Pada hari Jumat, Clara memiliki janji temu dengan Yuna. Dia datang pada pukul 7 malam sesuai janji. Namun di depan pintu ruangan VIP, dia malah melihat seseorang yang dikenalnya .... Satya dan Bianka.Setelah seminggu tidak bertemu, Bianka tampak lebih kurus. Dia duduk manis di samping Satya dengan ekspresi patuh. Satya menggenggam pundak wanita itu sambil asyik berbincang dengan Randy .... Ketika melihat Bianka, Randy memanggilnya "adik ipar" sambil tersenyum lebar.Begitu Clara masuk, belasan orang di sana terdiam. Yuna menyikut suaminya sambil berucap, "Dia barulah adik ipar yang sebenarnya!"Suasana menjadi sangat tegang. Clara tidak mundur. Dia duduk di samping Yuna dengan percaya diri, lalu berucap, "Aku dan Satya sudah cerai empat tahun lalu. Ke depannya, kami nggak akan saling mencampuri hubungan satu sama lain."Malam ini, Satya yang mentraktir. Bianka terlibat dengan Keluarga Cahyadi. Situasinya sekarang tidak jauh berbeda dari Sania pada masa lalu. Di acara makan malam yang
Suasana di mobil hening sejenak. Clara akhirnya memulai pembicaraan dengan bertanya, "Untuk apa kamu berbohong tentang Bianka?"Satya menoleh memandang Clara, lalu membalas dengan datar, "Bukannya kamu juga memanfaatkan pria lain untuk membuatku kesal? Apa kamu berani mengatakan bahwa pria itu benar-benar pacarmu?"Clara menginjak pedal gas dan menjawab, "Pria itu Roy. Kamu juga mengenalnya. Dia banyak membantuku saat berada di Luzano. Setelah aku kembali, kami tetap berhubungan."Satya adalah pria yang sensitif. Clara biasanya tidak suka menjelaskan, tetapi dia mengatakan begitu banyak tentang Roy. Ini menunjukkan satu hal ....Satya bertanya, "Dia pernah mengejarmu. Apa kamu jatuh cinta padanya?"Clara tidak menyangkalnya. Dia mengemudi sambil memperhatikan langit malam di luar, lalu menyahut dengan pelan, "Dia menjagaku di luar negeri. Apalagi, kami juga sama-sama sudah bercerai. Sangat mudah untuk memiliki rasa simpati satu sama lain. Aku pernah jatuh cinta padanya dan berpikir unt
Mendengar ini, Satya langsung mengakhiri panggilan. Dia mengambil kunci mobil dari tangan Clara, lalu berujar dengan cemas, "Joe ada di rumah sakit. Kita ke sana sekarang."Clara tidak bertanya dan hanya mengikuti Satya. Saat ini, Benira atau Bianka sudah tidak penting lagi. Putranya yang menjadi prioritas utama. Satya bahkan lupa bahwa dirinya telah minum alkohol. Dia menyalakan mobil dan duduk di kursi kemudi. Clara juga masuk ke mobil.Setelah mengencangkan sabuk pengaman, Satya menghubungi Malik. Dia tidak menyapanya dengan sebutan Pak Malik, melainkan langsung memanggil namanya. "Malik, kalau sampai Joe kenapa-napa, aku akan membuat perhitungan dengan Keluarga Sadali," ancam Satya.Di ujung telepon, Malik hanya diam.Satya melemparkan ponselnya, lalu menginjak pedal gas melajukan mobil BMV menuju rumah sakit.Jendela mobil diturunkan sehingga angin malam berembus masuk. Clara duduk di samping Satya. Dia terus diam. Pada saat berada di persimpangan berikutnya, sebuah telapak tangan
Renata tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Dia terlahir di keluarga terpandang yang baik. Tidak pernah terlintas di kepalanya bahwa suatu hari, dia akan dipermalukan di depan umum, bahkan di hadapan keluarga suaminya sendiri. Renata bertanya dengan nada syok, "Kamu nggak takut Keluarga Sadali akan bertikai denganmu?""Takut apa?" balas Satya sambil menjambak rambut Renata dan menghantamkan kepalanya ke pintu.Kepala Renata langsung benjol. Dia berseru nyaring, "Jangan semena-mena! Apa sudah nggak ada hukum di sini?"Satya menekan kepala Renata dengan kuat, lalu menoleh pada Malik dan berkata, "Hukum? Kalian membawa putraku ke sini dan mengambil 500 mililiter darahnya tanpa izin. Inikah hukum yang kamu maksud?" Usai berkata begitu, Satya mendorong Renata dan menunjuk lurus ke arah Malik."Lain kali, kamulah yang akan kuhajar! Aku nggak peduli sekuat dan sebesar apa kuasa yang kamu miliki. Aku juga nggak peduli pada hidup matinya keturunan Keluarga Sadali. Itu nggak ada hubungannya
Raut wajah Vigo terlihat amat muram, sementara sudut bibir Malik terus berkedut. Dahulu, Malik menyukai pribadi Renata yang terpelajar dan bijaksana. Tak disangka, wanita itu berniat mengusir Clara dengan iming-iming 100 miliar."Tolol!" bentak Malik, tidak bisa lagi menahan amarahnya.Renata berkata sambil berlinang air mata, "Aku berbuat begitu juga demi kebaikan Keluarga Sadali."Veren tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Clara itu anak kandung Ayah. Kamu nggak sepantasnya bertindak seperti itu."Renata memilih bungkam. Bagaimanapun, dia tidak ingin orang lain tahu tentang penderitaan yang dialaminya. Dia menutup bibirnya rapat-rapat, seakan-akan bertekad tidak mau mengakui kesalahannya.Satya berkata dengan nada mengejek, "Seratus miliar? Kamu kira aku miskin?"Dengan kebencian yang meluap-luap, Satya mengambil segepok uang dari dompet dan melemparnya ke wajah Renata. Ujung lembaran uang kertas yang cukup tajam itu menorehkan dua bekas luka di wajah halus Renata. Wanita i
Hati Clara terasa hancur. Air matanya terus mengalir, tetapi dia hanya menangis tanpa suara. Satya mengemudikan mobil sambil menggertakkan giginya. Dia ingin sekali menangkap semua anggota Keluarga Sadali dan menghabisi mereka satu per satu.Setengah jam kemudian, mobil mereka berhenti di kediaman Clara. Satya turun dan membukakan pintu kursi belakang. Joe sedang tidur di pelukan Clara. Bajunya dibasahi peluh di bagian punggung. Satya melepas mantel dan menyelimuti Joe. Kemudian, dia menggendong bocah itu. Clara mengikutinya dari belakang.Malam ini sangat hening. Saat mereka masuk, pembantu sedang menggendong Alaia yang terbangun. Keduanya sama-sama menunggu kepulangan mereka di ruang tamu. Alaia yang setengah terjaga memandang ke arah pintu yang terbuka, lalu memanggil Joe dengan suara kecil.Satya melangkah ke kamar utama sambil menggendong Joe. Clara pun menyusul dengan menggendong Alaia. Joe masih terlelap dengan wajah kelelahan."Kak Joe," panggil Alaia lagi.Satya menyelimuti Al
Clara berteriak. Dia berusaha mendorong Satya, tetapi tenaga Satya lebih kuat. Mana mungkin Clara bisa melawan Satya? Clara menghela napas dan menahan godaan Satya.Satya sudah lama tidak berhubungan intim. Awalnya, dia berniat untuk langsung menaklukkan Clara. Apalagi saat ini Clara sama sekali tidak mampu melawannya. Namun, Satya tidak ingin melakukannya dengan asal. Setelah berpisah selama beberapa tahun, Satya ingin bercinta dengan lembut. Dia ingin meninggalkan kesan yang menyenangkan untuk Clara.Sikap Satya pun melunak. Dia mencium bibir Clara dan bertanya dengan suara serak, "Apa kita mau melakukannya di ranjang?""Nggak mau," sahut Clara dengan suara bergetar. Dia memalingkan wajahnya, lalu memberanikan diri untuk membentak, "Satya, apa kamu menyuruhku antar selimut untuk melakukan hal ini?"Siapa sangka, Satya malah mengakuinya. Dia membalas, "Iya. Aku sudah lama menginginkannya."Satya ingin Clara menyentuh tubuhnya lagi. Dia menggenggam tangan Clara dengan erat sehingga Cla
Sebelumnya Vigo berusaha memendam perasaannya. Sekarang dia tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Vigo tidak bisa terima dirinya dikalahkan oleh Satya. Dia tidak mengerti sebenarnya apa kekurangannya dibandingkan dengan Satya. Vigo menghela napas.Aksa menghampiri Vigo. Dia merasa sedih ketika melihat ponsel Vigo yang hancur. Aksa berucap, "Pak, untuk apa kamu mengamuk seperti ini? Takutnya ponselmu nggak bisa diperbaiki lagi."Vigo memelototi Aksa sembari bertanya, "Ponsel bisa diperbaiki, bagaimana dengan perasaan orang? Memangnya kenapa kalau ponsel itu nggak bisa diperbaiki lagi?""Oke. Pak, jangan emosi lagi," timpal Aksa. Dia mengeluarkan kartu SIM dari ponsel Vigo, lalu membersihkan kepingan-kepingan ponsel yang hancur dan membuangnya ke tong sampah. Setelah selesai, Aksa melihat Vigo dan berpesan, "Pak, sudah waktunya istirahat.""Aku mau menenangkan diri sebentar," sahut Vigo. Aksa tertegun, lalu dia pergi sesudah berpikir sejenak.Vigo berdiri sendirian untuk waktu yang lam
Di dalam kamar presidential suite.Malam pernikahan Devon dan Vloryne penuh gairah dan cinta yang mendalam. Namun di luar sana, pesta pernikahan tetap berlangsung dengan meriah.Ada seorang tamu istimewa yang datang diam-diam. Dia berharap bisa pergi dengan cara yang sama tenangnya, tanpa menarik perhatian siapa pun.Orang itu takut kehadirannya mengganggu suasana hati seseorang, terutama jika orang itu melihat dirinya dan merasa tidak nyaman. Hanya saja tidak disangka, takdir mempertemukan mereka secara kebetulan di koridor hotel.Andre berdiri dengan tenang sambil menatap Ariel. Saat itu, Ariel sedang menemani Gemma ke toilet. Gadis kecil itu masih terlalu muda untuk pergi sendiri, jadi Ariel selalu memastikan dia tidak sendirian. Di sisi Ariel, ada seorang gadis kecil lainnya. Dia seharusnya adalah salah satu dari anak kembar yang Ariel lahirkan untuk Henley. Sementara itu, anak kembarnya yang satu lagi adalah anak laki-laki yang lebih tua dari gadis kecil ini.Anak kembar Ariel be
Keesokan paginya, cahaya pertama matahari menyinari bumi. Hari ini, Keluarga Chandra merayakan hari besar. Putri bungsu Satya dan istrinya akhirnya menikah.Vloryne bahkan menikah dengan cinta masa mudanya. Dia mengenakan pakaian pengantin tradisional, lengkap dengan mahkota foniks dan jubah merah yang indah. Vloryne terlihat memesona. Dia benar-benar wanita tercantik yang pernah dilihat Devon.Dari sisi Keluarga Cendana, Rafa dan Paula luar biasa sibuk. Meskipun bukan keluarga super kaya, Rafa adalah seorang kepala keluarga yang sangat dihormati.Baik di dalam maupun di luar rumah, Rafa mengurus semua tamu dengan sangat terhormat. Akhirnya, dia pun terlihat sangat akrab dengan Zakki.Hanya saja, Satya merasa sedikit terganggu dengan hal ini. Dia bahkan bertanya, "Zakki, kamu sendiri nggak punya besan?"Zakki tidak mempermasalahkannya. Bersama Annika, dia membantu mempersiapkan pernikahan. Pernikahan tradisional memang jauh lebih rumit daripada pernikahan bertema modern. Hanya saja ber
Malam harinya, Jose dan Selvy pulang ke rumah bersama Selena. Begitu sampai, Selena langsung pergi mengerjakan PR.Sementara itu, Selvy menuju kamar untuk melihat putra bungsunya yang sedang tidur. Seorang pengasuh sedang menjaga anak itu. Ketika mendengar langkah kaki masuk ke kamar, dia berbalik lalu bertanya dengan suara pelan, "Nyonya sudah pulang? Dia tidur terus, benar-benar anak yang baik."Selvy hanya tersenyum. Dia memberi isyarat kepada pengasuh agar turun dan beristirahat. Setelah pintu tertutup, dia menunduk untuk menatap putra bungsunya, Sean.Anak kecil itu sudah berusia 8 bulan. Wajahnya sepenuhnya mewarisi ciri khas Jose, bahkan hampir seperti dicetak dari cetakan yang sama. Bahkan, kadang-kadang Selena memandangi wajah adiknya sambil memuji, "Benar-benar mahakarya Tuhan!"Jose pernah menimpali, "Memangnya kamu tahu apa itu mahakarya Tuhan?""Ketampanan suami adalah kebanggaan istri!" balas Selena dengan bangga.Selvy sempat berbisik kepada Jose, "Dia tahu kata-kata itu
Di lantai 2, Vloryne sedang mencoba gaun pengantinnya. Sesuai keinginan Devon, resepsi pernikahan mereka bertema tradisional.Gaun Vloryne dirancang oleh master top di dalam negeri. Gaunnya sangat mewah dan mahkotanya dihiasi mutiara. Harga mahkota itu puluhan miliar.Vloryne tampak sangat cantik. Dia becermin dan menyentuh mahkotanya sambil bergumam, "Devon benar-benar rela menghabiskan uang demi memuaskan hobinya."Clara menepuk kepala Vloryne. Putrinya ini tidak pernah berpikir panjang sebelum bicara. Untung saja, dia menikah dengan pria yang baik.Clara memberikan harta sesan yang banyak untuk Vloryne, sama seperti waktu Alaia menikah. Namun, Vloryne juga menolak saham Grup Chandra seperti Alaia. Uang yang dihasilkan Devon sudah cukup untuk menghidupi mereka.Alaia merapikan gaun Vloryne. Dia merasa tidak rela. Bagaimanapun, Vloryne adalah putri bungsu Keluarga Chandra. Sekarang, Vloryne akan menikah.Vloryne memandang Alaia seraya menggerutu, "Kak, kapan kamu menetap di dalam nege
Xavier berujar, "Kita nggak bisa menahan rasa sakit."Alaia tidak bisa berkata-kata. Arnold sangat aktif, tetapi dia sangat sopan karena didikan Xavier. Begitu melihat Ivander, Arnold menyapa dengan sopan, "Paman Ivander."Ivander mengusap kepala Arnold. Dia merasa tubuh Arnold lebih berisi dari putranya. Mungkin karena Molly terlalu kurus. Nanti Ivander berencana menambah makanan bergizi untuk Alfred.Mobil Ivander melaju di jalan tol. Dia mengantar keluarga Alaia ke kediaman Keluarga Chandra. Anak-anak Satya dan Clara sudah pindah. Hanya tersisa Vloryne yang belum pindah.Alaia yang jarang pulang dipaksa tinggal di kediaman Keluarga Chandra. Alaia tidak menolak. Beberapa hari lagi, dia berencana pergi ke Kota Aruma untuk mengunjungi makam orang tua kandungnya.Mobil Ivander berhenti di tempat parkir kediaman Keluarga Chandra. Semua junior Keluarga Chandra berkumpul. Demi mempersiapkan resepsi pernikahan Vloryne besok, para pria berdiskusi dan para wanita sibuk di lantai 2.Sementara
Sore harinya, Vloryne hendak pulang kerja. Dia melihat mobil Devon di tempat parkir, tetapi Devon tidak berada di dalam mobil.Kebetulan seorang petinggi kampus lewat. Dia berkata kepada Vloryne, "Devon datang ke kampus. Di aula ada upacara penyumbangan, kamu boleh lihat acaranya. Nanti kalian baru pulang bersama. Makan hotpot waktu musim dingin sangat menyenangkan."Vloryne menanggapi, "Pak, kamu pandai menikmati hidup."Petinggi menunjukkan sayuran yang dibawanya dan menimpali, "Lihat, istriku terus desak aku dari tadi. Dia suruh aku pulang masak dan jaga cucu."Vloryne tersenyum dan memandangi petinggi yang berjalan pergi. Kemudian, dia berjalan ke aula sambil membawa termos. Banyak mahasiswa yang menyapa Vloryne.Salah satu mahasiswa berujar, "Bu Vloryne, Pak Devon ada di aula."Setiap orang yang lewat memberi tahu Vloryne hal yang sama. Devon menjadi terkenal di kampus setelah menyumbang 100 miliar.Vloryne yang menaiki tangga aula mendengar suara Devon dari kejauhan. Kala ini, De
Vloryne terdiam menatap Devon. Pria itu mengenakan mantel hitam. Ketika sosoknya yang tinggi berdiri di dalam ruang kerja, suasananya terasa tegang.Devon berjalan ke arah Vloryne, lalu memeluk gadis kecil yang sedang menangis sambil membelai rambutnya. Dia berkata dengan sangat lembut, "Katanya nggak menangis."Vloryne bersandar di pundak Devon sembari bergumam, "Kamu pasti sengaja.""Terharu nggak?" tanya Devon.Vloryne memukul Devon dua kali.Devon terkekeh-kekeh dan membiarkan Vloryne melampiaskan emosinya. Hatinya juga terasa sedih. Lima tahun ini, sebenarnya Devon takut dan cemas Vloryne akan jatuh cinta pada orang lain sebelum dirinya sukses. Jika itu terjadi, apa yang akan dia pakai untuk meminta Vloryne kembali?Cinta antara pria miskin dan putri keluarga kaya hanya ada di dalam novel. Kenyataannya begitu kejam. Vloryne tidak peduli, tetapi Devon tidak rela melihat Vloryne hidup menderita. Kini, Devon dan Vloryne berpelukan di dalam ruang kerja. Mereka akan segera menikah.Di
Rencana pernikahan Devon dan Vloryne berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.Vloryne terkadang merasa ini hanya ilusi. Semuanya berjalan terlalu lancar seakan-akan perpisahaan beberapa tahun ini tidak pernah terjadi. Vloryne dan Devon seperti selalu bersama.Setelah bertemu kembali, Devon bahkan tidak banyak bertanya tentang kehidupan Vloryne di luar negeri. Dia memperlakukan Vloryne seperti dulu.Vloryne sudah tidak semuda dan secantik dulu lagi, tetapi Devon memperlakukannya seperti gadis berusia 20 tahun. Vloryne diam-diam berpikir bahwa Devon pasti suka gadis berusia 18 tahun. Sayangnya, waktu telah berlalu dan tidak bisa kembali.Devon hanya tersenyum.Pada musim dingin, hari-hari terasa lebih singkat. Setelah pulang kerja, Vloryne datang ke vila Devon, tetapi Devon belum pulang. Dua pembantu yang dipekerjakan Devon sudah mulai menyiapkan makan malam.Ketika Vloryne turun dari mobil, dia menerima panggilan dari Devon. Vloryne bertanya dengan lembut, "Kamu pulang jam berapa?"De
Vloryne kembali menatap Devon dengan polos.Devon mengeluarkan dompet dari mantelnya sambil terkekeh-kekeh. Dia mengambil kartu bank platinum dan menaruhnya di telapak tangan Vloryne. "Ini kartu cadanganku, nggak ada batas pengeluaran," ucapnya.Vloryne berucap pelan, "Baik banget. Terima kasih, Pak Devon!"Devon menepuk-nepuk kepala gadis itu.Vloryne sontak memeluk leher kekasihnya dan berkata, "Terima kasih, Om Gadun."Devon membalas dengan menangkup wajah mungil Vloryne dan menciumnya dalam-dalam. Dahulu, dia adalah seorang dosen dan sekarang dirinya adalah pebisnis andal.Namun, tingkah Vloryne membuatnya tidak bisa menahan diri. Setelah mengakhiri ciumannya, Devon membisikkan kata-kata nakal di telinga gadis itu, membuatnya tertegun sekaligus malu.Devon menggigit ujung hidung Vloryne dan berucap, "Seleramu cukup mengagetkan."Vloryne tidak berani menggoda Devon lagi. Dia duduk lebih tegak dan meminta pria itu untuk mengemudi. Devon menatapnya sejenak, baru menghidupkan mesin.Se