Bagi Fidel … tak ada yang lebih membahagiakan daripada bertemu dengan Jake. Semalam, ibunya Jake—Alina—mengatakan bahwa HZ Empire yang akan membuat produk baru berupa makanan akan melakukan meeting terkait joint venture dengan menggandeng beberapa partner. Alina menyarankan agar MG Group—bisnis milik ayahnya—mengajukan diri sebagai rekanan dalam proyek tersebut. Fidel pun datang sebagai perwakilan dari MG Group setelah melobi ayahnya agar ia saja lah yang hadir di meeting tersebut. “Hai, Jake,” sapa Fidel, melambaikan tangan pada pria yang ia damba itu saat wajahnya yang menawan menyeruak memasuki pintu ruang meeting. Dengan begini … Fidel yakin bahwa ia akan memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan Jake sebab mereka terlibat dalam satu proyek kerja sama yang membutuhkan keterlibatan keduanya. “Apa kabar?” tanya Fidel, berusaha mencairkan suasana karena sepertinya seisi ruang pertemuan dari sudut hingga ke sudut diisi oleh ketegangan. “Kamu sudah pulang ternyata, kenapa tidak me
Tak akan pernah Fidel lupakan bagaimana tatapan kebencian Jake tadi pagi saat menolak kehadirannya di depan semua orang.Matanya yang nyalang tajam mencabik hatinya, reaksinya saat tatapan mereka bersirobok pun cukup untuk menyebut bahwa pria itu sudah … muak.Jake menolaknya tanpa basa-basi, bahkan kalimatnya dengan jelas mengatakan bahwa pria itu tidak akan mengorbankan pernikahannya dengan Laura karena bersinggungan cukup dekat dengan dirinya.“Dia pikir dia bisa melakukan ini semua padaku?” batin Fidel saat ia turun dari mobilnya di sebuah parkiran milik restoran mewah yang lokasinya tak jauh dari MG Group—bisnis milik ayahnya.Ia ada janji di sini untuk bertemu dengan seseorang, Alina. Wanita tua itu ia jumpai tiba lebih dulu di dalam sebuah private room.Saat Fidel masuk, Alina menyambutnya dengan sebuah senyuman, “Apakah ide dari Tante berhasil, Fi?” sambutnya begitu Fidel masuk dan duduk berseberangan meja dengannya. “Jake adalah seorang pebisnis, dia pasti akan setuju jika i
Laura cukup terkejut saat Jake membawanya ke sebuah tempat yang sama sekali tak pernah ia datangi. Di sebuah villa yang jauh dari rumah mereka, yang ia pikir cukup besar dan juga bagus. Jake menjemputnya lebih awal di butik, dan mereka tiba di sini saat petang datang. Laura tak hentinya mengagumi tempat ini atau pemandangan hutan pinus yang pucuk-pucuknya tampak cantik saat ditimpa oleh senja yang perlahan memudar. “Aku baru tahu kamu punya tempat sebagus ini,” ujar Laura pada malam hari saat ia duduk di atas ranjang di dalam salah satu kamar di vila tersebut dengan meluruskan kakinya. Sedangkan Jake melakukan hal yang sama di sisi kirinya. “Tapi jika akhirnya kita hanya ada di dalam kamar begini, kenapa kita ke sini?” tanya Laura lagi, menoleh pada Jake yang hanya tersenyum mendengarkan celotehannya. “Kita bisa pulang ke rumah saja tadi, tidak perlu sejauh ini dan kamu tidak perlu capek menyetir, Jake.” “Tidak apa-apa,” tanggap Jake. “Aku suka melakukannya.” Laura yang melihat s
“Malam itu aku berpikir yang ada di sampingku adalah kamu saat kembang api dinyalakan,” ucap Jake, sepertinya belum tuntas mengenang peristiwa yang terjadi di masa lampau.Laura diam menyimak, menatap matanya yang terlihat sendu saat senyum tipisnya terukir.“Tapi ternyata yang ada di sebelahku adalah Fidel,” lanjutnya. “Aku mencarimu, tapi kamu sudah menghilang. Di mana kamu saat itu?” Laura pun tersenyum, dadanya sesak mengingat apa yang ia terima di halaman belakang rumah mertuanya kala itu.“Aku dipukuli ibuku,” akunya jujur. “Aku pergi setelah melihat kamu tampak bahagia dengan Fidel, tapi setelah itu aku malah dipukuli ibuku karena ibuku juga berpikir tuduhan Mamamu benar, Jake.”“Kalau kamu mandul?” sambung Jake atas kalimatnya.“Iya, karena aku dianggap mandul.”“Maaf,” kata Jake. “Aku sudah berusaha memberi isyarat pada Mama untuk diam tapi Mama tidak peduli.”Kedua alis Laura terangkat mendengar Jake.“Kamu sudah berusaha menghentikan Mama?” ulangnya memperjelas.“Iya,” jaw
“Apakah Tuan dan Nona tidak tahu kalau aku menunggu kalian sampai hampir pikun?” tanya Farren begitu melihat Laura dan Jake keluar dari vila untuk menemuinya yang berdiri menyandarkan punggungnya di pintu mobil yang parkir di halaman. “Maaf,” tanggap Laura yang segera di sambung oleh Jake dengan, “Kami punya urusan yang harus kami selesaikan sebentar, Ren,” ujarnya. Farren tampak memutar kedua bola matanya dengan malas sebelum menggosok lengannya yang tak dilindungi oleh kemeja, “Aku digigit nyamuk di sini selagi kalian di dalam sana malah gigit-gigitan,” celotehnya yang membuat Laura tak bisa menahan senyum, sekaligus malu di saat yang bersamaan. Tapi tak seperti Laura, Jake malah dengan gamblangnya mengatakan, “Jika iya lalu kenapa?” “Baguslah,” tanggap pemuda itu, mengangguk senang. “Kalau begitu aku hanya tinggal menunggu kabar aku akan dapat keponakan saja.” Jake berdeham, menoleh sekilas pada Laura yang menyenggol lengannya. Isyarat agar Jake berhenti membicarakan soal ‘gigi
Keadaan di sekitar mereka berubah menjadi tegang. Laura menahan napas—hal yang barangkali juga tengah dilakukan oleh Jake—mendengar apa yang disampaikan oleh Farren.Jika tidak ada klakson motor dari belakang mereka, mungkin tiga dari mereka masih terperangkap dalam ketegangan dan berdiri di tengah jalan.Mereka melanjutkan langkah dengan Farren yang kembali berteori, “Saat ibunya Tania kena tipu itu ... waktunya berdekatan dengan kondisi Nona Laura yang memburuk,” ujarnya. “Ini hanya dugaanku saja kok, kita masih belum memiliki bukti sampai sekarang.”“Kalau benar itu adalah Fidel, artinya dia benar-benar sangat terencana melakukan semua ini,” sambung Jake yang membuat Laura cukup terkejut.Mereka sedari tadi tidak menyebutkan namanya, tetapi Jake sepertinya tidak sabar dan memilih untuk membuka mulut.“Artinya kamu sungguh percaya bahwa semua ini dia yang melakukan?” tanya Laura, menyambut tangan Jake yang terarah kepadanya agar mereka kembali bergandengan.Jake mengangguk yakin men
Diawali dari pelukan Jake, Laura tidak akan pernah melupakan hari ini.Ia menghabiskan waktu dengan mengambil banyak foto postwedding yang sangat bagus dengan pria itu. Berganti beberapa gaun hingga usai saat hampir sore hari, mereka kemudian tiba di salah satu hotel milik HZ empire. Rupanya … Jake menyiapkan sesuatu yang lain di sini. Sebuah makan malam yang romantis, makan malam pertama mereka setelah kembali ke Jakarta.Usai makan malam itu, Jake mengajak Laura untuk menepi, menyaksikan keadaan di luar dari ketinggian lantai dua puluh.“Bagus sekali pemandangannya,” ucap Laura saat menyaksikan ke bawah. “Semuanya terlihat sangat kecil dari atas sini,” lanjutnya, sembari menoleh pada Jake yang berdiri di sisi kanannya dan mengangguk menyetujui apa yang ia sampaikan.“Saat kamu pergi dari rumah, aku dan keluarganya Fidel pernah melakukan makan malam di hotel ini juga,” ucap Jake. “Tujuannya agar aku menikahi Fidel, Laura.”“Lalu apa yang terjadi?”“Aku tentu saja menolaknya dan per
Beberapa detik bibir mereka saling bertemu sebelum Laura menarik wajahnya dari Jake. Tak hanya itu, Laura juga meraih pergelangan tangan Jake dan memintanya untuk bangun. “Aku pun sama, Jake,” ucap Laura. “Aku juga tidak sempurna. Menikah memang memiliki tujuan untuk saling menyempurnakan, bukan?” “Terima kasih sudah memberiku kesempatan, Laura,” jawabnya, bibirnya merekahkan senyuman saat ia mengambil cincin cari dalam kotak dan memakaikannya ke jari manis Laura. Ia letakkan di atas cincin pernikahan mereka dan itu terlihat sangat manis, semanis pemiliknya kini di mata Jake. “Aku sengaja meminta desain yang cocok untuk bisa dipadukan dengan cincin pernikahan kita,” katanya, dari tertunduk kemudian mengangkat wajahnya sehingga tatapan mereka bertemu. Hening bertahta selama lebih dari beberapa saat, Laura tak mengatakan apapun untuk menjawab selain mendekatkan dirinya dan membalas pria itu dengan sebuah pelukan. “Terima kasih, cincinnya sangat cantik,” ucap Laura saat meneng