Home / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 86: Ketukan Mengejutkan

Share

Bab 86: Ketukan Mengejutkan

last update Last Updated: 2024-10-05 23:34:17
“Tidak ada siapa pun. Mungkin ada anjing peliharaan yang tidak sengaja bermain di sekitar sini.”

“Tidak mungkin! Jelas-jelas suara langkah tadi adalah langkah manusia, bukan hewan.”

Michelle menajamkan penglihatannya yang memindai keadaan teras depan. Dari ujung ke ujung di sekitar teras depan tersapu oleh penglihatan Michelle yang mengintai tajam seperti membidik mangsa.

“Hewan peliharaan di sekitar sini tak pernah dilepas pada malam hari, Bibi Alins.” Bibir Michelle lanjut terbuka memberitahu.

Michelle meyakini pendengarannya tidak salah. Bahwa suara langkah berderap itu miliki seseorang yang datang tanpa diketahui olehnya dan Alins. Sayangnya, dia kurang cepat membuka pintu. Sehingga tidak bisa mengetahui siapa seseorang yang tak sengaja menyenggol sebuah pot bunga di teras depan.

Siapa seseorang yang datang? Apa dia mendengar pembicaraan Michelle dan Alins?

Jika seseorang itu sampai tak sengaja menyenggol pot bunga, artinya dia terkejut mendengar pembicaraan Michelle bersama Alins.
Creamy Nyun_Nyun

Alins ... Danny ... pembicaraan kalian buat merinding lohh Ella ketakutan apa?

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 87: Buah Tangan Manis

    “Kau masih berani menunjukkan muka setelah semua yang kau lakukan?!”Perkataan Ella mempertegas sorot matanya yang dipenuhi kebencian. Bahkan seberkas rasa terkejut sebelumnya tak lagi menyelimuti, hanya didominasi emosi yang bercampur kebencian.“Mana mungkin aku melupakan seorang Ella.” Dia tertawa lemah dengan ekspresi tenang yang begitu menghina emosi Ella sekaligus menjengkelkan.Detik itu pula Ella ingin sekali keluar dari mobil. Dia ingin mencekik seseorang itu dan menyaksikan bagaimana tersiksanya dia di tangan Ella. Ada kepuasan tersendiri bagi Ella menyaksikan seseorang itu tersiksa serta memohon pengampunan kepadanya, sehingga kenangan menyakitkan yang seseorang itu berikan kepada Ella terbayar adil.Dia adalah Jemmy—mantan kekasih yang menghancurkan dunia Ella enam tahun lalu. Tersangka utama yang merenggut kemewahan hidup seorang Ella.Tak ada lagi keinginan Ella mencari tahu alasan Jemmy yang tega melakukan kejahatan padanya. Sebaliknya, dia merasa jijik dan ingin sekali

    Last Updated : 2024-10-06
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 88: Permohonan

    Michelle langsung lompat dari ranjang tidur setelah memastikan suara yang memanggil di luar adalah Roland. Dia sampai kebingungan mengganti piyamanya yang seksi, hingga terburu-buru menutupi dengan sebuah kaos.“Apa yang kau lakukan di sini?” Michelle menyapa dengan napas tersengal akibat terburu-buru dan terkejut yang bercampur.Dengan tidak bersalahnya Roland mengulas senyum. Dia lebih tertarik memindai Michelle dari atas ke bawah, tergelitik mengkritik di dalam hati atas penampilan yang bisa diketahui sangat terburu-buru.“Aku ingin menjenguk, Leah.” Roland bersuara tenang.“Tengah malam seperti ini?”“Apa rumahmu ini rumah sakit? Sehingga ada batas waktu menjenguk?”“Justru karena ini rumahku, kau harus memberitahu sebelum ke sini! Kau tahu? Yang kau lakukan ini sangat mengganggu waktu istirahat orang! Kau mengetuk pintu dan bersuara keras memanggilku! Bagaimana jika tetanggaku terganggu karena kau berisik—”“Hei! Jangan buat keributan di tengah malam! Kalian mengganggu orang tidu

    Last Updated : 2024-10-08
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 89: Naluri Seorang Ayah

    Leah yang merasa haus tak sengaja menjatuhkan segelas air di meja nakas. Rasa kantuk yang samar-samar memengaruhi membuatnya meraba-raba gelas itu hingga jatuh dan menimbulkan suara pecah begitu nyaring.Michelle langsung memeluk Leah yang menangis karena terkejut. Wanita itu menenangkan Leah lewat belaian, sementara Roland berinisiatif membersihkan pecahan kaca demi tak melukai siapa pun.“Tidak apa-apa, Leah tidak sengaja menjatuhkannya.” Michelle mengelus-elus Leah yang perlahan-lahan terhenti sesenggukan menangis.Leah menatap Michelle dengan wajahnya memerah dan basah oleh air mata. “Aku haus, tapi aku ngantuk. Aku tidak sengaja menjatuhkan gelasnya,” jelasnya terpatah-patah efek berhenti menangis yang tersedu-sedu.“Leah haus?” seruan lembut Roland yang seketika menarik perhatian Leah. Pria itu datang menghampiri dengan segelas air yang diambil dari dapur. “Minumlah perlahan-lahan,” lanjutnya menyerahkan segelas air itu kepada Leah.Leah tak menyia-nyiakan segelas air pemberian

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab: Jebakan yang Mengejutkan

    “Apa yang kau pikirkan?”Perkataan Roland membuat Michelle terkejut sampai bahunya terangkat. Wanita itu langsung berbalik dan panik menatap Roland yang sudah berada di dekatnya.“Kapan kau keluar dari kamar?” Michelle gugup bertanya.“Sejak kau keluar dari kamar.” Roland menanggapi tenang.Pria itu memerhatikan Michelle yang berusah keras menyembunyikan kegelisahan. Dia berpikir dalam ketenangannya. Tidak akan mudah bagi Roland mencari tahu apa yang Michelle pikirkan saat itu, sehingga dia mencari cara agar bisa menuntaskan rasa penasarannya.“Kau sudah mengantuk?”“Jika aku katakan “ya”, kau tidak akan mengizinkanku masuk ke kamar dan membiarkanku tidur.”Roland terkekeh lemah menanggapi sindiran sinis Michelle. “Aku membawa sebotol wine. Temani aku minum, setelah itu kau boleh tidur.”Michelle berusaha memercayai karena malas berdebat dengan Roland. Wanita itu melenggang tenang menuju dapur dan mengambil satu gelas wine.Seperti dulu, Michelle dengan terlatih membuka penutup botol w

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 91: Menggali Ingatan

    Handphone yang terus berdering di meja nakas telah membangunkan Michelle dari tidurnya. Wanita itu tersentak terbangun, namun sayangnya disambut oleh rasa pusing yang menyiksa.Michelle tak memaksakan diri, lebih dulu dia bergerak tenang lewat cara menjernihkan pandangan mata. Kedua tangannya di kepala sedang memijat-mijat lembut sembari mengusir pusing yang menyiksa. Dengan cara serupa pula Michelle menggali ingatan akan keberadaannya.Matanya yang terbuka telah sempurna memindai ruangan kamar di mana dirinya berada. Mentari pagi yang menyapa di luar beserta kicauan burung turut serta memberitahu jika hari telah berganti.Samar-samar Michelle mengingat kejadian sebelum dia berakhir di ranjang tidurnya. Dia sedang menemani Roland menikmati sebotol wine di meja makan.Semula Michelle tak tergoda ketika Roland menyuguhkan segelas wine. Dia tahu batasan diri yang hanya mampu menikmati dua gelas minuman beralkohol. Lebih dari itu, bisa dipastikan Michelle akan tumbang dan tak berdaya.Teta

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 92: Cemas yang Mencekam

    Suara bel yang berbunyi tiba-tiba telah menyentak Michelle dari pemikirannya yang mencekam. Bersamaan dengan jantungnya tersentak kaget, tubuhnya sempat bergetar singkat. Michelle sempat lemas dan kehilangan saking cemasnya diri.Suara bel yang kembali membelai telinga menyadarkan Michelle. Sehingga dia tidak membuang waktu untuk membuka pintu.Apakah itu Leah? Apa Roland benar-benar tidak mengambil Leah?Pemikiran itu berputar ketika Michelle berjalan menuju pintu. Terlepas dari situasi yang tidak diketahui sebelum terbangun, Michelle berharap besar ingatannya itu keliru. Bahwa ketika mabuk dia tak memberitahu Roland perihal kebenaran Leah.“Hai, Michelle.”Mata Michelle membulat pada sosok tamu yang tersenyum menyapa di depan pintu yang dia buka. Saking terkejutnya, Michelle terpaku kaku menatap satu orang dewasa itu bersama sosok anak laki-laki di sebelahnya.“Maaf aku mengganggu pagi-pagi.” Dia—Valencia yang canggung menyapa Michelle.Bukan hanya itu, Valencia juga sama terkejutny

    Last Updated : 2024-10-11
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 93: Apa yang Kau Sembunyikan?

    Valencia langsung berinisiatif membawa Leah beserta Axel ke kamar Leah. Keputusannya memisahkan kedua anak-anak itu sangat tepat demi tak melihat perdebatan orang dewasa yang tak bisa meredam emosi.“Bibi, apa Mommy dan Paman Roland itu musuhan?” tanya Leah menarik perhatian Valencia.Valencia yang berdiri memutuskan duduk di sebelah Leah—yang duduk di tepian ranjang. “Kenapa Leah bicara seperti itu?”“Aku sedih setiap kali melihat Mommy dan Paman Roland seperti itu. Seperti kemarin sewaktu meninggalkan acara ulang tahun Axel, Mommy dan Paman Roland juga bertengkar hampir mirip seperti itu. Padahal waktu aku ada di penthouse Paman Roland, Paman Roland bilang mau menjadikan Mommy sebagai pacarnya. Kenapa mereka jadi bertengkar setiap kali bertemu?”Valencia tidak terlalu terkejut mendengar cerita Leah yang berbicara naif. Walaupun tidak menjalin hubungan baik, dia mengetahui Roland akan berusaha memiliki pada hal-hal yang disukai. Dan melihat sikap Roland beberapa waktu belakangan, Vale

    Last Updated : 2024-10-11
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 94: Meminta Bantuan

    Roland membiarkan Michelle melarikan diri dari pertanyaannya. Dia tak menahan Michelle yang mengunci diri di kamar dengan alasan ingin bersiap-siap.Roland merekam jelas di memori ingatannya mengenai semua perkataan yang Michelle ucapkan dalam keadaan mabuk. Dalam keterkejutan yang mengguncang mental dan pikiran, Roland sempat berulang kali bertanya pada Michelle yang sudah dipindahkan ke ranjang tidur.Di dalam pelukan Roland, Michelle yang mabuk dan mengantuk jelas-jelas mengatakan jika Leah adalah putri kandung Roland.Mengapa Michelle merahasiakan fakta itu? Mengapa Michelle mengumbar kebohongan mengenai sosok ayah Leah yang sudah meninggal sebelum Leah dilahirkan?Roland tak bisa tidur karena otaknya berpikir keras mencari jawaban. Pria itu menatap Michelle yang tertidur di pelukannya, berusa menyelami semua sikap Michelle yang selalu waspada terhadap dirinya.Roland terpaksa mengakui bahwa dia telah mengecewakan dan menyakiti Michelle enam tahun lalu. Sehingga Michelle memutuskan

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 133: Firasat

    ~ Beberapa hari kemudian ~Michelle mengantongi izin pulang setelah dokter memastikan kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Beberapa luka yang menggores di tubuhnya pun mulai menutup, termasuk luka memar di tangan juga sepenuhnya memudar.Meskipun sudah bisa bergerak bebas seperti biasa, Michelle tak diizinkan turun dari ranjangnya. Wanita itu hanya diperbolehkan duduk di sana.Dan tidak usah ditanyakan siapa pelaku yang membuat Michelle kesal. Dia adalah Roland—yang sibuk merapikan barang-barang milik Michelle ke dalam sebuah tas.“Kita akan lebih dulu menjemput Leah di rumah Valen, lalu setelah itu kita akan ke penthouse-ku.” Roland dengan tenangnya memberitahu sembari menyelesaikan kegiatannya merapikan barang-barang ke dalam tas.“Maksudmu dengan kita? Apa aku dan Leah juga akan ke penthouse-mu?” Michelle memprotes, sementara matanya telah menatap tajam pada Roland yang berakhir menatapnya.Sebelum bersuara, lebih dulu Roland mengancingkan tas berisi barang-barang Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 132: Apa Kau Siap?

    Tidur yang Roland inginkan adalah berbaring di samping Michelle dengan tangannya menggenggam tangan Michelle. Kehangatan dari jemari yang menyatu mampu menghibur Roland yang menatap dingin langit-langit kamar inap itu.Keinginan sederhana itu membuat jiwa Michelle gelisah. Dia bertanya-tanya di dalam hati dan mulai menerka-nerka masalah apa yang Roland hadapi.Sebelum meninggalkannya bersama Valencia, Michelle mengingat Roland yang menerima telepon. Jika telepon itu berkaitan dengan pekerjaan, Roland tak akan ambil pusing sampai emosinya tak terkendali. Sehingga Michelle menyimpulkan jika telepon itu berkaitan dengan seseorang yang mampu menguras emosi seorang Roland Archer.“Tadi aku menghabiskan makananku.”Alih-alih menanyakan langsung, Michelle sengaja berbasa-basi demi bisa membangun suasana berbicara dengan Roland.Suara tawa ringan Roland merespon, sekaligus berhasil memancing perhatiannya yang lama membisu pasca ciuman erotis beberapa waktu lalu.“Kau memang harus makan dengan

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 131: Keinginan yang Mendesak

    Di taman yang berada di halaman belakang rumah sakit, Roland menata perasaannya. Beberapa puntung rokok dari sebungkus rokok yang dibeli telah dihisap.Meskipun terlihat menikmati bagaimana reaksi rokok tersebut, ekspresi dingin penuh kebencian tak bisa Roland sembunyikan. Dia masih sulit menenangkan pikirannya dari keributan beberapa waktu lalu.David terang-terangan menyesal dan mengaku tersakiti. Dia merasa paling tak beruntung karena tak mendapatkan balasan perasaan dari Michelle.Kesimpulan itu yang membuat Roland naik pitam sampai menimbulkan sebongkah kebencian yang kokoh. Namun di sisi lain, timbul seberkas kekecewaan atas akhir hubungan pertemanan yang terjalin.Bagaimanapun David pernah menghibur Roland yang hancur lebur di masa lalu.Setelah mengembuskan asap dari rokok yang dihisap, Roland berjalan meninggalkan tempat itu. Selain sudah cukup mengatur perasaannya, Roland merasa sudah lama meninggalkan Michelle. Sehingga dia bergegas menemui Michelle.Ada setitik perubahan a

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 130: Penyesalan Di akhir

    Langkah kaki Roland begitu tak sabar dan tergesa-gesa. Dia sampai tak peduli pada orang-orang yang tidak sengaja tertabrak apalagi meminta maaf.Emosinya memuncak sampai tak bisa diredupkan sedikit pun setelah menjawab telepon dari David. Entah sengaja memprovokasinya keluar dari kamar itu atau tidak, amarah dan kebencian Roland seketika menggelegak setelah mendengarkan ucapan David.David ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Michelle.Bukan penolakan yang Roland sampaikan, melainkan keinginan bertemu secara empat mata. Dan David menentukan parkiran bawah tanah rumah sakit itu yang sepi tanpa adanya orang-orang.Keputusan Roland tak ingin mengotori tangan dan pandangannya telah lenyap sepenuhnya. Rasa muak yang memuncak dan keinginan amarah untuk dilampiaskan terdorong semakin kencang ketika melihat David keluar dari mobilnya. Logika Roland telah porak-poranda oleh emosi melihat eksepresi muram David.Bugh!Pukulan keras dari tangan Roland menyapa David dengan segenap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 129: Sapaan Baru

    Tanpa peduli pada handphone-nya yang Roland kembalikan, Michelle masih betah menatap Roland yang pergi meninggalkannya bersama Valencia.Wanita itu penasaran pada si penelepon yang merubah suasana hati Roland. Tanpa curiga pada apa pun, Michelle berpendapat jika panggilan telepon itu berkaitan dengan pekerjaan.“Padahal pekerjaannya sangat banyak. Tapi dia lebih memilih merawatku dan mengambil cuti tahunan,” Michelle bergumam lemah dengan naifnya.Valencia tersenyum lemah mendengarkan gumaman itu. “Harusnya kau bahagia karena Kak Roland lebih memilihmu dibandingkan pekerjaannya.”Nampan berisi makanan yang Valencia bawa berakhir di letakkan di meja nakas bersebelahan dengan ranjang pasien. Kemudian Valencia mengantur ranjang itu lewat satu tombol di ujung kasur yang berakhir membuat posisi Michelle menjadi duduk tanpa harus bergerak.“Itu artinya kau adalah prioritas utama di hidupnya,” lanjut Valencia mengejek sambil tersenyum.“Tapi aku belum terbiasa.” Michelle mengulas senyuman ke

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 128: Perasaan yang Terlambat

    Sebelum berakhir di depan kamar inap itu, David telah lebih dulu mendatangi rumah Michelle. Pria itu tidak menaruh rasa curiga sedikit pun pada kesunyian yang mendominasi di bagian depan rumah Michelle.Hal itu sudah biasa David temukan setiap kali mendatangi kediaman itu. Namun, langkahnya yang ingin keluar berhenti ketika melihat Daniel sedang berkeliaran di sekitar halaman rumah.Rasa curiganya semakin menguat melihat Daniel yang didampingi seseorang memerhatikan sekitar dengan telitinya. David menduga seseorang itu adalah bodyguard Roland.Apa yang mereka lakukan? Apalagi tingkah mereka seperti mencari-cari sesuatu.Kalimat-kalimat itu membujuk David untuk segera beranjak dari sana. Dia dengan hati-hati mengemudikan mobilnya, berusaha keras tak memancing perhatian Daniel.Dan ketika berhasil berpindah di tempat yang aman, David berusaha mencari-cari seseorang yang ada di lingkungan perumah Michelle.Usahanya itu langsung membuahkan ketika berhasil mencegah langkah seseorang. Lewat

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 127: Di dalam Pelukan

    Pria yang selalu kejam dan tak berperasaan itu masih menangis tersedu di kaki Michelle. Dia tak malu memohon ampun dengan ironinya.Padahal selama Michelle mengenalnya tak pernah sekalipun Roland menunjukkan kelemahan apalagi sampai merendahkan diri.Roland sudah benar-benar berubah. Dia menunjukkan ketulusannya tanpa ragu. Dia pula yang melindungi serta menjaga Michelle yang terlilit dalam masalah.Keyakinan itu mendorong Michelle untuk tidak ada lagi alasan tidak memaafkan Roland.Wanita itu cukup kesulitan membujuk Roland yang masih memohon ampunan di kakinya. Sampai akhirnya Michelle berhasil menarik Roland dan menatap wajah pria itu yang dibasahi oleh air mata.Mata keabu-abuan yang terbiasa dingin itu diselimuti rona marah bercampur basahnya air mata. Senyar malu dan tak percaya diri mendominasi tatapan serta wajah tampan Roland.Dibandingkan mengukir senyuman atas ras puas di hati, Michelle lebih memilih membujuk Roland untuk naik ke ranjang sempit itu. Dan di ranjang itu, Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 126: Memohon Pengampunan

    Michelle sendiri masih terdiam menafsirkan arah pembicaraan diantara mereka. Keheningan yang membentang tidak membuatnya tenang dalam berpikir. Melainkan tenggelam dalam riak-riak canggung bercampur bingung oleh intimidasi tatapan Roland.Di dalam hati Michelle bertanya-tanya, apa Roland sudah mengetahui perihal Leah?Michelle memiliki firasat kuat jika pendapatnya itu tak salah. Tanpa peduli, dia mengalihkan pandangan ke arah meja di mana amplop cokelat itu berada. Kemudian dia kembali menatap Roland yang menanti jawaban.Pria itu adalah Roland—yang selalu mencari cara untuk memuaskan hati. Bisa dipastikan Roland sudah mencari tahu mengenai kehidupannya sampai berujung pada Leah.Ya! Michelle percaya diri pada kesimpulannya.“Michelle.”Roland memanggil lembut seperti membujuk seorang kekasih. Sentuhan bibirnya di punggung tangan Michelle turut serta merayu dengan cara sama, yaitu menciumi dengan hangat dan sayang.“Aku tidak akan menghakimimu. Tenang saja,” bisiknya penuh ironi.Per

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 125: Mendengar dengan Tenang

    Itu adalah hasil yang dinanti. Alih-alih merasakan kebahagian, segenap rasa bersalah dan penyesalan lebih mendominasi jiwa Roland.Roland menyadari sesuatu, apakah dia pantas menyandang status ayah dari Leah?Roland adalah tersangka utama yang mendorong Michelle ke dalam kesulitan hidup. Egonya menyakiti Michelle. Amarahnya menghardik Michelle sampai tak bisa berkutik. Keputusannya menjadi awal perubahan hidup Michelle yang mencekam.Dia mencampakkan Michelle dengan sadar, sampai terlahirlah Leah yang menjadi korban keduanya.“Aku memang bajingan,” gumamnya frustrasi menyalahkan diri.Lebih tepatnya, Roland adalah bajingan yang tak tahu malu karena masih mengharapkan perasaan Michelle.Tetapi menghindari apalagi menghilangkan permasalahan itu bukan jalan terbaik. Roland telah berniat membahas kabar itu dengan Michelle di waktu yang tepat dan tak menekan Michelle pada situasi yang merusak kenyamanannya.Dengan sesekali menahan sesak, Roland frustrasi dalam diam.Handphone yang bergeta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status