Halo, mohon maaf Nyun slow update beberapa hari ini karena masih harus bolak-balik rumah sakit. Semoga besok bisa double update lagi ... Terima kasih masih mencintai Roland dan istrinya (Nyun) uhukk
Menggelikan! Roland masih belum bisa mempercayai mulutnya mengeluarkan kata manis yang merayu. Seumur hidup dia hanya melakukan hal itu kepada ibunya, di mana dia akan merayu ibunya yang marah setiap kali melakukan kesalahan.Mungkin semua itu karena Michelle. Ditambah lagi Roland menyadari perasaannya terhadap Michelle, sehingga tak ada keraguan mulut Roland melepaskan kata manis yang merayu.Bibirnya yang habis menyereput kopi sedang tipis-tipis menyunggingkan senyuman. Wajah tampannya pun ikut cerah, tak sekelam biasanya. Sementara itu mata hazel-nya menyorot hangat Leah yang duduk di sebelahnya pada sofa panjang di ruangan santai. Memandangi gadis kecil itu yang sibuk memeriksa boneka hasil dari memainkan permainan di mall kemarin.Tangannya tergerak sendiri meraup tubuh Leah kemudian didudukkan di pangkuannya. Pria itu juga tak permisi ketika menciumi pipi Leah karena gemas.“Paman sayang sekali padaku?” tanya Leah tersenyum.Terlepas dari fakta Leah adalah anaknya Michelle, Rola
Mobil yang ditumpangi telah berhenti sempurna di halaman depan rumah, tetapi Michelle masih tidak berniat keluar dari mobil itu.Wanita cantik itu melayangkan tatapan tajam pada Roland yang duduk di sebelahnya—si pemilik mobil itu yang menjadi sopir bagi Michelle beserta Leah yang duduk di kursi penumpang belakang.Janji kelingking? Michelle masih ingin mengejek seperti sebelumnya ketika tahu bahwa Roland telah berjanji pada Leah akan menemani ke acara ulang tahun.Masih tidak masuk di akal Michelle seorang pemikir idealis seperti Roland mau menepati janji yang dibuat dengan cara konyol, terlebih lagi dengan anak kecil yang baru dikenal.Pemikiran Michelle itu dibantah oleh Leah yang merengek pada Roland agar mau memenuhi janji. Michelle kehabisan kata melihat Leah yang tak mau lepas dari Roland.Padahal dia berusaha keras menjauh dari Roland. Michelle berjuang sendiri menata hidup yang indah demi Leah. Sayangnya, harapan itu jadi berantakan ketika takdir mempertemukannya lagi dengan
“Apa yang kau lihat?”Teguran sinis yang terdengar telah mengusik perhatian Roland. Bibirnya menyunggingkan seringai tipis setelah mendapati tatapan kesal dari Michelle yang menegurnya.Ada dorongan yang menghasut Roland bertanya langsung pada Michelle. Namun logika yang menasihati membuat hati pesimis. Mengingat keras kepalanya Michelle menjauh, Roland tidak akan menemukan apa pun dari kecurigaannya jika bertanya langsung pada Michelle.“Hanya melihat-lihat sejauh mana kau berubah selama enam tahun ini.” Roland berjalan mendekati Michelle yang berdiri di depan kamar Leah setelah lama menutup mulut karena berpikir. “Ternyata kau tidak banyak berubah, hanya tubuhmu yang sedikit kurus saja. Apa atasanmu tidak mengizinkan karyawannya memiliki tubuh sedikit berisi?”Michelle mendesis kesal, kemudian memutuskan menjauh dari kamar Leah yang tertutup rapat. “Menurutku bukan urusanmu mengetahui hal-hal yang tidak bersangkutan denganmu.”“Ngomong-ngomong soal David, apa kau tidak penasaran apa
“Leah!” Teriakan ceria Axel memecahkan keheningan yang menegangkan itu. Semua orang menaruh perhatian pada Axel yang berlari ke arah Leah, menatap anak laki-laki itu yang sangat ramah memeluk Leah. “Kenapa kau lama sekali, Leah? Aku sudah menunggumu dari tadi!” mata Axel berbinar terang pada Leah yang baru saja dilepaskan dari pelukannya. Leah tak menanggapi karena lebih ingin menyerahkan paper bag berisikan kotak hadiah yang sejak tadi digenggam. “Selamat ulang tahun, Axel. Ini hadiah ulang tahun untukmu. Perlu kau ingat ya, Axel! Aku rela menabung uang saku demi memberikan hadiah untukmu. Jadi, kau harus menyukai dan menjaganya. Kau mengerti?” Lucunya, Axel mengangguk patuh. “Aku akan menjaganya seperti aku menjagamu selama di sekolah,” ucapnya yang mengelus-elus lembut rambut Leah. Axel teralihkan pada Michelle yang berada di sebelah Leah. Senyumannya masih sama, masih memancarkan keceriaan. “Bibi Michelle! Aku bahagia sekali Bibi bisa datang juga—” Axel tiba-ti
“Apa kau tidak tahu ucapanmu itu bisa merusak suasana di sini, Ella?”Kritikan pedas dari Odelia meruntuhkan percaya diri Ella, sekaligus melenyapkan sebuah kesenangan yang samar-samar tersembunyi di wajahnya.Tentu saja batin Ella merutuk sikap Odelia yang terang-terangan ingin mempermalukannya. Namun, dia tak mampu menunjukkan demi menjaga image baik di depan Jullian.“Memangnya kenapa Roland berpegangan tangan dengan mantan sekretarisnya? Itu artinya Roland memiliki hubungan baik dengan orang yang tidak lagi bekerja dengannya.”Odelia mendengus kesal, sementara matanya sengaja melayang tajam pada Ella guna memberikan alarm peringatan.“Jangan rusak suasana ulang tahun cucuku dengan perkataanmu yang tidak masuk akal, Ella. Lebih baik kau tidak diundang saja! Setiap kau hadir di acara keluarga ini, ada saja hal buruk yang terjadi.”Odelia beranjak dari duduknya, kedua tangannya terlihat mengipas-ngipas wajahnya yang memerah karena marah.“Sebaiknya kita bergabung dengan Axel saja yang
Michelle tak peduli pada tuduhan kejam Ella, termasuk mata-mata penghinaan yang mendominasi di sana. Wanita itu lebih peduli meraup tubuh Leah, menghalau air-air di tubuh Leah yang percuma saja dilakukan.Tidak apa-apa, semua tuduhan Ella tidak benar. Tidak usah pedulikan orang-orang di sana karena hidup Michelle tidak bergantung pada mereka.Toh, Michelle cukup terbiasa berhadapan pada situasi serupa. Sehingga dia memutuskan membawa Leah pergi sembari menyimpan semua penghinaan itu sendiri.“Mau Mommy gendong?” Michelle tersenyum manis membujuk Leah.Leah mengangguk kemudian datang ke pelukan Michelle. “Mom, aku sudah berjalan dengan benar. Aku tidak melakukannya,” bisiknya yang gemetar ketakutan.“Ya, Leah tidak melukai siapa pun.” Michelle bersuara serupa sambil mengelus-elus kepala Leah yang basah.“Michelle Louise!” Ella memekik kencang mencegah Michelle yang ingin beranjak pergi. “Bagaimana bisa kau pergi setelah menjadi ibu yang buruk membela anakmu yang jelas-jelas bersalah? Su
“Apa yang kau harapkan dari wanita kasar seperti itu?”Kritikan sinis dari arah belakang telah mengusik Roland yang fokus menatap kepergian Michelle menggunakan taksi.Pria itu mendenguskan kesal, sementara tangannya mengepal kencang pada seseorang yang mengusik tak tepat waktu itu.“Seharusnya kau menolong Ella dari pada mengejar wanita kasar yang tidak tahu diri itu.”Roland yang sejak tadi menahan diri berakhir menoleh pada Jullian. Mata hazel-nya sudah melayang tajam pada Jullian yang berbicara sembarangan. Roland tak takut bersikap tak sopan pada sosok ayah kandungnya itu, baginya sudah terbiasa bahkan muak meladeni orang tua yang sibuk dengan pemikirannya sendiri.“Kau adalah pemimpin sekaligus wajah dari Trilogi Group. Jika menginginkan wanita, pilihlah wanita yang tepat. Bukan yang tak selevel denganmu.”Roland menertawakan nasihat Jullian. Pria itu sampai berdecak dan geleng-geleng kepala menyepelekan nasihat yang dianggap sampah.“Wanita yang selevel menurut Daddy itu adalah
Setir kemudi yang cukup lama dicengkram kencang berakhir dibebaskan setelah jemari-jemari mulai lemas. Kedua tangan Roland terjatuh pasrah ke pangkuan, mengistirahatkan tangan yang masih gemetaran.Perdebatan tadi sangat menguras emosi Roland. Dia kehilangan seluruh energi sampai membuatnya kelelahan.Entahlah! Roland juga bingung. Dia selalu bisa menahan diri di depan Jullian, walau terkadang mulutnya masih tajam berkata-kata.Ada dorongan yang mendesak sampai Roland bersikap kurang ajar seperti tadi. Sehingga semuanya tertumpahkan tanpa bisa dikendalikan.Anehnya, Roland sama sekali tidak menyesal. Justru sebaliknya Roland merasa lega bisa meluapkan semua hal menyiksa yang lama tertahan diri. Puncak keanehan diri terjadi ketika Roland berakhir menepi di sekitar depan rumah Michelle.Tempat itu seperti penenang bagi Roland. Tak peduli bagaimana Michelle meluapkan emosi, Roland tak berpengaruh pada perkataan Michelle. Tetapi saat itu Roland tak bertindak memaksa Michelle yang dikuasai