Share

Bab 85: Apa dia tahu?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 23:59:21

Lidah Roland mendecak ketika kesal Michelle tidak bisa dihubungi. Pria itu menjauhkan handphone yang menempel di sisi kiri, menggerutu kesal di dalam hati atas keinginan yang tidak tercapai.

Mata hazel-nya jatuh ke arah cufflink biru yang tersemat di pergelangan pada kemeja putih.

Walaupun diselimuti rasa kesal, Roland tak bisa menyangkal kekosongan yang dirasakan tanpa ada Michelle di dekatnya. Michelle adalah satu-satunya wanita yang mampu membolak-balikkan hati Roland, sampai rasanya saat itu Roland ingin nekat terbang ke Los Angeles dan memeluk Michelle sepuas hati.

Perdebatan yang terakhir kali terjadi sebelum dia kembali New York membuat Roland pesimis bisa melakukan itu. Jiwanya mengeluh mengingat sikap dingin dan kebencian Michelle yang begitu nyata. Roland dipaksa menunggu untuk bisa kembali menaklukkan hati Michelle.

“Saya mendapatkan kabar mengenai Nona Leah yang sudah kembali ke rumah siang tadi.”

Roland melirik Daniel yang bersuara mencuri perhatiannya. “Apa aku memiliki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isma Eni
ella kyakny
goodnovel comment avatar
Rennilianita Rusli
thor, plis update nya yg rutin dong...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 86: Ketukan Mengejutkan

    “Tidak ada siapa pun. Mungkin ada anjing peliharaan yang tidak sengaja bermain di sekitar sini.”“Tidak mungkin! Jelas-jelas suara langkah tadi adalah langkah manusia, bukan hewan.”Michelle menajamkan penglihatannya yang memindai keadaan teras depan. Dari ujung ke ujung di sekitar teras depan tersapu oleh penglihatan Michelle yang mengintai tajam seperti membidik mangsa.“Hewan peliharaan di sekitar sini tak pernah dilepas pada malam hari, Bibi Alins.” Bibir Michelle lanjut terbuka memberitahu.Michelle meyakini pendengarannya tidak salah. Bahwa suara langkah berderap itu miliki seseorang yang datang tanpa diketahui olehnya dan Alins. Sayangnya, dia kurang cepat membuka pintu. Sehingga tidak bisa mengetahui siapa seseorang yang tak sengaja menyenggol sebuah pot bunga di teras depan.Siapa seseorang yang datang? Apa dia mendengar pembicaraan Michelle dan Alins?Jika seseorang itu sampai tak sengaja menyenggol pot bunga, artinya dia terkejut mendengar pembicaraan Michelle bersama Alins.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 87: Buah Tangan Manis

    “Kau masih berani menunjukkan muka setelah semua yang kau lakukan?!”Perkataan Ella mempertegas sorot matanya yang dipenuhi kebencian. Bahkan seberkas rasa terkejut sebelumnya tak lagi menyelimuti, hanya didominasi emosi yang bercampur kebencian.“Mana mungkin aku melupakan seorang Ella.” Dia tertawa lemah dengan ekspresi tenang yang begitu menghina emosi Ella sekaligus menjengkelkan.Detik itu pula Ella ingin sekali keluar dari mobil. Dia ingin mencekik seseorang itu dan menyaksikan bagaimana tersiksanya dia di tangan Ella. Ada kepuasan tersendiri bagi Ella menyaksikan seseorang itu tersiksa serta memohon pengampunan kepadanya, sehingga kenangan menyakitkan yang seseorang itu berikan kepada Ella terbayar adil.Dia adalah Jemmy—mantan kekasih yang menghancurkan dunia Ella enam tahun lalu. Tersangka utama yang merenggut kemewahan hidup seorang Ella.Tak ada lagi keinginan Ella mencari tahu alasan Jemmy yang tega melakukan kejahatan padanya. Sebaliknya, dia merasa jijik dan ingin sekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 88: Permohonan

    Michelle langsung lompat dari ranjang tidur setelah memastikan suara yang memanggil di luar adalah Roland. Dia sampai kebingungan mengganti piyamanya yang seksi, hingga terburu-buru menutupi dengan sebuah kaos.“Apa yang kau lakukan di sini?” Michelle menyapa dengan napas tersengal akibat terburu-buru dan terkejut yang bercampur.Dengan tidak bersalahnya Roland mengulas senyum. Dia lebih tertarik memindai Michelle dari atas ke bawah, tergelitik mengkritik di dalam hati atas penampilan yang bisa diketahui sangat terburu-buru.“Aku ingin menjenguk, Leah.” Roland bersuara tenang.“Tengah malam seperti ini?”“Apa rumahmu ini rumah sakit? Sehingga ada batas waktu menjenguk?”“Justru karena ini rumahku, kau harus memberitahu sebelum ke sini! Kau tahu? Yang kau lakukan ini sangat mengganggu waktu istirahat orang! Kau mengetuk pintu dan bersuara keras memanggilku! Bagaimana jika tetanggaku terganggu karena kau berisik—”“Hei! Jangan buat keributan di tengah malam! Kalian mengganggu orang tidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 89: Naluri Seorang Ayah

    Leah yang merasa haus tak sengaja menjatuhkan segelas air di meja nakas. Rasa kantuk yang samar-samar memengaruhi membuatnya meraba-raba gelas itu hingga jatuh dan menimbulkan suara pecah begitu nyaring.Michelle langsung memeluk Leah yang menangis karena terkejut. Wanita itu menenangkan Leah lewat belaian, sementara Roland berinisiatif membersihkan pecahan kaca demi tak melukai siapa pun.“Tidak apa-apa, Leah tidak sengaja menjatuhkannya.” Michelle mengelus-elus Leah yang perlahan-lahan terhenti sesenggukan menangis.Leah menatap Michelle dengan wajahnya memerah dan basah oleh air mata. “Aku haus, tapi aku ngantuk. Aku tidak sengaja menjatuhkan gelasnya,” jelasnya terpatah-patah efek berhenti menangis yang tersedu-sedu.“Leah haus?” seruan lembut Roland yang seketika menarik perhatian Leah. Pria itu datang menghampiri dengan segelas air yang diambil dari dapur. “Minumlah perlahan-lahan,” lanjutnya menyerahkan segelas air itu kepada Leah.Leah tak menyia-nyiakan segelas air pemberian

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab: Jebakan yang Mengejutkan

    “Apa yang kau pikirkan?”Perkataan Roland membuat Michelle terkejut sampai bahunya terangkat. Wanita itu langsung berbalik dan panik menatap Roland yang sudah berada di dekatnya.“Kapan kau keluar dari kamar?” Michelle gugup bertanya.“Sejak kau keluar dari kamar.” Roland menanggapi tenang.Pria itu memerhatikan Michelle yang berusah keras menyembunyikan kegelisahan. Dia berpikir dalam ketenangannya. Tidak akan mudah bagi Roland mencari tahu apa yang Michelle pikirkan saat itu, sehingga dia mencari cara agar bisa menuntaskan rasa penasarannya.“Kau sudah mengantuk?”“Jika aku katakan “ya”, kau tidak akan mengizinkanku masuk ke kamar dan membiarkanku tidur.”Roland terkekeh lemah menanggapi sindiran sinis Michelle. “Aku membawa sebotol wine. Temani aku minum, setelah itu kau boleh tidur.”Michelle berusaha memercayai karena malas berdebat dengan Roland. Wanita itu melenggang tenang menuju dapur dan mengambil satu gelas wine.Seperti dulu, Michelle dengan terlatih membuka penutup botol w

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 91: Menggali Ingatan

    Handphone yang terus berdering di meja nakas telah membangunkan Michelle dari tidurnya. Wanita itu tersentak terbangun, namun sayangnya disambut oleh rasa pusing yang menyiksa.Michelle tak memaksakan diri, lebih dulu dia bergerak tenang lewat cara menjernihkan pandangan mata. Kedua tangannya di kepala sedang memijat-mijat lembut sembari mengusir pusing yang menyiksa. Dengan cara serupa pula Michelle menggali ingatan akan keberadaannya.Matanya yang terbuka telah sempurna memindai ruangan kamar di mana dirinya berada. Mentari pagi yang menyapa di luar beserta kicauan burung turut serta memberitahu jika hari telah berganti.Samar-samar Michelle mengingat kejadian sebelum dia berakhir di ranjang tidurnya. Dia sedang menemani Roland menikmati sebotol wine di meja makan.Semula Michelle tak tergoda ketika Roland menyuguhkan segelas wine. Dia tahu batasan diri yang hanya mampu menikmati dua gelas minuman beralkohol. Lebih dari itu, bisa dipastikan Michelle akan tumbang dan tak berdaya.Teta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 92: Cemas yang Mencekam

    Suara bel yang berbunyi tiba-tiba telah menyentak Michelle dari pemikirannya yang mencekam. Bersamaan dengan jantungnya tersentak kaget, tubuhnya sempat bergetar singkat. Michelle sempat lemas dan kehilangan saking cemasnya diri.Suara bel yang kembali membelai telinga menyadarkan Michelle. Sehingga dia tidak membuang waktu untuk membuka pintu.Apakah itu Leah? Apa Roland benar-benar tidak mengambil Leah?Pemikiran itu berputar ketika Michelle berjalan menuju pintu. Terlepas dari situasi yang tidak diketahui sebelum terbangun, Michelle berharap besar ingatannya itu keliru. Bahwa ketika mabuk dia tak memberitahu Roland perihal kebenaran Leah.“Hai, Michelle.”Mata Michelle membulat pada sosok tamu yang tersenyum menyapa di depan pintu yang dia buka. Saking terkejutnya, Michelle terpaku kaku menatap satu orang dewasa itu bersama sosok anak laki-laki di sebelahnya.“Maaf aku mengganggu pagi-pagi.” Dia—Valencia yang canggung menyapa Michelle.Bukan hanya itu, Valencia juga sama terkejutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 93: Apa yang Kau Sembunyikan?

    Valencia langsung berinisiatif membawa Leah beserta Axel ke kamar Leah. Keputusannya memisahkan kedua anak-anak itu sangat tepat demi tak melihat perdebatan orang dewasa yang tak bisa meredam emosi.“Bibi, apa Mommy dan Paman Roland itu musuhan?” tanya Leah menarik perhatian Valencia.Valencia yang berdiri memutuskan duduk di sebelah Leah—yang duduk di tepian ranjang. “Kenapa Leah bicara seperti itu?”“Aku sedih setiap kali melihat Mommy dan Paman Roland seperti itu. Seperti kemarin sewaktu meninggalkan acara ulang tahun Axel, Mommy dan Paman Roland juga bertengkar hampir mirip seperti itu. Padahal waktu aku ada di penthouse Paman Roland, Paman Roland bilang mau menjadikan Mommy sebagai pacarnya. Kenapa mereka jadi bertengkar setiap kali bertemu?”Valencia tidak terlalu terkejut mendengar cerita Leah yang berbicara naif. Walaupun tidak menjalin hubungan baik, dia mengetahui Roland akan berusaha memiliki pada hal-hal yang disukai. Dan melihat sikap Roland beberapa waktu belakangan, Vale

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

DMCA.com Protection Status