Home / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 79: Terpaksa Dijelaskan

Share

Bab 79: Terpaksa Dijelaskan

last update Last Updated: 2024-09-22 12:57:09
Walau tidak berhasil mengantarkan Danny ke rumah, Roland berhasil membujuk Danny pulang menggunakan taksi yang dicari sendiri oleh Roland.

Danny sendiri masih geleng-geleng kepala menanggapi sikap Roland. Di sisi lain ada sebuah harapan yang terwujud mengenai sikap Roland tidak lagi berpura-pura demi kembali menyakiti Michelle.

Perhatian Danny teralihkan ketika taksi itu telah tiba dengan aman di halaman depan rumahnya. Pria itu langsung keluar dengan tenang, sampai masuk ke dalam rumah tak menimbulkan suara demi tak mengusik tidurnya Alins.

“Kau baru pulang, Sayang?”

Danny terkejut Alins tiba-tiba menyalakan lampu ruangan.

“Kau belum tidur?” Danny berbasa-basi saat berjalan menghampiri istrinya.

“Aku terbangun karena mendengar suara mobil. Aku pikir itu bukan kau karena itu adalah taksi. Tapi, setelah mengintip ternyata itu kau. Kenapa tidak naik mobilmu?”

Danny tertawa lemah menanggapi istrinya yang cemas. Lebih dulu dia menarik Alins ke dalam pelukannya. “Ban mobilku bocor, jadi aku
Creamy Nyun_Nyun

lariii ga Michelle?!!!!!! Roland gigit kalauu ngejarr

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rennilianita Rusli
thor hari ini update ya, aku menunggu setiap hr..
goodnovel comment avatar
puji amriani
uh cintakuuu
goodnovel comment avatar
Rennilianita Rusli
thor, update ny rutin dong..ditungguin nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 80: Membujuk Wanita

    Roland dipaksa puas oleh Michelle yang mengabaikan pernyataannya. Dari dini hari sampai matahari telah terik menyinari daratan Los Angeles, Michelle banyak berdiam diri dengan wajah tanpa ekspresi.Apa pun yang Roland lakukan tak Michelle respon. Wanita itu sepenuhnya acuh, sampai-sampai dia tidak menyahuti Roland yang memaksanya berisitirahat.Roland pun tetap pada keputusannya. Dia setia di sisi Michelle tanpa peduli kasarya Michelle mengusir.Pukul sebelas siang, Roland yang lama bergeming menatap Michelle akhirnya beranjak mendekati. Pria itu mengantongi handphone yang sejak tadi dari dipergunakan sembari berjalan menghampiri Michelle yang setia duduk menemani Leah yang sudah terbangun.“Istirahatlah, Michelle. Kau juga belum sarapan sejak pagi.” Roland bersuara rendah membujuk, tetapi nadanya sedikit menekan seperti tak ingin dibantah.Reaski Michelle masih sama. Wanita itu malah lebih peduli pada Leah yang menatap bingung kedua orang dewasa itu.“Apa kau ingin sesuatu?” Michelle

    Last Updated : 2024-09-24
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 81: Provokasi Ella

    “Bagaimana bisa anak berandal itu belum datang juga ke sini?”Bentakan Jullian memekik sakit ke telinga orang-orang di kamar inap mewah itu. Dia tidak peduli bagaimana berisiknya suaranya menyakiti, termasuk mengabaikan kondisinya yang belum sepenuhnya pulih.“Apa kalian belum memberitahu dia?” lanjutnya melotot marah.“Aku sudah menghubungi Daniel. Sepertinya Roland sulit datang karena sibuk.” Odelia dengan santai bersuara tanpa rasa takut sedikit pun. Dia sudah terbiasa menghadapi Jullian yang selalu emosi terhadap Roland.“Kau! Kenapa harus istriku yang menghubungi sekretaris anak berandal itu?” Jullian menumpahkan kekesalan pada asisten pribadinya yang sejak tadi merunduk takut. Saking kesalnya, pria yang mengenakan piyama pasien itu menunjuk-nunjuk asisten pribadi itu. “Kenapa juga harus Daniel yang dihubungi? Ke mana anak berandal itu sampai tidak bisa dihubungi?” lanjutnya membentak.Odelia yang duduk di kursi sebelah ranjang pasien tersentak kaget akibat bentakan berisik suamin

    Last Updated : 2024-09-24
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 82: Dengan Cara Seperti Ini?

    Keterkejutan menyerang Michelle yang baru saja terbangun dari tidurnya. Matanya membulat panik memindai ruang kamar yang bukan miliknya, tetapi ruangan yang kemarin dia tempati bersama Leah.Dalam meraih kesadaran yang tergesa-gesa akibat panik itu Michelle berusaha keras menggali ingatan. Michelle tak lupa bagaimana kesalnya dipaksa oleh Roland untuk masuk ke dalam mobil pria itu. Dia duduk menegak di sebelah Roland yang mengemudi dan memilih banyak berdiam diri.Ah, benar! Dalam perjalanan yang belum lama ditempuh itu Michelle diserang rasa kantuk tak tertahankan.Awalnya Michelle hanya ingin memejamkan mata sejenak demi tak jenuh menanti tiba di rumah. Sungguh di luar dugaan, Michelle malah kebablasan dan berakhir tertidur nyaman di ranjang empuk milik Roland. Apalagi dari tembok kaca di depan mata sudah menunjukkan waktu telah menginjak malam hari.“Bagaimana bisa kau lalai seperti ini, Michelle?!” Michelle merutuk diri sendiri ketika bergegas turun dari ranjang.Langkahnya yang t

    Last Updated : 2024-09-26
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 83: Jangan Buat Aku Buruk!

    Tepukan ringan di bahu mengusik Michelle dari tidurnya yang nyaman. Wanita yang berbaring telungkup itu mendongak, perlahan-lahan menjernihkan pandangan demi memastikan siapa yang mengusiknya.“Saya telah selesai melakukan massage pada Anda. Saya juga telah menyiapkan air untuk Anda berendam,” jelas terapis wanita yang bersuara lembut.Michelle mengangguk setuju yang kemudian bangkit dari posisinya. Wanita itu menyelimuti tubuhnya yang telanjang—yang seluruhnya dilumuri minyak massage. Kamar mandi di kamar tamu itu menjadi tujuan Michelle yang dibimbing oleh terapis wanita. Setelah ditinggalkan sendiri, tubuhnya yang kembali bertelanjang berakhir terendam di bathup yang terkuasai aroma terapi menenangkan. Termasuk sekumpulan kelopak mawar merah yang menambah kenyamanan.Hah! Michelle menghela napas panjang setelah merebahkan tengkuk leher di tepian bathup. Sesaat dia merasa bersyukur pada tubuhnya yang bertenaga, tak lelah seperti sebelumnya.Jujur saja, Michelle merasakan tubuhnya ham

    Last Updated : 2024-09-26
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 84: Mencurigai

    Siang itu Michelle bisa mengulas senyuman manis setelah dokter menyatakan Leah sudah bisa pulang ke rumah. Wanita itu terlihat sibuk memasukkan barang-barang pribadi ke dalam tas. Dia juga tak lupa mengganti pakaian Leah dan merapikan rambut indah Leah.Di balik keceriaan itu sesungguhnya Michelle menyembunyikan hal-hal yang menggelisahkan pikirannya.Semalaman penuh Michelle tak berhenti memikirkan Roland yang balik ke New York. Sebelum berpisah saat mengantar Michelle ke rumah sakit, Roland berpesan agar Michelle harus percaya padanya dan tak boleh melarikan diri. Masalah apa yang sedang terjadi sampai Roland menuntut seperti itu?Michelle bertanya-tanya, tetapi dia memilih acuh tak acuh karena tak ingin Roland menyimpulkan Michelle menaruh harapan.Pikiran Michelle semakin rumit ketika pagi tadi dia meminta izin tidak masuk kepada David. Atasannya itu menolak telepon masuk dari Michelle, tetapi dia membalas pesan Michelle dengan begitu singkat. Isi pesan Michelle yang panjang lebar

    Last Updated : 2024-10-03
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 85: Apa dia tahu?

    Lidah Roland mendecak ketika kesal Michelle tidak bisa dihubungi. Pria itu menjauhkan handphone yang menempel di sisi kiri, menggerutu kesal di dalam hati atas keinginan yang tidak tercapai.Mata hazel-nya jatuh ke arah cufflink biru yang tersemat di pergelangan pada kemeja putih.Walaupun diselimuti rasa kesal, Roland tak bisa menyangkal kekosongan yang dirasakan tanpa ada Michelle di dekatnya. Michelle adalah satu-satunya wanita yang mampu membolak-balikkan hati Roland, sampai rasanya saat itu Roland ingin nekat terbang ke Los Angeles dan memeluk Michelle sepuas hati.Perdebatan yang terakhir kali terjadi sebelum dia kembali New York membuat Roland pesimis bisa melakukan itu. Jiwanya mengeluh mengingat sikap dingin dan kebencian Michelle yang begitu nyata. Roland dipaksa menunggu untuk bisa kembali menaklukkan hati Michelle.“Saya mendapatkan kabar mengenai Nona Leah yang sudah kembali ke rumah siang tadi.”Roland melirik Daniel yang bersuara mencuri perhatiannya. “Apa aku memiliki

    Last Updated : 2024-10-03
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 86: Ketukan Mengejutkan

    “Tidak ada siapa pun. Mungkin ada anjing peliharaan yang tidak sengaja bermain di sekitar sini.”“Tidak mungkin! Jelas-jelas suara langkah tadi adalah langkah manusia, bukan hewan.”Michelle menajamkan penglihatannya yang memindai keadaan teras depan. Dari ujung ke ujung di sekitar teras depan tersapu oleh penglihatan Michelle yang mengintai tajam seperti membidik mangsa.“Hewan peliharaan di sekitar sini tak pernah dilepas pada malam hari, Bibi Alins.” Bibir Michelle lanjut terbuka memberitahu.Michelle meyakini pendengarannya tidak salah. Bahwa suara langkah berderap itu miliki seseorang yang datang tanpa diketahui olehnya dan Alins. Sayangnya, dia kurang cepat membuka pintu. Sehingga tidak bisa mengetahui siapa seseorang yang tak sengaja menyenggol sebuah pot bunga di teras depan.Siapa seseorang yang datang? Apa dia mendengar pembicaraan Michelle dan Alins?Jika seseorang itu sampai tak sengaja menyenggol pot bunga, artinya dia terkejut mendengar pembicaraan Michelle bersama Alins.

    Last Updated : 2024-10-05
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 87: Buah Tangan Manis

    “Kau masih berani menunjukkan muka setelah semua yang kau lakukan?!”Perkataan Ella mempertegas sorot matanya yang dipenuhi kebencian. Bahkan seberkas rasa terkejut sebelumnya tak lagi menyelimuti, hanya didominasi emosi yang bercampur kebencian.“Mana mungkin aku melupakan seorang Ella.” Dia tertawa lemah dengan ekspresi tenang yang begitu menghina emosi Ella sekaligus menjengkelkan.Detik itu pula Ella ingin sekali keluar dari mobil. Dia ingin mencekik seseorang itu dan menyaksikan bagaimana tersiksanya dia di tangan Ella. Ada kepuasan tersendiri bagi Ella menyaksikan seseorang itu tersiksa serta memohon pengampunan kepadanya, sehingga kenangan menyakitkan yang seseorang itu berikan kepada Ella terbayar adil.Dia adalah Jemmy—mantan kekasih yang menghancurkan dunia Ella enam tahun lalu. Tersangka utama yang merenggut kemewahan hidup seorang Ella.Tak ada lagi keinginan Ella mencari tahu alasan Jemmy yang tega melakukan kejahatan padanya. Sebaliknya, dia merasa jijik dan ingin sekali

    Last Updated : 2024-10-06

Latest chapter

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 133: Firasat

    ~ Beberapa hari kemudian ~Michelle mengantongi izin pulang setelah dokter memastikan kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Beberapa luka yang menggores di tubuhnya pun mulai menutup, termasuk luka memar di tangan juga sepenuhnya memudar.Meskipun sudah bisa bergerak bebas seperti biasa, Michelle tak diizinkan turun dari ranjangnya. Wanita itu hanya diperbolehkan duduk di sana.Dan tidak usah ditanyakan siapa pelaku yang membuat Michelle kesal. Dia adalah Roland—yang sibuk merapikan barang-barang milik Michelle ke dalam sebuah tas.“Kita akan lebih dulu menjemput Leah di rumah Valen, lalu setelah itu kita akan ke penthouse-ku.” Roland dengan tenangnya memberitahu sembari menyelesaikan kegiatannya merapikan barang-barang ke dalam tas.“Maksudmu dengan kita? Apa aku dan Leah juga akan ke penthouse-mu?” Michelle memprotes, sementara matanya telah menatap tajam pada Roland yang berakhir menatapnya.Sebelum bersuara, lebih dulu Roland mengancingkan tas berisi barang-barang Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 132: Apa Kau Siap?

    Tidur yang Roland inginkan adalah berbaring di samping Michelle dengan tangannya menggenggam tangan Michelle. Kehangatan dari jemari yang menyatu mampu menghibur Roland yang menatap dingin langit-langit kamar inap itu.Keinginan sederhana itu membuat jiwa Michelle gelisah. Dia bertanya-tanya di dalam hati dan mulai menerka-nerka masalah apa yang Roland hadapi.Sebelum meninggalkannya bersama Valencia, Michelle mengingat Roland yang menerima telepon. Jika telepon itu berkaitan dengan pekerjaan, Roland tak akan ambil pusing sampai emosinya tak terkendali. Sehingga Michelle menyimpulkan jika telepon itu berkaitan dengan seseorang yang mampu menguras emosi seorang Roland Archer.“Tadi aku menghabiskan makananku.”Alih-alih menanyakan langsung, Michelle sengaja berbasa-basi demi bisa membangun suasana berbicara dengan Roland.Suara tawa ringan Roland merespon, sekaligus berhasil memancing perhatiannya yang lama membisu pasca ciuman erotis beberapa waktu lalu.“Kau memang harus makan dengan

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 131: Keinginan yang Mendesak

    Di taman yang berada di halaman belakang rumah sakit, Roland menata perasaannya. Beberapa puntung rokok dari sebungkus rokok yang dibeli telah dihisap.Meskipun terlihat menikmati bagaimana reaksi rokok tersebut, ekspresi dingin penuh kebencian tak bisa Roland sembunyikan. Dia masih sulit menenangkan pikirannya dari keributan beberapa waktu lalu.David terang-terangan menyesal dan mengaku tersakiti. Dia merasa paling tak beruntung karena tak mendapatkan balasan perasaan dari Michelle.Kesimpulan itu yang membuat Roland naik pitam sampai menimbulkan sebongkah kebencian yang kokoh. Namun di sisi lain, timbul seberkas kekecewaan atas akhir hubungan pertemanan yang terjalin.Bagaimanapun David pernah menghibur Roland yang hancur lebur di masa lalu.Setelah mengembuskan asap dari rokok yang dihisap, Roland berjalan meninggalkan tempat itu. Selain sudah cukup mengatur perasaannya, Roland merasa sudah lama meninggalkan Michelle. Sehingga dia bergegas menemui Michelle.Ada setitik perubahan a

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 130: Penyesalan Di akhir

    Langkah kaki Roland begitu tak sabar dan tergesa-gesa. Dia sampai tak peduli pada orang-orang yang tidak sengaja tertabrak apalagi meminta maaf.Emosinya memuncak sampai tak bisa diredupkan sedikit pun setelah menjawab telepon dari David. Entah sengaja memprovokasinya keluar dari kamar itu atau tidak, amarah dan kebencian Roland seketika menggelegak setelah mendengarkan ucapan David.David ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Michelle.Bukan penolakan yang Roland sampaikan, melainkan keinginan bertemu secara empat mata. Dan David menentukan parkiran bawah tanah rumah sakit itu yang sepi tanpa adanya orang-orang.Keputusan Roland tak ingin mengotori tangan dan pandangannya telah lenyap sepenuhnya. Rasa muak yang memuncak dan keinginan amarah untuk dilampiaskan terdorong semakin kencang ketika melihat David keluar dari mobilnya. Logika Roland telah porak-poranda oleh emosi melihat eksepresi muram David.Bugh!Pukulan keras dari tangan Roland menyapa David dengan segenap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 129: Sapaan Baru

    Tanpa peduli pada handphone-nya yang Roland kembalikan, Michelle masih betah menatap Roland yang pergi meninggalkannya bersama Valencia.Wanita itu penasaran pada si penelepon yang merubah suasana hati Roland. Tanpa curiga pada apa pun, Michelle berpendapat jika panggilan telepon itu berkaitan dengan pekerjaan.“Padahal pekerjaannya sangat banyak. Tapi dia lebih memilih merawatku dan mengambil cuti tahunan,” Michelle bergumam lemah dengan naifnya.Valencia tersenyum lemah mendengarkan gumaman itu. “Harusnya kau bahagia karena Kak Roland lebih memilihmu dibandingkan pekerjaannya.”Nampan berisi makanan yang Valencia bawa berakhir di letakkan di meja nakas bersebelahan dengan ranjang pasien. Kemudian Valencia mengantur ranjang itu lewat satu tombol di ujung kasur yang berakhir membuat posisi Michelle menjadi duduk tanpa harus bergerak.“Itu artinya kau adalah prioritas utama di hidupnya,” lanjut Valencia mengejek sambil tersenyum.“Tapi aku belum terbiasa.” Michelle mengulas senyuman ke

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 128: Perasaan yang Terlambat

    Sebelum berakhir di depan kamar inap itu, David telah lebih dulu mendatangi rumah Michelle. Pria itu tidak menaruh rasa curiga sedikit pun pada kesunyian yang mendominasi di bagian depan rumah Michelle.Hal itu sudah biasa David temukan setiap kali mendatangi kediaman itu. Namun, langkahnya yang ingin keluar berhenti ketika melihat Daniel sedang berkeliaran di sekitar halaman rumah.Rasa curiganya semakin menguat melihat Daniel yang didampingi seseorang memerhatikan sekitar dengan telitinya. David menduga seseorang itu adalah bodyguard Roland.Apa yang mereka lakukan? Apalagi tingkah mereka seperti mencari-cari sesuatu.Kalimat-kalimat itu membujuk David untuk segera beranjak dari sana. Dia dengan hati-hati mengemudikan mobilnya, berusaha keras tak memancing perhatian Daniel.Dan ketika berhasil berpindah di tempat yang aman, David berusaha mencari-cari seseorang yang ada di lingkungan perumah Michelle.Usahanya itu langsung membuahkan ketika berhasil mencegah langkah seseorang. Lewat

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 127: Di dalam Pelukan

    Pria yang selalu kejam dan tak berperasaan itu masih menangis tersedu di kaki Michelle. Dia tak malu memohon ampun dengan ironinya.Padahal selama Michelle mengenalnya tak pernah sekalipun Roland menunjukkan kelemahan apalagi sampai merendahkan diri.Roland sudah benar-benar berubah. Dia menunjukkan ketulusannya tanpa ragu. Dia pula yang melindungi serta menjaga Michelle yang terlilit dalam masalah.Keyakinan itu mendorong Michelle untuk tidak ada lagi alasan tidak memaafkan Roland.Wanita itu cukup kesulitan membujuk Roland yang masih memohon ampunan di kakinya. Sampai akhirnya Michelle berhasil menarik Roland dan menatap wajah pria itu yang dibasahi oleh air mata.Mata keabu-abuan yang terbiasa dingin itu diselimuti rona marah bercampur basahnya air mata. Senyar malu dan tak percaya diri mendominasi tatapan serta wajah tampan Roland.Dibandingkan mengukir senyuman atas ras puas di hati, Michelle lebih memilih membujuk Roland untuk naik ke ranjang sempit itu. Dan di ranjang itu, Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 126: Memohon Pengampunan

    Michelle sendiri masih terdiam menafsirkan arah pembicaraan diantara mereka. Keheningan yang membentang tidak membuatnya tenang dalam berpikir. Melainkan tenggelam dalam riak-riak canggung bercampur bingung oleh intimidasi tatapan Roland.Di dalam hati Michelle bertanya-tanya, apa Roland sudah mengetahui perihal Leah?Michelle memiliki firasat kuat jika pendapatnya itu tak salah. Tanpa peduli, dia mengalihkan pandangan ke arah meja di mana amplop cokelat itu berada. Kemudian dia kembali menatap Roland yang menanti jawaban.Pria itu adalah Roland—yang selalu mencari cara untuk memuaskan hati. Bisa dipastikan Roland sudah mencari tahu mengenai kehidupannya sampai berujung pada Leah.Ya! Michelle percaya diri pada kesimpulannya.“Michelle.”Roland memanggil lembut seperti membujuk seorang kekasih. Sentuhan bibirnya di punggung tangan Michelle turut serta merayu dengan cara sama, yaitu menciumi dengan hangat dan sayang.“Aku tidak akan menghakimimu. Tenang saja,” bisiknya penuh ironi.Per

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 125: Mendengar dengan Tenang

    Itu adalah hasil yang dinanti. Alih-alih merasakan kebahagian, segenap rasa bersalah dan penyesalan lebih mendominasi jiwa Roland.Roland menyadari sesuatu, apakah dia pantas menyandang status ayah dari Leah?Roland adalah tersangka utama yang mendorong Michelle ke dalam kesulitan hidup. Egonya menyakiti Michelle. Amarahnya menghardik Michelle sampai tak bisa berkutik. Keputusannya menjadi awal perubahan hidup Michelle yang mencekam.Dia mencampakkan Michelle dengan sadar, sampai terlahirlah Leah yang menjadi korban keduanya.“Aku memang bajingan,” gumamnya frustrasi menyalahkan diri.Lebih tepatnya, Roland adalah bajingan yang tak tahu malu karena masih mengharapkan perasaan Michelle.Tetapi menghindari apalagi menghilangkan permasalahan itu bukan jalan terbaik. Roland telah berniat membahas kabar itu dengan Michelle di waktu yang tepat dan tak menekan Michelle pada situasi yang merusak kenyamanannya.Dengan sesekali menahan sesak, Roland frustrasi dalam diam.Handphone yang bergeta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status