Wajah Vigo yang biasanya anggun, kini penuh dengan keterkejutan.Clara khawatir dia tidak mengerti sehingga sengaja mengulangi, "Empat tahun lalu, aku sudah putuskan semua hubungan sama Keluarga Sadali ketika meninggalkan rumah!"Setelah mendengar ini, Vigo langsung kehilangan akal. Dia mengabaikan istrinya yang berada di sampingnya.Sebaliknya, Vigo menatap mata Clara seraya bertanya dengan suara gemetar, "Gimana bisa putuskan semua hubungan? Clara, aku tanya padamu gimana caranya? Darahmu masih mengalir di tubuhku. Darah yang mengalir di tubuhmu adalah darahnya Kakek. Putramu Joe juga memiliki darah Keluarga Sadali .... Coba katakan, gimana kamu bisa putuskan semua hubungan?"Clara bukan lagi gadis muda. Jika dulu, mungkin dia akan marah. Clara akan merasa hidup ini tidak adil. Namun, sekarang dia sudah menjadi seorang wanita dewasa. Dia tahu bahwa takdir memang tidak pernah adil. Vigo adalah cucu Keluarga Sadali. Dia adalah seseorang yang dipersiapkan oleh Malik dengan sepenuh hati
Ketika meninggalkan galeri, mata Vigo tampak berlinang air mata.....Malam itu, Clara sedang memeriksa PR Joe.Alaia sudah mandi. Dia mengenakan piama sapi kecil, lalu duduk di ranjang ibunya. Dia sedang menelepon ayahnya. Alaia mengadu dengan suara lembut, "Hari ini, ada Bibi yang sangat marah datang mencari Ibu. Dia bahkan bertengkar sama Ibu. Dia bilang akan memberi Ibu uang 100 miliar untuk meninggalkanku. Dia bahkan ingin membawa aku dan Kak Joe pergi ...."Alaia melanjutkan dengan sedih, "'Aku nggak mau dibawa pergi. Aku mau sama Ibu."....Di sisi lain, Satya sedang berada di Kota Handa. Dia hampir menyelesaikan masalah antara Bianka dan putra Keluarga Cahyadi, tetapi masih ada beberapa hal kecil yang perlu diurusnya.Di sebuah hotel bintang enam di Kota Handa, di dekat jendela kaca.Satya mengendurkan dasi sambil menghibur Alaia, "Ada Ayah di sisimu, kamu nggak bakal dibawa pergi."Alaia merangkak masuk ke dalam selimut kecil. Dia berucap dengan manja, "Aku kangen Ayah."Satya
Pada hari Jumat, Clara memiliki janji temu dengan Yuna. Dia datang pada pukul 7 malam sesuai janji. Namun di depan pintu ruangan VIP, dia malah melihat seseorang yang dikenalnya .... Satya dan Bianka.Setelah seminggu tidak bertemu, Bianka tampak lebih kurus. Dia duduk manis di samping Satya dengan ekspresi patuh. Satya menggenggam pundak wanita itu sambil asyik berbincang dengan Randy .... Ketika melihat Bianka, Randy memanggilnya "adik ipar" sambil tersenyum lebar.Begitu Clara masuk, belasan orang di sana terdiam. Yuna menyikut suaminya sambil berucap, "Dia barulah adik ipar yang sebenarnya!"Suasana menjadi sangat tegang. Clara tidak mundur. Dia duduk di samping Yuna dengan percaya diri, lalu berucap, "Aku dan Satya sudah cerai empat tahun lalu. Ke depannya, kami nggak akan saling mencampuri hubungan satu sama lain."Malam ini, Satya yang mentraktir. Bianka terlibat dengan Keluarga Cahyadi. Situasinya sekarang tidak jauh berbeda dari Sania pada masa lalu. Di acara makan malam yang
Suasana di mobil hening sejenak. Clara akhirnya memulai pembicaraan dengan bertanya, "Untuk apa kamu berbohong tentang Bianka?"Satya menoleh memandang Clara, lalu membalas dengan datar, "Bukannya kamu juga memanfaatkan pria lain untuk membuatku kesal? Apa kamu berani mengatakan bahwa pria itu benar-benar pacarmu?"Clara menginjak pedal gas dan menjawab, "Pria itu Roy. Kamu juga mengenalnya. Dia banyak membantuku saat berada di Luzano. Setelah aku kembali, kami tetap berhubungan."Satya adalah pria yang sensitif. Clara biasanya tidak suka menjelaskan, tetapi dia mengatakan begitu banyak tentang Roy. Ini menunjukkan satu hal ....Satya bertanya, "Dia pernah mengejarmu. Apa kamu jatuh cinta padanya?"Clara tidak menyangkalnya. Dia mengemudi sambil memperhatikan langit malam di luar, lalu menyahut dengan pelan, "Dia menjagaku di luar negeri. Apalagi, kami juga sama-sama sudah bercerai. Sangat mudah untuk memiliki rasa simpati satu sama lain. Aku pernah jatuh cinta padanya dan berpikir unt
Mendengar ini, Satya langsung mengakhiri panggilan. Dia mengambil kunci mobil dari tangan Clara, lalu berujar dengan cemas, "Joe ada di rumah sakit. Kita ke sana sekarang."Clara tidak bertanya dan hanya mengikuti Satya. Saat ini, Benira atau Bianka sudah tidak penting lagi. Putranya yang menjadi prioritas utama. Satya bahkan lupa bahwa dirinya telah minum alkohol. Dia menyalakan mobil dan duduk di kursi kemudi. Clara juga masuk ke mobil.Setelah mengencangkan sabuk pengaman, Satya menghubungi Malik. Dia tidak menyapanya dengan sebutan Pak Malik, melainkan langsung memanggil namanya. "Malik, kalau sampai Joe kenapa-napa, aku akan membuat perhitungan dengan Keluarga Sadali," ancam Satya.Di ujung telepon, Malik hanya diam.Satya melemparkan ponselnya, lalu menginjak pedal gas melajukan mobil BMV menuju rumah sakit.Jendela mobil diturunkan sehingga angin malam berembus masuk. Clara duduk di samping Satya. Dia terus diam. Pada saat berada di persimpangan berikutnya, sebuah telapak tangan
Renata tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Dia terlahir di keluarga terpandang yang baik. Tidak pernah terlintas di kepalanya bahwa suatu hari, dia akan dipermalukan di depan umum, bahkan di hadapan keluarga suaminya sendiri. Renata bertanya dengan nada syok, "Kamu nggak takut Keluarga Sadali akan bertikai denganmu?""Takut apa?" balas Satya sambil menjambak rambut Renata dan menghantamkan kepalanya ke pintu.Kepala Renata langsung benjol. Dia berseru nyaring, "Jangan semena-mena! Apa sudah nggak ada hukum di sini?"Satya menekan kepala Renata dengan kuat, lalu menoleh pada Malik dan berkata, "Hukum? Kalian membawa putraku ke sini dan mengambil 500 mililiter darahnya tanpa izin. Inikah hukum yang kamu maksud?" Usai berkata begitu, Satya mendorong Renata dan menunjuk lurus ke arah Malik."Lain kali, kamulah yang akan kuhajar! Aku nggak peduli sekuat dan sebesar apa kuasa yang kamu miliki. Aku juga nggak peduli pada hidup matinya keturunan Keluarga Sadali. Itu nggak ada hubungannya
Raut wajah Vigo terlihat amat muram, sementara sudut bibir Malik terus berkedut. Dahulu, Malik menyukai pribadi Renata yang terpelajar dan bijaksana. Tak disangka, wanita itu berniat mengusir Clara dengan iming-iming 100 miliar."Tolol!" bentak Malik, tidak bisa lagi menahan amarahnya.Renata berkata sambil berlinang air mata, "Aku berbuat begitu juga demi kebaikan Keluarga Sadali."Veren tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Clara itu anak kandung Ayah. Kamu nggak sepantasnya bertindak seperti itu."Renata memilih bungkam. Bagaimanapun, dia tidak ingin orang lain tahu tentang penderitaan yang dialaminya. Dia menutup bibirnya rapat-rapat, seakan-akan bertekad tidak mau mengakui kesalahannya.Satya berkata dengan nada mengejek, "Seratus miliar? Kamu kira aku miskin?"Dengan kebencian yang meluap-luap, Satya mengambil segepok uang dari dompet dan melemparnya ke wajah Renata. Ujung lembaran uang kertas yang cukup tajam itu menorehkan dua bekas luka di wajah halus Renata. Wanita i
Hati Clara terasa hancur. Air matanya terus mengalir, tetapi dia hanya menangis tanpa suara. Satya mengemudikan mobil sambil menggertakkan giginya. Dia ingin sekali menangkap semua anggota Keluarga Sadali dan menghabisi mereka satu per satu.Setengah jam kemudian, mobil mereka berhenti di kediaman Clara. Satya turun dan membukakan pintu kursi belakang. Joe sedang tidur di pelukan Clara. Bajunya dibasahi peluh di bagian punggung. Satya melepas mantel dan menyelimuti Joe. Kemudian, dia menggendong bocah itu. Clara mengikutinya dari belakang.Malam ini sangat hening. Saat mereka masuk, pembantu sedang menggendong Alaia yang terbangun. Keduanya sama-sama menunggu kepulangan mereka di ruang tamu. Alaia yang setengah terjaga memandang ke arah pintu yang terbuka, lalu memanggil Joe dengan suara kecil.Satya melangkah ke kamar utama sambil menggendong Joe. Clara pun menyusul dengan menggendong Alaia. Joe masih terlelap dengan wajah kelelahan."Kak Joe," panggil Alaia lagi.Satya menyelimuti Al