan Zafran terbang meninggalkan Jakarta untuk menuju ke tempat ini, Edinburgh.Tempat di mana asal rasa cemburu menggila kala hubungan jarak jauh memisahkan keduanya, tahun lalu.Sekarang, Elsa benar-benar menginjakkan kakinya ke tempat ini bersama dengan Zafran. Wanita pertamanya yang ia ajak melihat pohon maple yang gugur, dan air mancur di sela dinginnya udara pergantian musim.“Cantik sekali,” puji Elsa yang bergandengan tangan dengan Zafran saat mereka berdua melewati sebuah kafe bernuansa klasik yang ramai oleh kehadiran wisatawan lokal dan asing. “Tapi sayang ramai,” lanjutnya.“Kamu ingin minum sesuatu?” tanya Zafran saat keduanya beranj

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   331. Berapa Kali Kamu Jatuh Cinta?

    Setelah meninggalkan rumah sakit dan membawa anak-anak mereka pulang, Jake tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia akan menjaga keluarganya, menemani Laura merawat si kembar Jayce dan Jasenna untuk mereka bertumbuh. Karena saat Laura membuka mata dan melihat pada jam yang ada di atas meja, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari tetapi Jake tak ia jumpai tidur di samping kirinya. Prianya itu sedang berdiri di dekat jendela, tengah menggendong Jasenna. Laura perlahan bangun dan turun dari ranjang. Ia menghampiri anak lelakinya terlebih dahulu yang terlelap di dalam box bayi miliknya sebelum mendekat pada Jake yang menoleh ke arahnya dengan gerak bibirnya yang bertanya, ‘Kenapa bangun?’ Laura tak serta merta menjawabnya. Ia lebih dulu menengok Jasenna yang juga tengah terlelap. “Kenapa kamu menggendongnya?” tanya Laura, membelai lembut pipi Jasenna sebelum beralih pada pipi Jake. “Tadi dia bangun,” jawab Jake sama lirihnya. “Kenapa kamu tidak membangunkan aku?” “Untuk apa? Kamu

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   330. Laura, Jake, Jayce dan Jasenna

    Satu hari, bulan demi bulan yang berganti menjadi tahun di belakang sana terkenang seperti gambar-gambar di layar proyektor.Melewati itu, Laura sangat bersyukur ia tiba pada hari ini.Melihat Jake yang berada di sampingnya dan memasrahkan diri saat Laura mencengkeram tangannya untuk meredam rasa sakit yang bergejolak di perutnya menyadarkannya bahwa waktu benar-benar mengambil alih luka-luka itu dan menggantinya dengan kebahagiaan.Meski sekarang dirinya merasakan sakit, tapi ia tak bisa membendung senyumnya.Dadanya berdebar saat Jake menunduk dan berbisik, "Apakah sakit sekali?" tanyanya. "Operasi saja bagaimana? Aku tidak bisa melihatmu kesakitan seperti ini."Bibir Jake jatuh di kening Laura."Tidak perlu," jawab Laura. "Dokter bilang semuanya baik-baik saja, 'kan? Jangan khawatir, asalkan kamu denganku di sini, aku akan melewati hari ini, Jake.""Tentu aku di sini," balasnya. "Kamu bisa mengatakan padaku apapun hadiah yang kamu mau nanti setelah anak-anak kita lahir. Hm?"Laura

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   329. Kontraksi

    Sejak pulang dari resepsi pernikahan sekretarisnya Zafran—Andy—semalam, rasanya frekuensi rasa sakit yang diterima oleh perut Laura berinterval semakin sering. Rasanya berdenyut, nyeri berpusat lebih ke bawah. Dan ... si kembar yang ada di dalam perutnya juga lebih tenang. 'Apa aku akan melahirkan sebentar lagi?' tanya Laura dalam hati saat pagi ini baru saja keluar dari dalam kamar. Ia ingin menyusul Jake yang sedang berada di ruang gym, melakukan rutinitas yang hampir tak pernah ia lewatkan. "Selamat pagi," sapa para pelayan yang ada di dapur dan melihat kedatangannya. "Selamat pagi," balas Laura dengan melemparkan senyum pada mereka. "Mau mencicipi sedikit, Nona?" tawar Rani, yang membawa semangkuk besar soto ayam yang dibuatnya. Sarapan pagi ini bertemakan masakan Nusantara karena semalam Jake berpesan pada Rani ingin makan yang sedikit berbumbu, sehingga yang pagi ini menu-menu itu bisa dicium aromanya oleh Laura. "Nanti saja, Bu Rani," jawab Laura simpul. "Baiklah kal

  • Tuan Jake, Nyonya Laura Ingin Bercerai   328. Bagiku Sudah Usai

    Ketukan palu hakim menggema memenuhi ruang sidang. Fidel tertunduk dalam isak tangis.Sudah sejak awal dibacakannya vonis, Laura melihatnya tak kuasa menahan air mata.Laura lebih dulu bangun dari duduknya dan meminta Jake untuk segera pergi dari sana."Ayo, Jake!" ucapnya. Dan melihat istrinya yang tak ingin berlama-lama di sini, Jake pun dengan cepat bangun dari duduknya. Membiarkan Laura meraih dan melingkarkan tangan pada lengannya untuk beranjak."Laura," panggil suara yang dikenal betul oleh Laura adalah milik Fidel.Terdengar dari belakangnya, seperti penuh harap agar Laura menoleh sehingga mereka bisa berbicara.Laura memang berhenti. Tapi ia tidak menoleh pada wanita itu. "Aku ... ingin pergi dari sini," katanya lirih, sehingga Farren yang berada di depan bersama dengan Roy dan tim kuasa hukum keluarga Heizt dengan cepat membuka jalan untuk mereka dari kerumunan reporter yang meliput berita."Laura."Suara Fidel terdengar sekali lagi, nelangsa penuh dengan nestapa.Tapi Lau

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status