Ellaaaaa .. E nya apa? Etannn kau ellaa
“Apa kau tidak tahu ucapanmu itu bisa merusak suasana di sini, Ella?”Kritikan pedas dari Odelia meruntuhkan percaya diri Ella, sekaligus melenyapkan sebuah kesenangan yang samar-samar tersembunyi di wajahnya.Tentu saja batin Ella merutuk sikap Odelia yang terang-terangan ingin mempermalukannya. Namun, dia tak mampu menunjukkan demi menjaga image baik di depan Jullian.“Memangnya kenapa Roland berpegangan tangan dengan mantan sekretarisnya? Itu artinya Roland memiliki hubungan baik dengan orang yang tidak lagi bekerja dengannya.”Odelia mendengus kesal, sementara matanya sengaja melayang tajam pada Ella guna memberikan alarm peringatan.“Jangan rusak suasana ulang tahun cucuku dengan perkataanmu yang tidak masuk akal, Ella. Lebih baik kau tidak diundang saja! Setiap kau hadir di acara keluarga ini, ada saja hal buruk yang terjadi.”Odelia beranjak dari duduknya, kedua tangannya terlihat mengipas-ngipas wajahnya yang memerah karena marah.“Sebaiknya kita bergabung dengan Axel saja yang
Michelle tak peduli pada tuduhan kejam Ella, termasuk mata-mata penghinaan yang mendominasi di sana. Wanita itu lebih peduli meraup tubuh Leah, menghalau air-air di tubuh Leah yang percuma saja dilakukan.Tidak apa-apa, semua tuduhan Ella tidak benar. Tidak usah pedulikan orang-orang di sana karena hidup Michelle tidak bergantung pada mereka.Toh, Michelle cukup terbiasa berhadapan pada situasi serupa. Sehingga dia memutuskan membawa Leah pergi sembari menyimpan semua penghinaan itu sendiri.“Mau Mommy gendong?” Michelle tersenyum manis membujuk Leah.Leah mengangguk kemudian datang ke pelukan Michelle. “Mom, aku sudah berjalan dengan benar. Aku tidak melakukannya,” bisiknya yang gemetar ketakutan.“Ya, Leah tidak melukai siapa pun.” Michelle bersuara serupa sambil mengelus-elus kepala Leah yang basah.“Michelle Louise!” Ella memekik kencang mencegah Michelle yang ingin beranjak pergi. “Bagaimana bisa kau pergi setelah menjadi ibu yang buruk membela anakmu yang jelas-jelas bersalah? Su
“Apa yang kau harapkan dari wanita kasar seperti itu?”Kritikan sinis dari arah belakang telah mengusik Roland yang fokus menatap kepergian Michelle menggunakan taksi.Pria itu mendenguskan kesal, sementara tangannya mengepal kencang pada seseorang yang mengusik tak tepat waktu itu.“Seharusnya kau menolong Ella dari pada mengejar wanita kasar yang tidak tahu diri itu.”Roland yang sejak tadi menahan diri berakhir menoleh pada Jullian. Mata hazel-nya sudah melayang tajam pada Jullian yang berbicara sembarangan. Roland tak takut bersikap tak sopan pada sosok ayah kandungnya itu, baginya sudah terbiasa bahkan muak meladeni orang tua yang sibuk dengan pemikirannya sendiri.“Kau adalah pemimpin sekaligus wajah dari Trilogi Group. Jika menginginkan wanita, pilihlah wanita yang tepat. Bukan yang tak selevel denganmu.”Roland menertawakan nasihat Jullian. Pria itu sampai berdecak dan geleng-geleng kepala menyepelekan nasihat yang dianggap sampah.“Wanita yang selevel menurut Daddy itu adalah
Setir kemudi yang cukup lama dicengkram kencang berakhir dibebaskan setelah jemari-jemari mulai lemas. Kedua tangan Roland terjatuh pasrah ke pangkuan, mengistirahatkan tangan yang masih gemetaran.Perdebatan tadi sangat menguras emosi Roland. Dia kehilangan seluruh energi sampai membuatnya kelelahan.Entahlah! Roland juga bingung. Dia selalu bisa menahan diri di depan Jullian, walau terkadang mulutnya masih tajam berkata-kata.Ada dorongan yang mendesak sampai Roland bersikap kurang ajar seperti tadi. Sehingga semuanya tertumpahkan tanpa bisa dikendalikan.Anehnya, Roland sama sekali tidak menyesal. Justru sebaliknya Roland merasa lega bisa meluapkan semua hal menyiksa yang lama tertahan diri. Puncak keanehan diri terjadi ketika Roland berakhir menepi di sekitar depan rumah Michelle.Tempat itu seperti penenang bagi Roland. Tak peduli bagaimana Michelle meluapkan emosi, Roland tak berpengaruh pada perkataan Michelle. Tetapi saat itu Roland tak bertindak memaksa Michelle yang dikuasai
Pukul sebelas malam, Michelle diserang kecemasan pada Leah. Dia panik melihat demam Leah yang tak kunjung turun, malah semakin meningkat pada suhu hampir empat puluh derajat.Sebelumnya Michelle telah memberikan penanganan tepat yang dilakukan untuk mengembalikan ke suhu normal. Sayangnya, hal itu tidak mampu menormalkan kembalikan suhu tubuh Leah. Apalagi tingginya suhu tubuh saat itu telah melemahkan Leah.Kesialan yang terjadi malam itu menambah rentetan hal-hal buruk menimpa Michelle. Dia kesulitan memesan taksi pada jam menginjak tengah malam. Alins yang terbiasa tak pernah mengabaikan telepon, tak kunjung menjawab telepon Michelle. Dan Danny, pria itu pasti memiliki jadwal pekerjaan jika tak bisa dihubungi.“Leah, Mommy akan menggendongmu. Kita akan ke rumah sakit,” ucap Michelle berhati-hati meraup tubuh Leah yang panas.Meski keputusannya sedikit konyol, Michelle berharap bisa menemukan taksi atau apa pun di luaran sana yang cepat mengantarnya ke rumah sakit. Michelle tak bisa
“Siapa pria yang tadi bersamamu?” Danny berani bertanya setelah matang-matang memutuskan.Michelle terlihat bergeming pada posisinya duduk di kursi ruangan tunggu. Tatapannya yang lurus ke arah bilik Leah mendapatkan pertolongan penuh kekosongan sulit dijabarkan.“Dilihat dari penampilannya, dia bukan seperti orang biasa-biasa—”“Dia adalah Roland.” Michelle menghela napas panjang setelah cukup lama menahan. “Dia adalah Roland Archer,” lanjut Michelle menegaskan dengan suara lemah.Danny tak bereaksi lebih dikarenakan memahami perasaan Michelle saat itu. Tetapi dia tak bisa menutupi rasa ingin tahu kronologi Leah berakhir di rumah sakit.“Apa yang terjadi? Bukankah kalian pergi ke acara ulang tahun Axel?” tanya Danny penasaran.Michelle berdehem lemah. “Kami berakhir pergi bersama Roland karena tanpa aku tahu Leah meminta Roland untuk ikut ke acara itu. Aku tidak bisa menolak karena Leah yang terus merengek. Dan ternyata Axel merupakan anak dari saudari tirinya Roland. Di sana aku ber
“Terima kasih telah membantuku, tapi aku baik-baik saja—”Bibir Danny langsung terkatup saat matanya beradu dengan Roland. Wajahnya yang memucat telah membeku menatap seseorang yang tak terduga.“Aku rasa Anda sedang tidak dalam keadaan baik.” Roland menatap cemas pria yang bersikap canggung itu.“Tidak! Aku baik-baik saja.” Danny memalingkan tatapannya yang canggung, tetapi wajahnya masih menahan sakit akibat nyeri di dada kiri.Sikap Danny itu dipahami oleh Roland. Jika diingat-ingat keakraban Michelle dengan pria itu di UGD, dia pasti merupakan orang terdekat Michelle setelah pindah dari New York.Bryan juga teringat mengenai Leah yang kerap kali menyebutkan sosok grandpa dan grandma. Mungkinkah Danny dan Alins yang Michelle sebutkan tadi adalah keluarga Michelle?“Anda terlihat tidak baik-baik saja. Biar aku bantu ke UGD agar Anda mendapatkan pertolongan—”“Tidak perlu, Tuan Roland.” Danny masih keras hati pada keputusannya. Dia juga mendorong lembut Roland yang ingin memapah.Perl
Walau tidak berhasil mengantarkan Danny ke rumah, Roland berhasil membujuk Danny pulang menggunakan taksi yang dicari sendiri oleh Roland.Danny sendiri masih geleng-geleng kepala menanggapi sikap Roland. Di sisi lain ada sebuah harapan yang terwujud mengenai sikap Roland tidak lagi berpura-pura demi kembali menyakiti Michelle.Perhatian Danny teralihkan ketika taksi itu telah tiba dengan aman di halaman depan rumahnya. Pria itu langsung keluar dengan tenang, sampai masuk ke dalam rumah tak menimbulkan suara demi tak mengusik tidurnya Alins.“Kau baru pulang, Sayang?”Danny terkejut Alins tiba-tiba menyalakan lampu ruangan.“Kau belum tidur?” Danny berbasa-basi saat berjalan menghampiri istrinya.“Aku terbangun karena mendengar suara mobil. Aku pikir itu bukan kau karena itu adalah taksi. Tapi, setelah mengintip ternyata itu kau. Kenapa tidak naik mobilmu?”Danny tertawa lemah menanggapi istrinya yang cemas. Lebih dulu dia menarik Alins ke dalam pelukannya. “Ban mobilku bocor, jadi aku