Home / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 51: Janji yang Dibatalkan

Share

Bab 51: Janji yang Dibatalkan

last update Last Updated: 2024-08-15 00:02:26

Di meja kerjanya, Michelle sedang memijat kepalanya yang pusing. Kepalanya sakit setelah berdebat dengan Roland keras kepala.

Awalnya, Michelle yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan dibuat terkejut oleh Roland yang menghubungi. Jantungnya berdebar dan merasa gugup sampai bingung menyapa seperti apa. Michelle yang berhasil menata perasaannya berakhir lembut menjawab telepon itu.

Tetapi, kelembutannya itu disambut keegoisan Roland yang tak terbantah.

Jantung Michelle tak berhenti dibuat tenang oleh Roland yang ingin datang ke rumah. Sehingga dengan terpaksa Michelle menyetujui bahwa dia yang akan datang ke tempat Roland.

Michelle telah berjanji akan menemani Leah membeli hadiah untuk Axel. Tapi, realitanya Michelle harus memenuhi permintaan Roland.

Michelle terpaksa membatalkan janjinya pada Leah?

Sungguh! Michelle tak sanggup membayangkan rasa kecewa putrinya. Pekan lalu Michelle telah melakukan hal serupa dan kali ini pun dia kembali melakukannya. Dan semua itu karena satu orang e
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
puji amriani
semangat update nya kak
goodnovel comment avatar
puji amriani
kapan Leah ketemu Roland huuuhu lamanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 52: Tolong Aku Paman!

    Taksi yang ditumpangi telah mengantarkan Michelle di depan gedung mewah yang berada di kawasan elite, di mana gedung itu bersebelahan dengan mall ternama di pusat kota Los Angeles.Michelle sangat tahu kawasan itu adalah hunian mewah dari orang-orang berduit. Dan tidak mengherankan jika Roland memiliki tempat tinggal di salah satu gedung mewah itu.Hanya saja, Michelle dihantui perasaan bersalah ketika melihat mall megah di sebelah gedung. Dia kembali dihantui perasaan bersalah pada Leah.Michelle keluar dari taksi setelah membayar ongkos kepada sopir. Wanita cantik yang masih memakai pakaian blouse formal itu berjalan ke dalam gedung.“Nona Michelle Loiuse?” sapa seorang pria di lobby gedung.Michelle menoleh dan memindai pria berjas rapi itu. Dia mengingat pria itu adalah salah satu asisten pribadi Roland yang menemani di malam kecelakaan waktu itu.“Ya?!” Michelle menyahut tenang.“Saya asisten pribadi Tuan Roland. Beliau menyuruh saya untuk menjemput Anda di sini dan mengantar Anda

    Last Updated : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 53: Perasaan Tidak Asing

    Celine menjambak rambutnya karena frustrasi tak bisa menemukan Leah. Dia sudah memucat, sementara matanya masih sibuk mencari-cari keberadaan Leah dalam kerumunan pengunjung.Padahal Celine tidak begitu lama meninggalkan Leah. Dia sampai terburu-buru di toilet demi tak terlalu lama membiarkan Leah sendiri. Namun, Celine berujung panik tidak menemukan Leah di depan ruangan toilet.“Apa Leah sudah bertemu dengan Michelle, ya?” Celine berpendapat sendirian.Wanita itu baru teringat untuk memastikan langsung dengan cara menghubungi Michelle. Sehingga tanpa menunda Celine mengambil handphone-nya dari tas yang dipakai.Ketika nada sambung terdengar, Celine tak menyadari telah menggigit kuku dari ibu jarinya. Itu adalah kebiasaan Celine ketika dalam dirundung rasa gelisah.“Ya, Celine?!”“Leah sudah kau jemput, ya?” Celine langsung menyahut dengan nada cepat.Tanpa diketahui oleh Celine, Michelle sudah diserang kebingungan yang nyata. “Apa maksudmu?”“Jangan bercanda ya, Michelle! Aku sudah

    Last Updated : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 54: Leah yang Menarik

    “Tuan, Tuan Besar sedang menuju ke sini.”Roland seketika tersadar oleh perkataan Daniel yang mengejutkan. Dia menoleh, mendapati Daniel baru saja menurunkan handphone dari sisi kirinya sementara matanya sudah menatap cemas.“Kau sudah katakan padanya jika aku tidak ingin diganggu?” Roland melayangkan tatapan tajam sembari berdiri tegak.“Saya sudah memberitahu beliau, Tuan.”Lidah Roland mendecak kesal, sementara di dalam hati dia telah menggerutu marah. Dia sangat tahu ayahnya tidak akan tinggal diam jika keinginannya tidak terpenuhi. Roland tidak heran Jullian akan menyusulnya dan mungkin saja nanti akan memaksa.Hanya saja, dia yang sudah lelah tidak bisa diberi waktu menenangkan diri. Emosinya terus dipermainkan oleh orang-orang yang egois. Selain itu, keberadaan gadis kecil yang menatapnya naif bisa menimbulkan permasalahan baru.“Kau tunggu si tua itu di depan lift, katakan padanya aku sedang menerima telepon penting. Aku akan menyembunyikan anak ini di ruang kerjaku,” titah Ro

    Last Updated : 2024-08-16
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 55: Permintaan Leah

    Leah sudah menekuk wajahnya yang memerah marah, sementara bibir mungilnya sedikit mengerucut karena kesal.“Paman! Ini bukan waktunya Paman bertanya-tanya padaku! Seharusnya saat ini Paman menepati janji padaku!” Leah bersungut-sungut kesal dengan kedua tangan berkacak pinggang.Bibir Roland berkedut bersamaan dengan jiwanya tergilitik oleh tingkah Leah. Pria tampan yang masih memakai setelan jas itu tertawa lemah kemudian duduk di sebelah Leah.“Kau yang sekecil ini berani memprotesku?!” Roland mencubit gemas pipi Leah.Leah menepis kesal dengan wajah masam. “Aku bukan anak kecil, Paman! Usiaku sudah lima tahun.”Roland kembali tertawa menanggapi dan mencubit gemas Leah, tak peduli bagaimana sebelumnya Leah telah menepis tangannya. “Siapa namamu? Dari tadi aku belum tahu namamu.”Leah mendengkus kesal, sementara matanya telah memicing kesal. “Paman benar-benar tidak tahu siapa aku?”Roland menggeleng. “Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya padamu.”“Baiklah! Tapi, Paman harus janji k

    Last Updated : 2024-08-17
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 56: Putus Asa

    Secara spontanitas Roland mengembuskan napas lemah yang penuh penyesalan. Dia benar-benar tidak ingin menciptakan kesedihan pada gadis kecil itu.“Sebenarnya di mall tadi aku tidak sedang bersembunyi dari tante penculik. Aku sedang bersembunyi dari teman mommy-ku,” jelas Leah yang mengaku jujur.“Kenapa kau melakukan itu? Bagaimana jika tadi yang menolongmu bukan aku?” Roland menagih penjelasan.“Hari ini Mommy sudah berjanji menemaniku membeli hadiah dan makan ice cream di mall itu. Tapi, lagi-lagi Mommy tidak bisa memenuhi janji karena pekerjaan. Pekan lalu Mommy juga tidak bisa menepati janji mengajakku bermain karena bos memaksa Mommy bekerja sampai malam.”“Mommy terburu-buru ingin menitipkanku ke rumah grandma dan grandpa, karena terburu-buru itu Mommy tidak sengaja menabrak mobil lain. Aku sangat takut saat itu. Besoknya, Mommy mengajakku membuat makanan yang aku inginkan. Tapi, Mommy ditelepon oleh bos Mommy untuk bekerja.”“Aku kecewa pada Mommy, tapi aku juga tidak ingin menj

    Last Updated : 2024-08-17
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 57: Mencoba Hal Baru

    Kaos berkerah putih dipadukan celana panjang berwarna cream menjadi Outfit casual yang dipilih Roland ketika pergi bersama Leah. Meskipun tidak seformal penampilan sehari-hari, ketampanan dan wibawa Roland tak memudar sedikit pun.Dia sengaja berpakaian tak menonjol karena tak ingin mencuri perhatian dari pekerja di mall yang mereka kunjungi. Pria itu ingin santai menikmati hal baru yang pertama kali dilakukan. Tetapi, hal itu percuma dilakukan karena wajahnya masih tetap dikenali.“Kau mau beli hadiah apa untuk temanmu?” tanya Roland sembari berjalan di area lobby.“Aku mau membeli lego sebagai hadiah. Temanku itu sangat suka merakit lego.” Leah antusias mengadu sampai tanpa sadar mengencangkan genggamannya di genggaman tangan Roland. “Tokonya ada di lantai empat, Paman!” lanjutnya dengan wajah berseri-seri tak sabar.Roland mengulas senyuman cerah. “Ayo kita ke sana sekarang!”Roland hanya tertuju pada Leah berjalan keriangan. Dia bahkan tertawa lemah saat ditarik oleh Leah yang tak

    Last Updated : 2024-08-20
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 58: Janji Kelingking

    Seperti sebelumnya, Roland tak bisa menolak Leah yang tersenyum ceria. Dia heran pada gadis kecil yang seperti tak kehabisan tenaga, padahal di arena permainan Leah begitu bersemangat.Dan ketika tiba di tempat tujuan, Roland kembali dibuat terkejut oleh Leah. Dia mengira tempat ice cream itu merupakan sebuah outlet yang bernuansa khas restoran, melainkan sebuah counter kecil yang berada agak di sudut ruangan lantai itu.“Paman mau ice cream rasa apa?” Leah menarik perhatian Roland yang melamun.“Kau saja yang makan. Kau mau rasa apa?” Roland menolak lembut.“Bukankah Paman belum makan malam? Ice cream ini bisa jadi makan malam kita, Paman.”“Bagaimana bisa ice cream bisa dijadikan makan malam?” ujar Roland bernada mengejek.“Paman coba saja dulu. Setelah memakan habis ice cream pasti Paman percaya padaku.”Hah! Baiklah, tidak ada salahnya mencoba.Satu cone ice cream rasa strawberry dan vanila dipesan oleh Roland. Pria itu terkejut ketika membayar kedua ice cream yang seharga empat d

    Last Updated : 2024-08-20
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 59: Mau Bantu Aku?

    Roland telah sempurna memarkirkan mobil yang dikemudikan sendiri di garasi penthouse-nya. Pria itu menatap ke cermin dashboard sembari melepaskan seat belt, melirik Leah yang duduk di kursi penumpang belakang.Gadis kecil itu akhirnya tertidur pulas setelah lelah bermain. Dia memeluk sebuah boneka hasil dari memainkan permainan di mall tadi.Roland mematikan mesin mobilnya lalu beranjak keluar. Pria itu membuka pintu belakang di mana Leah tertidur pulas, kemudian menggendong Leah dengan gerakan sangat berhati-hati karena tak ingin mengganggu tidurnya yang damai.Ketika tiba di penthouse, Roland tak berpikir panjang membawa Leah ke kamar tidurnya. Gadis kecil itu dibaringkan ke ranjang yang didominasi aroma maskulin Roland.Leah merengkuh kenyamanan di ranjang empuk yang memanjakan itu, sementara Roland memandangi Leah.Pria itu masih merasa terkejut setelah mengetahui Leah adalah putrinya Michelle. Dia benar-benar tak menyangka bertemu putrinya Michelle dengan cara yang tak terduga. Ke

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

DMCA.com Protection Status