Tutup mata vidd tutup mataaaaaaa Roland ga ada akhlaknya memang yaaa
Tubuh kecil Michelle begitu pas di pelukan Roland. Sehingga ketika Roland membalikkan posisi, Michelle tak terlihat lagi oleh David yang terdiam dan penasaran.Desahan berat Roland perlahan mengalir ke wajah Michelle yang merona merah dan menatapnya marah. Dia tak berkedip menatap Michelle yang terengah-engah setelah ciuman panas terhenti.Pikiran Roland sepenuhnya tertuju pada Michelle yang tenggelam di pelukannya. Michelle yang menatapnya penuh kebencian dinilai cantik dan menarik bagi Roland. Ekspresi itu tidak pernah Roland temukan ketika dulu Michelle masih setia berada di sisinya.“Seharusnya katakan saja jika kau sedang bersenang-senang. Jadi, aku tidak meneruskan langkahku sampai ke sini.” David sengaja bersuara memecahkan perhatian RolandRoland mendecakkan kesal, namun tak berniat berpaling ke belakang menatap David. “Kau yang memaksa datang ke sini.”“Sudahlah! Aku mau pulang saja.”David memutuskan tidak ingin menjadi pengganggu dari situasi panas di sana. Walaupun sebenarn
Michelle menenangkan perasaannya setelah Roland meninggalkannya sendirian di depan pintu. Wanita itu berusaha keras menyingkirkan segala erotisme yang menguasai pikirannya.Roland benar-benar brengsek! Pikiran Michelle hampir terprovokasi oleh sentuhan-sentuhan Roland. Ciuman beserta keahlian bibir Roland yang menjamah membuat Michelle bernostalgia pada kenangan enam tahun lalu.Anehnya selama terintimidasi jamahan Roland, jantung Michelle berdebar kencang tak seperti sebelumnya. Ada sebuah getaran di jiwa yang berbeda dari sebuah desakan kemarahan.Ah, tidak! Lebih baik fokus pada tujuannya dan jangan memikirkan hal yang tidak berguna.Pemikiran itu Michelle tegaskan pada diri ketika menggeleng-gelengkan kepala. Setelahnya Michelle pelan-pelan menarik handle pintu yang sejak tadi digenggam. Pelan-pelan pula Michelle mendorong daunnya sampai sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi.Dan lagi-lagi, usaha Michelle berkonsentrasi pada tujuan gagal total.Aroma maskulin yang menguasai ruang
Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sudah terbuai oleh ciuman Roland? Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sedang berada di kamar Roland? Dia pasti akan memekik kesal dengan suaranya menyakiti gendang telinga Michelle.Michelle menghela napas kasar karena kesal pada mulut Celine yang cerewet. “Kami tidur di kamar tamu dan aku sudah mengunci kamar ini,” ujar Michelle yang terpaksa berbohong.“Si brengsek itu bisa saja membukanya dengan kunci cadangan seperti yang terjadi di film-film. Jadi, kau juga harus menahan pintu dengan meja atau benda lainnya yang membuat pintu itu sulit dibuka dari luar! Kau harus pertahankan keamananmu dan Leah selama berada di sana, Michelle! Kalau bisa pun kau jangan sampai tidur lelap demi waspada di sana. Ingat ya, Michelle! Kau dan Leah sedang berada di kandang singa—”Jeduarr! Suara petir yang kembali terdengar telah mendikte pembicaran dalam sambungan telepon itu. Secara tidak langsung Michelle didikte untuk menyudahi pembicaraan itu.“Kau te
Butuh beberapa waktu David menafsirkan pernyataan Roland. Pikirannya menelan satu persatu, mengartikannya secara berurut demi tak terselip satu pun kata yang bisa saja disalahpahami.Di dalam keheningan diri, David berharap bahwa semua penafsiran itu sepenuhnya salah. Batinnya juga berharap telinganya telah salah mendengar.Namun, berulang kali David menyangkal hasil penafsirannya itu tetap tidak berubah. Semua yang didengar dan situasi itu adalah kenyataan.“Sebelum kau, aku lebih dulu tahu bagaimana kinerja Michelle. Dia adalah pekerja keras yang disiplin. Dia selalu membuatku puas sampai aku serakah terhadap dirinya.”Perkataan Roland memukul mundur ingatan David pada di mana komunikasi mereka merenggang. David tidak mengetahui pasti kehidupan pribadi Roland sebelum menikahi Ella. Yang David tahu Roland adalah bussinesman sukses yang disegani.Komunikasi mereka kembali intens ketika mereka bertemu di sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Momen itu bertepatan Roland telah berpisah d
Gelas wine yang isinya tidak habis dinikmati masih dipandangi oleh Roland. Dia masih belum beranjak dari ruangan kerja setelah David memutuskan pergi. Pria itu masih bergelut dalam pemikiran terhadap respon David yang pergi tanpa berkata-kata.Kejujuran Roland saat itu merupakan spontanitas yang tidak dapat dicegah. Dia menilai menyembunyikan semua fakta hubungannya dengan Michelle dari David adalah hal yang sia-sia dilakukan.Sesuatu yang setengah mati ditutupi akan terbuka suatu hari nanti. Roland berpikir tak ingin mengulur waktu dan merusak segalanya di masa depan. Lebih baik dia memberitahu David demi perasaan David tak terlalu jauh terhadap Michelle.Roland tak masalah bersaing secara terbuka dengan David. Yang terpenting baginya David sudah mengetahui hubungan dan perasaannya terhadap Michelle. Setidaknya Roland masih bersikap ramah kepada David.Gelas wine beserta botol wine yang masih terisi hampir penuh itu ditinggalkan begitu saja oleh Roland. Dia merasa lelah dan ingin men
Deringan handphone begitu berisik mengusik telinga Michelle. Wanita cantik itu terbangun dari tidurnya yang nyaman demi bisa menghentikan suara mengganggu itu.Michelle tersentak ketika terbangun. Matanya melebar sempurna setelah menyadari bahwa dia tidak berada di kamar tidurnya sendiri.Bagaimana bisa Michelle tertidur nyenyak tanpa waspada sedikit pun? Apalagi Michelle tertidur di kamar Roland.Batinnya telah menghina diri yang lalai. Michelle segera bangkit dari tidurnya setelah melihat sinaran matahari mendesak masuk dari sela-sela tirai yang masih menutup jendela kaca.Namun, keinginan itu tertunda oleh Leah yang tak lagi ditemukan di ranjang tidur itu. Handphone di meja nakas yang masih bersuara pun masih berisik menarik perhatian Michelle.“Celine?!” suara serak Michelle menyahut telepon masuk dari Celine.“Kau baru bangun, Michelle?” Celine terdengar sedikit terkejut.“Ini masih pagi, Celine. Kenapa kau meneleponku?” Michelle sengaja bersikap tenang demi menyembunyikan kegelis
Menggelikan! Roland masih belum bisa mempercayai mulutnya mengeluarkan kata manis yang merayu. Seumur hidup dia hanya melakukan hal itu kepada ibunya, di mana dia akan merayu ibunya yang marah setiap kali melakukan kesalahan.Mungkin semua itu karena Michelle. Ditambah lagi Roland menyadari perasaannya terhadap Michelle, sehingga tak ada keraguan mulut Roland melepaskan kata manis yang merayu.Bibirnya yang habis menyereput kopi sedang tipis-tipis menyunggingkan senyuman. Wajah tampannya pun ikut cerah, tak sekelam biasanya. Sementara itu mata hazel-nya menyorot hangat Leah yang duduk di sebelahnya pada sofa panjang di ruangan santai. Memandangi gadis kecil itu yang sibuk memeriksa boneka hasil dari memainkan permainan di mall kemarin.Tangannya tergerak sendiri meraup tubuh Leah kemudian didudukkan di pangkuannya. Pria itu juga tak permisi ketika menciumi pipi Leah karena gemas.“Paman sayang sekali padaku?” tanya Leah tersenyum.Terlepas dari fakta Leah adalah anaknya Michelle, Rola
Mobil yang ditumpangi telah berhenti sempurna di halaman depan rumah, tetapi Michelle masih tidak berniat keluar dari mobil itu.Wanita cantik itu melayangkan tatapan tajam pada Roland yang duduk di sebelahnya—si pemilik mobil itu yang menjadi sopir bagi Michelle beserta Leah yang duduk di kursi penumpang belakang.Janji kelingking? Michelle masih ingin mengejek seperti sebelumnya ketika tahu bahwa Roland telah berjanji pada Leah akan menemani ke acara ulang tahun.Masih tidak masuk di akal Michelle seorang pemikir idealis seperti Roland mau menepati janji yang dibuat dengan cara konyol, terlebih lagi dengan anak kecil yang baru dikenal.Pemikiran Michelle itu dibantah oleh Leah yang merengek pada Roland agar mau memenuhi janji. Michelle kehabisan kata melihat Leah yang tak mau lepas dari Roland.Padahal dia berusaha keras menjauh dari Roland. Michelle berjuang sendiri menata hidup yang indah demi Leah. Sayangnya, harapan itu jadi berantakan ketika takdir mempertemukannya lagi dengan
~ Beberapa hari kemudian ~Michelle mengantongi izin pulang setelah dokter memastikan kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Beberapa luka yang menggores di tubuhnya pun mulai menutup, termasuk luka memar di tangan juga sepenuhnya memudar.Meskipun sudah bisa bergerak bebas seperti biasa, Michelle tak diizinkan turun dari ranjangnya. Wanita itu hanya diperbolehkan duduk di sana.Dan tidak usah ditanyakan siapa pelaku yang membuat Michelle kesal. Dia adalah Roland—yang sibuk merapikan barang-barang milik Michelle ke dalam sebuah tas.“Kita akan lebih dulu menjemput Leah di rumah Valen, lalu setelah itu kita akan ke penthouse-ku.” Roland dengan tenangnya memberitahu sembari menyelesaikan kegiatannya merapikan barang-barang ke dalam tas.“Maksudmu dengan kita? Apa aku dan Leah juga akan ke penthouse-mu?” Michelle memprotes, sementara matanya telah menatap tajam pada Roland yang berakhir menatapnya.Sebelum bersuara, lebih dulu Roland mengancingkan tas berisi barang-barang Mich
Tidur yang Roland inginkan adalah berbaring di samping Michelle dengan tangannya menggenggam tangan Michelle. Kehangatan dari jemari yang menyatu mampu menghibur Roland yang menatap dingin langit-langit kamar inap itu.Keinginan sederhana itu membuat jiwa Michelle gelisah. Dia bertanya-tanya di dalam hati dan mulai menerka-nerka masalah apa yang Roland hadapi.Sebelum meninggalkannya bersama Valencia, Michelle mengingat Roland yang menerima telepon. Jika telepon itu berkaitan dengan pekerjaan, Roland tak akan ambil pusing sampai emosinya tak terkendali. Sehingga Michelle menyimpulkan jika telepon itu berkaitan dengan seseorang yang mampu menguras emosi seorang Roland Archer.“Tadi aku menghabiskan makananku.”Alih-alih menanyakan langsung, Michelle sengaja berbasa-basi demi bisa membangun suasana berbicara dengan Roland.Suara tawa ringan Roland merespon, sekaligus berhasil memancing perhatiannya yang lama membisu pasca ciuman erotis beberapa waktu lalu.“Kau memang harus makan dengan
Di taman yang berada di halaman belakang rumah sakit, Roland menata perasaannya. Beberapa puntung rokok dari sebungkus rokok yang dibeli telah dihisap.Meskipun terlihat menikmati bagaimana reaksi rokok tersebut, ekspresi dingin penuh kebencian tak bisa Roland sembunyikan. Dia masih sulit menenangkan pikirannya dari keributan beberapa waktu lalu.David terang-terangan menyesal dan mengaku tersakiti. Dia merasa paling tak beruntung karena tak mendapatkan balasan perasaan dari Michelle.Kesimpulan itu yang membuat Roland naik pitam sampai menimbulkan sebongkah kebencian yang kokoh. Namun di sisi lain, timbul seberkas kekecewaan atas akhir hubungan pertemanan yang terjalin.Bagaimanapun David pernah menghibur Roland yang hancur lebur di masa lalu.Setelah mengembuskan asap dari rokok yang dihisap, Roland berjalan meninggalkan tempat itu. Selain sudah cukup mengatur perasaannya, Roland merasa sudah lama meninggalkan Michelle. Sehingga dia bergegas menemui Michelle.Ada setitik perubahan a
Langkah kaki Roland begitu tak sabar dan tergesa-gesa. Dia sampai tak peduli pada orang-orang yang tidak sengaja tertabrak apalagi meminta maaf.Emosinya memuncak sampai tak bisa diredupkan sedikit pun setelah menjawab telepon dari David. Entah sengaja memprovokasinya keluar dari kamar itu atau tidak, amarah dan kebencian Roland seketika menggelegak setelah mendengarkan ucapan David.David ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Michelle.Bukan penolakan yang Roland sampaikan, melainkan keinginan bertemu secara empat mata. Dan David menentukan parkiran bawah tanah rumah sakit itu yang sepi tanpa adanya orang-orang.Keputusan Roland tak ingin mengotori tangan dan pandangannya telah lenyap sepenuhnya. Rasa muak yang memuncak dan keinginan amarah untuk dilampiaskan terdorong semakin kencang ketika melihat David keluar dari mobilnya. Logika Roland telah porak-poranda oleh emosi melihat eksepresi muram David.Bugh!Pukulan keras dari tangan Roland menyapa David dengan segenap
Tanpa peduli pada handphone-nya yang Roland kembalikan, Michelle masih betah menatap Roland yang pergi meninggalkannya bersama Valencia.Wanita itu penasaran pada si penelepon yang merubah suasana hati Roland. Tanpa curiga pada apa pun, Michelle berpendapat jika panggilan telepon itu berkaitan dengan pekerjaan.“Padahal pekerjaannya sangat banyak. Tapi dia lebih memilih merawatku dan mengambil cuti tahunan,” Michelle bergumam lemah dengan naifnya.Valencia tersenyum lemah mendengarkan gumaman itu. “Harusnya kau bahagia karena Kak Roland lebih memilihmu dibandingkan pekerjaannya.”Nampan berisi makanan yang Valencia bawa berakhir di letakkan di meja nakas bersebelahan dengan ranjang pasien. Kemudian Valencia mengantur ranjang itu lewat satu tombol di ujung kasur yang berakhir membuat posisi Michelle menjadi duduk tanpa harus bergerak.“Itu artinya kau adalah prioritas utama di hidupnya,” lanjut Valencia mengejek sambil tersenyum.“Tapi aku belum terbiasa.” Michelle mengulas senyuman ke
Sebelum berakhir di depan kamar inap itu, David telah lebih dulu mendatangi rumah Michelle. Pria itu tidak menaruh rasa curiga sedikit pun pada kesunyian yang mendominasi di bagian depan rumah Michelle.Hal itu sudah biasa David temukan setiap kali mendatangi kediaman itu. Namun, langkahnya yang ingin keluar berhenti ketika melihat Daniel sedang berkeliaran di sekitar halaman rumah.Rasa curiganya semakin menguat melihat Daniel yang didampingi seseorang memerhatikan sekitar dengan telitinya. David menduga seseorang itu adalah bodyguard Roland.Apa yang mereka lakukan? Apalagi tingkah mereka seperti mencari-cari sesuatu.Kalimat-kalimat itu membujuk David untuk segera beranjak dari sana. Dia dengan hati-hati mengemudikan mobilnya, berusaha keras tak memancing perhatian Daniel.Dan ketika berhasil berpindah di tempat yang aman, David berusaha mencari-cari seseorang yang ada di lingkungan perumah Michelle.Usahanya itu langsung membuahkan ketika berhasil mencegah langkah seseorang. Lewat
Pria yang selalu kejam dan tak berperasaan itu masih menangis tersedu di kaki Michelle. Dia tak malu memohon ampun dengan ironinya.Padahal selama Michelle mengenalnya tak pernah sekalipun Roland menunjukkan kelemahan apalagi sampai merendahkan diri.Roland sudah benar-benar berubah. Dia menunjukkan ketulusannya tanpa ragu. Dia pula yang melindungi serta menjaga Michelle yang terlilit dalam masalah.Keyakinan itu mendorong Michelle untuk tidak ada lagi alasan tidak memaafkan Roland.Wanita itu cukup kesulitan membujuk Roland yang masih memohon ampunan di kakinya. Sampai akhirnya Michelle berhasil menarik Roland dan menatap wajah pria itu yang dibasahi oleh air mata.Mata keabu-abuan yang terbiasa dingin itu diselimuti rona marah bercampur basahnya air mata. Senyar malu dan tak percaya diri mendominasi tatapan serta wajah tampan Roland.Dibandingkan mengukir senyuman atas ras puas di hati, Michelle lebih memilih membujuk Roland untuk naik ke ranjang sempit itu. Dan di ranjang itu, Mich
Michelle sendiri masih terdiam menafsirkan arah pembicaraan diantara mereka. Keheningan yang membentang tidak membuatnya tenang dalam berpikir. Melainkan tenggelam dalam riak-riak canggung bercampur bingung oleh intimidasi tatapan Roland.Di dalam hati Michelle bertanya-tanya, apa Roland sudah mengetahui perihal Leah?Michelle memiliki firasat kuat jika pendapatnya itu tak salah. Tanpa peduli, dia mengalihkan pandangan ke arah meja di mana amplop cokelat itu berada. Kemudian dia kembali menatap Roland yang menanti jawaban.Pria itu adalah Roland—yang selalu mencari cara untuk memuaskan hati. Bisa dipastikan Roland sudah mencari tahu mengenai kehidupannya sampai berujung pada Leah.Ya! Michelle percaya diri pada kesimpulannya.“Michelle.”Roland memanggil lembut seperti membujuk seorang kekasih. Sentuhan bibirnya di punggung tangan Michelle turut serta merayu dengan cara sama, yaitu menciumi dengan hangat dan sayang.“Aku tidak akan menghakimimu. Tenang saja,” bisiknya penuh ironi.Per
Itu adalah hasil yang dinanti. Alih-alih merasakan kebahagian, segenap rasa bersalah dan penyesalan lebih mendominasi jiwa Roland.Roland menyadari sesuatu, apakah dia pantas menyandang status ayah dari Leah?Roland adalah tersangka utama yang mendorong Michelle ke dalam kesulitan hidup. Egonya menyakiti Michelle. Amarahnya menghardik Michelle sampai tak bisa berkutik. Keputusannya menjadi awal perubahan hidup Michelle yang mencekam.Dia mencampakkan Michelle dengan sadar, sampai terlahirlah Leah yang menjadi korban keduanya.“Aku memang bajingan,” gumamnya frustrasi menyalahkan diri.Lebih tepatnya, Roland adalah bajingan yang tak tahu malu karena masih mengharapkan perasaan Michelle.Tetapi menghindari apalagi menghilangkan permasalahan itu bukan jalan terbaik. Roland telah berniat membahas kabar itu dengan Michelle di waktu yang tepat dan tak menekan Michelle pada situasi yang merusak kenyamanannya.Dengan sesekali menahan sesak, Roland frustrasi dalam diam.Handphone yang bergeta