Home / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 45: Bukan Bagian Keluarga

Share

Bab 45: Bukan Bagian Keluarga

last update Last Updated: 2024-08-06 23:25:12

Tea time sore itu diadakan di taman yang berada di halaman belakang rumah. Suasana senja yang tidak terlalu panas oleh terik matahari, semilir angin yang menyejukkan menyatu dengan keindahan taman yang terawat itu menjadi suasana menenangkan.

Seharusnya suasana itu menjadi pengobat emosi Roland yang telah dilelahkan oleh pekerjaan. Sayangnya, momen sempurna itu dirusak oleh orang-orang yang mengisi kursi pada meja.

Jullian—ayah Roland berada di pangkal meja yang bersebelahan dengan Roland. Di depan Roland ada Odelia Philip—ibu tirinya yang bersebelahan dengan Valencia Philip beserta suaminya. Sementara Ella duduk dengan manis di sebelah Roland.

Posisi pasti sudah diatur tanpa Roland ketahui, sama seperti kehadiran Ella. Roland akan bertahan berhadapan dengan Jullian dan yang lainnya, tetapi kehadiran Ella menjadi puncak rasa memuakkan Roland.

Secangkir teh daun mint yang disajikan sedikit menahan emosi Roland, termasuk cufflink biru yang sejak tadi Roland mainkan di bawah meja.

“Aku s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isma Eni
anaknya adeknya kayaknya
goodnovel comment avatar
puji amriani
kayaknya temen nya Leah anaknya Valencia syukur lah bukan anaknya ella
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 46: Tamu Malam

    “Dia masih saja keras kepala.”Ella seketika terhenti menikmati teh yang tersaji saat telinganya mendengar komentar sinis Jullian. Wanita itu menjauhkan gelas dari bibirnya, kemudian meletakkan gelas itu dengan anggun ke piring kecil di atas meja.“Roland seperti itu mungkin karena terlalu lelah bekerja,” Ella berkomentar manis dengan maksud menarik simpatik Jullian. “Aku tidak apa-apa Roland seperti itu padaku. Mungkin dia masih belum percaya padaku karena perceraian kami,” lanjutnya yang tiba-tiba mendesah sedih.“Entah sifat siapa yang dituruni oleh anak keras kepala itu!” Jullian kembali memprotes kesal.Tiba-tiba Ella terpikirkan sesuatu rencana yang ingin memfaatkan simpatik ayah mertuannya. Jujur saja, Ella tak lagi menikmati hidup enak sejak bercerai dengan Roland.Roland memang mengabulkan keinginan Ella untuk tak mengumbar aib Ella pada siapa pun. Namun, karir Ella meredup setelah diceraikan oleh Roland. Tunjangan yang Roland berikan semakin berkurang setiap tahunnya. Ditamb

    Last Updated : 2024-08-07
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 47: Pacarnya Mommy?

    “Michelle!”Michelle terlonjak kaget sampai tubuhnya gemetar singkat oleh teriakan ceria di depan mata. Matanya yang terbelalak berakhir mengerjap-ngerjap, memastikan jika dia sedang bermimpi pada tamu yang datang tanpa diundang.“Celine?! Kenapa kau ada di sini?” Michelle terperangah sampai mulutnya sedikit menganga.Celine—tamu yang datang malam itu memasang wajah masam karena merajuk. “Kau tidak suka aku datang? Padahal aku ingin memberi kejutan!” ucapnya yang diakhiri decakan kesal.“Justru aku sangat terkejut kau datang tanpa memberi tahu! Bagaimana bisa kau datang ke sini di weekday seperti ini?” Michelle meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.“Nanti saja kau tanya-tanya. Biarkan aku masuk sekarang karena aku sangat lelah—”Celine terdiam ketika terburu-buru menerobos masuk dengan menggeret kopernya. Wanita itu terpaku kaku menatap sopirnya Axel yang menyapa hormat di ruangan tamu.Dengan hanya melihat Celine, Michelle bisa menebak isi pikiran sahabatnya itu. Sehingga Michelle

    Last Updated : 2024-08-08
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 48: Aku Ingin Memiliki Daddy

    Sambungan telepon itu terputus bersamaan dengan pintu yang terbuka. Mata Leah yang menoleh ke arah pintu telah mendapati Michelle bersama Celine.“Kau sudah selesai melalukan yang Mommy katakan?” tanya Michelle sembari berjalan menghampiri.“Sudah, Mom,” ucap Leah menurunkan handphone yang menempel di sisi telinga kiri.Mata Michelle fokus kepada handphone-nya yang dipegang Leah. “Kenapa handphone Mommy ada padamu? Apa Grandma Alins menelepon?” dia menebak.Mulut kecil Leah sudah terbuka ingin bersuara. Sayangnya, dia terhalangi oleh Celine yang lebih dahulu berkata-kata.“Kau masih menyimpan pakaianku yang tertinggal di rumahmu ‘kan, Michelle? Aku tidak banyak membawa pakaian.”“Aku menyimpannya di lemari yang di sebelah kiri.” Michelle menunjuk ke arah yang dimaksud.“Kalau begitu aku mau mandi dulu,” ucap Celine berlalu pergi menuju kamar mandi yang ada di kamar itu.Michelle kembali fokus pada putrinya. Dia memilih duduk di tepian ranjang tidur—tepat di sebelah Leah yang duduk.“Bi

    Last Updated : 2024-08-10
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 49: Masih Mencintai Dia?

    “Argghhh! Minum bir dingin saat lelah adalah pilihan yang sempurna!”Michelle tersenyum sinis mengejek Celine yang berdecak senang pada sekaleng bir. Wanita cantik yang mengenakan piyama itu telah berhasil menidurkan putrinya. Dia berakhir duduk di meja makan bersama Celine yang mengajaknya.“Kau tidak mau minum, Michelle?” tanya Celine yang berhasil menghabiskan kaleng pertama bir yang dibawanya sendiri.“Besok aku bekerja, aku tidak mau bangun kesiangan.” Michelle menolak.“Kau harus meningkatkan level daya minummu, Michelle. Apa yang kau minum saat menemani bosmu dalam jamuan bisnis?” sorot mata sinis Celine begitu nyata mengejek Michelle.Wanita itu selalu kesal setiap kali menikmati alkohol bersama Michelle, dia tidak memiliki teman yang sebanding. Dia selalu minum dan berakhir mabuk sendirian. Sedangkan Michelle selalu menonton dan membantunya yang mabuk.Walau seperti itu, Celine pernah beberapa kali berada di posisi Michelle. Dia menonton Michelle yang mabuk hanya dalam dua ge

    Last Updated : 2024-08-12
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 50: Aku yang Akan Datang

    ~ Beberapa hari kemudian ~Di meja makan, Michelle tak henti-hentinya menatap handphone-nya yang di letakkan di sebelah piring. Sejak duduk dia tidak fokus menikmati sarapan, berulang kali Michelle memegang handphone kemudian meletakkan dan menatapnya intens.“Kau menunggu telepon dari siapa?” Celine menegur karena sudah risih.“A-aku hanya memeriksa email,” jawab Michelle gugup.“Mom, besok Axel berulang tahun. Aku ingin membeli hadiah untuknya. Mommy sudah janji akan menemaniku membeli kado Axel.” Leah dengan naifnya menagih janji.“Mommy akan pulang cepat hari ini agar bisa menemanimu. Tapi, tidak apa-apa kan pulang sekolah nanti kau dijemput oleh Bibi Celine?” tanya Michelle lembut pada Leah yang duduk di sebelahnya.Leah mengangguk. “Tidak masalah, Mom!”“Kalau begitu cepat habiskan sarapanmu agar tidak terlambat ke sekolah.”Senyuman manis Michelle lenyap setelah Leah memalingkan wajah. Perhatiannya pun kembali fokus pada handphone yang layarnya sengaja dinyalakan, memeriksa sebu

    Last Updated : 2024-08-13
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 51: Janji yang Dibatalkan

    Di meja kerjanya, Michelle sedang memijat kepalanya yang pusing. Kepalanya sakit setelah berdebat dengan Roland keras kepala.Awalnya, Michelle yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan dibuat terkejut oleh Roland yang menghubungi. Jantungnya berdebar dan merasa gugup sampai bingung menyapa seperti apa. Michelle yang berhasil menata perasaannya berakhir lembut menjawab telepon itu.Tetapi, kelembutannya itu disambut keegoisan Roland yang tak terbantah.Jantung Michelle tak berhenti dibuat tenang oleh Roland yang ingin datang ke rumah. Sehingga dengan terpaksa Michelle menyetujui bahwa dia yang akan datang ke tempat Roland.Michelle telah berjanji akan menemani Leah membeli hadiah untuk Axel. Tapi, realitanya Michelle harus memenuhi permintaan Roland.Michelle terpaksa membatalkan janjinya pada Leah?Sungguh! Michelle tak sanggup membayangkan rasa kecewa putrinya. Pekan lalu Michelle telah melakukan hal serupa dan kali ini pun dia kembali melakukannya. Dan semua itu karena satu orang e

    Last Updated : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 52: Tolong Aku Paman!

    Taksi yang ditumpangi telah mengantarkan Michelle di depan gedung mewah yang berada di kawasan elite, di mana gedung itu bersebelahan dengan mall ternama di pusat kota Los Angeles.Michelle sangat tahu kawasan itu adalah hunian mewah dari orang-orang berduit. Dan tidak mengherankan jika Roland memiliki tempat tinggal di salah satu gedung mewah itu.Hanya saja, Michelle dihantui perasaan bersalah ketika melihat mall megah di sebelah gedung. Dia kembali dihantui perasaan bersalah pada Leah.Michelle keluar dari taksi setelah membayar ongkos kepada sopir. Wanita cantik yang masih memakai pakaian blouse formal itu berjalan ke dalam gedung.“Nona Michelle Loiuse?” sapa seorang pria di lobby gedung.Michelle menoleh dan memindai pria berjas rapi itu. Dia mengingat pria itu adalah salah satu asisten pribadi Roland yang menemani di malam kecelakaan waktu itu.“Ya?!” Michelle menyahut tenang.“Saya asisten pribadi Tuan Roland. Beliau menyuruh saya untuk menjemput Anda di sini dan mengantar Anda

    Last Updated : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 53: Perasaan Tidak Asing

    Celine menjambak rambutnya karena frustrasi tak bisa menemukan Leah. Dia sudah memucat, sementara matanya masih sibuk mencari-cari keberadaan Leah dalam kerumunan pengunjung.Padahal Celine tidak begitu lama meninggalkan Leah. Dia sampai terburu-buru di toilet demi tak terlalu lama membiarkan Leah sendiri. Namun, Celine berujung panik tidak menemukan Leah di depan ruangan toilet.“Apa Leah sudah bertemu dengan Michelle, ya?” Celine berpendapat sendirian.Wanita itu baru teringat untuk memastikan langsung dengan cara menghubungi Michelle. Sehingga tanpa menunda Celine mengambil handphone-nya dari tas yang dipakai.Ketika nada sambung terdengar, Celine tak menyadari telah menggigit kuku dari ibu jarinya. Itu adalah kebiasaan Celine ketika dalam dirundung rasa gelisah.“Ya, Celine?!”“Leah sudah kau jemput, ya?” Celine langsung menyahut dengan nada cepat.Tanpa diketahui oleh Celine, Michelle sudah diserang kebingungan yang nyata. “Apa maksudmu?”“Jangan bercanda ya, Michelle! Aku sudah

    Last Updated : 2024-08-15

Latest chapter

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

DMCA.com Protection Status