Leahh itu daddy-mu ... kalau ga mau, biar jadi daddy Nyun ajahhh
“Sebaiknya kita ke kantor polisi sekarang!”Michelle tak bisa tenang ketika waktu sudah hampir menuju sepuluh malam Leah juga belum kembali apalagi ditemukan. Padahal sebelumnya wanita cantik itu masih bisa berpikir jernih dengan tidak terburu-buru mengambil keputusan.Alins dan Danny yang ada di sana terlihat tak setuju pada keputusan Michelle. Terutama Alins, sehingga dia tak ragu mencegah Michelle yang sudah beranjak dari duduknya.“Kita tunggu lima belas sampai tiga puluh menit lagi.”Michelle terhenti dari keinginannya menuju ke kamar mengambil dompet, kemudian menoleh ke arah Alins yang duduk di sebelah Danny.“Ini sudah hampir jam sepuluh malam, Bibi Alins. Bagaimana jika terjadi sesuatu hal buruk dengan Leah?” protesnya bernada kesal.“Tidak terjadi hal buruk pada Leah, karena dia adalah anak yang pintar.” Alins berusaha menenangkan Michelle ketika berjalan mendekati. “Kita pasti sudah mendapatkan telepon jika Leah mengalami hal yang buruk. Buktinya sampai sekarang kita belum
Kaki Roland melangkah santai menuju pintu masuk ketika menyambut Michelle yang datang bersama pihak keamanan gedung. Wajah tampan yang tenang mendominasi pandangan Michelle. Padahal dibalik ketenangannya, Roland sedang menyembunyikan rasa senang yang memuncak bertemu dengan Michelle.“Kau sudah datang?” Roland membuka bibirnya untuk basa-basi bertanya.“Di mana kau sembunyikan anakku?” Michelle yang bersuara sinis telah memecahkan ketenangan Roland.Pria itu memindai ekspresi Michelle dan menyadari bahwa wanita di depannya itu sedang dalam emosi tak terbendung.“Kau menuduhku menyembunyikan anakmu?” Roland mengulas senyuman kesal yang tak mampu tertahan.“Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau rencanakan karena aku tidak menuruti keinginanmu?” Michelle bersuara lantang menuduh Roland yang terheran menatap. Dia juga tak tak ragu menunjukkan kebencian yang nyata di wajahnya.“Aku mengenalmu dengan baik, Roland! Kau akan melakukan apa pun demi mencapai kepuasanmu! Kau tidak peduli pada per
Tubuh kecil Michelle begitu pas di pelukan Roland. Sehingga ketika Roland membalikkan posisi, Michelle tak terlihat lagi oleh David yang terdiam dan penasaran.Desahan berat Roland perlahan mengalir ke wajah Michelle yang merona merah dan menatapnya marah. Dia tak berkedip menatap Michelle yang terengah-engah setelah ciuman panas terhenti.Pikiran Roland sepenuhnya tertuju pada Michelle yang tenggelam di pelukannya. Michelle yang menatapnya penuh kebencian dinilai cantik dan menarik bagi Roland. Ekspresi itu tidak pernah Roland temukan ketika dulu Michelle masih setia berada di sisinya.“Seharusnya katakan saja jika kau sedang bersenang-senang. Jadi, aku tidak meneruskan langkahku sampai ke sini.” David sengaja bersuara memecahkan perhatian RolandRoland mendecakkan kesal, namun tak berniat berpaling ke belakang menatap David. “Kau yang memaksa datang ke sini.”“Sudahlah! Aku mau pulang saja.”David memutuskan tidak ingin menjadi pengganggu dari situasi panas di sana. Walaupun sebenarn
Michelle menenangkan perasaannya setelah Roland meninggalkannya sendirian di depan pintu. Wanita itu berusaha keras menyingkirkan segala erotisme yang menguasai pikirannya.Roland benar-benar brengsek! Pikiran Michelle hampir terprovokasi oleh sentuhan-sentuhan Roland. Ciuman beserta keahlian bibir Roland yang menjamah membuat Michelle bernostalgia pada kenangan enam tahun lalu.Anehnya selama terintimidasi jamahan Roland, jantung Michelle berdebar kencang tak seperti sebelumnya. Ada sebuah getaran di jiwa yang berbeda dari sebuah desakan kemarahan.Ah, tidak! Lebih baik fokus pada tujuannya dan jangan memikirkan hal yang tidak berguna.Pemikiran itu Michelle tegaskan pada diri ketika menggeleng-gelengkan kepala. Setelahnya Michelle pelan-pelan menarik handle pintu yang sejak tadi digenggam. Pelan-pelan pula Michelle mendorong daunnya sampai sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi.Dan lagi-lagi, usaha Michelle berkonsentrasi pada tujuan gagal total.Aroma maskulin yang menguasai ruang
Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sudah terbuai oleh ciuman Roland? Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sedang berada di kamar Roland? Dia pasti akan memekik kesal dengan suaranya menyakiti gendang telinga Michelle.Michelle menghela napas kasar karena kesal pada mulut Celine yang cerewet. “Kami tidur di kamar tamu dan aku sudah mengunci kamar ini,” ujar Michelle yang terpaksa berbohong.“Si brengsek itu bisa saja membukanya dengan kunci cadangan seperti yang terjadi di film-film. Jadi, kau juga harus menahan pintu dengan meja atau benda lainnya yang membuat pintu itu sulit dibuka dari luar! Kau harus pertahankan keamananmu dan Leah selama berada di sana, Michelle! Kalau bisa pun kau jangan sampai tidur lelap demi waspada di sana. Ingat ya, Michelle! Kau dan Leah sedang berada di kandang singa—”Jeduarr! Suara petir yang kembali terdengar telah mendikte pembicaran dalam sambungan telepon itu. Secara tidak langsung Michelle didikte untuk menyudahi pembicaraan itu.“Kau te
Butuh beberapa waktu David menafsirkan pernyataan Roland. Pikirannya menelan satu persatu, mengartikannya secara berurut demi tak terselip satu pun kata yang bisa saja disalahpahami.Di dalam keheningan diri, David berharap bahwa semua penafsiran itu sepenuhnya salah. Batinnya juga berharap telinganya telah salah mendengar.Namun, berulang kali David menyangkal hasil penafsirannya itu tetap tidak berubah. Semua yang didengar dan situasi itu adalah kenyataan.“Sebelum kau, aku lebih dulu tahu bagaimana kinerja Michelle. Dia adalah pekerja keras yang disiplin. Dia selalu membuatku puas sampai aku serakah terhadap dirinya.”Perkataan Roland memukul mundur ingatan David pada di mana komunikasi mereka merenggang. David tidak mengetahui pasti kehidupan pribadi Roland sebelum menikahi Ella. Yang David tahu Roland adalah bussinesman sukses yang disegani.Komunikasi mereka kembali intens ketika mereka bertemu di sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Momen itu bertepatan Roland telah berpisah d
Gelas wine yang isinya tidak habis dinikmati masih dipandangi oleh Roland. Dia masih belum beranjak dari ruangan kerja setelah David memutuskan pergi. Pria itu masih bergelut dalam pemikiran terhadap respon David yang pergi tanpa berkata-kata.Kejujuran Roland saat itu merupakan spontanitas yang tidak dapat dicegah. Dia menilai menyembunyikan semua fakta hubungannya dengan Michelle dari David adalah hal yang sia-sia dilakukan.Sesuatu yang setengah mati ditutupi akan terbuka suatu hari nanti. Roland berpikir tak ingin mengulur waktu dan merusak segalanya di masa depan. Lebih baik dia memberitahu David demi perasaan David tak terlalu jauh terhadap Michelle.Roland tak masalah bersaing secara terbuka dengan David. Yang terpenting baginya David sudah mengetahui hubungan dan perasaannya terhadap Michelle. Setidaknya Roland masih bersikap ramah kepada David.Gelas wine beserta botol wine yang masih terisi hampir penuh itu ditinggalkan begitu saja oleh Roland. Dia merasa lelah dan ingin men
Deringan handphone begitu berisik mengusik telinga Michelle. Wanita cantik itu terbangun dari tidurnya yang nyaman demi bisa menghentikan suara mengganggu itu.Michelle tersentak ketika terbangun. Matanya melebar sempurna setelah menyadari bahwa dia tidak berada di kamar tidurnya sendiri.Bagaimana bisa Michelle tertidur nyenyak tanpa waspada sedikit pun? Apalagi Michelle tertidur di kamar Roland.Batinnya telah menghina diri yang lalai. Michelle segera bangkit dari tidurnya setelah melihat sinaran matahari mendesak masuk dari sela-sela tirai yang masih menutup jendela kaca.Namun, keinginan itu tertunda oleh Leah yang tak lagi ditemukan di ranjang tidur itu. Handphone di meja nakas yang masih bersuara pun masih berisik menarik perhatian Michelle.“Celine?!” suara serak Michelle menyahut telepon masuk dari Celine.“Kau baru bangun, Michelle?” Celine terdengar sedikit terkejut.“Ini masih pagi, Celine. Kenapa kau meneleponku?” Michelle sengaja bersikap tenang demi menyembunyikan kegelis