Beranda / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 60: Salah Paham Michelle

Share

Bab 60: Salah Paham Michelle

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 16:55:43

“Sebaiknya kita ke kantor polisi sekarang!”

Michelle tak bisa tenang ketika waktu sudah hampir menuju sepuluh malam Leah juga belum kembali apalagi ditemukan. Padahal sebelumnya wanita cantik itu masih bisa berpikir jernih dengan tidak terburu-buru mengambil keputusan.

Alins dan Danny yang ada di sana terlihat tak setuju pada keputusan Michelle. Terutama Alins, sehingga dia tak ragu mencegah Michelle yang sudah beranjak dari duduknya.

“Kita tunggu lima belas sampai tiga puluh menit lagi.”

Michelle terhenti dari keinginannya menuju ke kamar mengambil dompet, kemudian menoleh ke arah Alins yang duduk di sebelah Danny.

“Ini sudah hampir jam sepuluh malam, Bibi Alins. Bagaimana jika terjadi sesuatu hal buruk dengan Leah?” protesnya bernada kesal.

“Tidak terjadi hal buruk pada Leah, karena dia adalah anak yang pintar.” Alins berusaha menenangkan Michelle ketika berjalan mendekati. “Kita pasti sudah mendapatkan telepon jika Leah mengalami hal yang buruk. Buktinya sampai sekarang kita belum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
sisca melia
kapan up lagi thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 61: Pengakuan

    Kaki Roland melangkah santai menuju pintu masuk ketika menyambut Michelle yang datang bersama pihak keamanan gedung. Wajah tampan yang tenang mendominasi pandangan Michelle. Padahal dibalik ketenangannya, Roland sedang menyembunyikan rasa senang yang memuncak bertemu dengan Michelle.“Kau sudah datang?” Roland membuka bibirnya untuk basa-basi bertanya.“Di mana kau sembunyikan anakku?” Michelle yang bersuara sinis telah memecahkan ketenangan Roland.Pria itu memindai ekspresi Michelle dan menyadari bahwa wanita di depannya itu sedang dalam emosi tak terbendung.“Kau menuduhku menyembunyikan anakmu?” Roland mengulas senyuman kesal yang tak mampu tertahan.“Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau rencanakan karena aku tidak menuruti keinginanmu?” Michelle bersuara lantang menuduh Roland yang terheran menatap. Dia juga tak tak ragu menunjukkan kebencian yang nyata di wajahnya.“Aku mengenalmu dengan baik, Roland! Kau akan melakukan apa pun demi mencapai kepuasanmu! Kau tidak peduli pada per

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 62: Jangan Coba-Coba Kabur!

    Tubuh kecil Michelle begitu pas di pelukan Roland. Sehingga ketika Roland membalikkan posisi, Michelle tak terlihat lagi oleh David yang terdiam dan penasaran.Desahan berat Roland perlahan mengalir ke wajah Michelle yang merona merah dan menatapnya marah. Dia tak berkedip menatap Michelle yang terengah-engah setelah ciuman panas terhenti.Pikiran Roland sepenuhnya tertuju pada Michelle yang tenggelam di pelukannya. Michelle yang menatapnya penuh kebencian dinilai cantik dan menarik bagi Roland. Ekspresi itu tidak pernah Roland temukan ketika dulu Michelle masih setia berada di sisinya.“Seharusnya katakan saja jika kau sedang bersenang-senang. Jadi, aku tidak meneruskan langkahku sampai ke sini.” David sengaja bersuara memecahkan perhatian RolandRoland mendecakkan kesal, namun tak berniat berpaling ke belakang menatap David. “Kau yang memaksa datang ke sini.”“Sudahlah! Aku mau pulang saja.”David memutuskan tidak ingin menjadi pengganggu dari situasi panas di sana. Walaupun sebenarn

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 63: Aroma yang Sama

    Michelle menenangkan perasaannya setelah Roland meninggalkannya sendirian di depan pintu. Wanita itu berusaha keras menyingkirkan segala erotisme yang menguasai pikirannya.Roland benar-benar brengsek! Pikiran Michelle hampir terprovokasi oleh sentuhan-sentuhan Roland. Ciuman beserta keahlian bibir Roland yang menjamah membuat Michelle bernostalgia pada kenangan enam tahun lalu.Anehnya selama terintimidasi jamahan Roland, jantung Michelle berdebar kencang tak seperti sebelumnya. Ada sebuah getaran di jiwa yang berbeda dari sebuah desakan kemarahan.Ah, tidak! Lebih baik fokus pada tujuannya dan jangan memikirkan hal yang tidak berguna.Pemikiran itu Michelle tegaskan pada diri ketika menggeleng-gelengkan kepala. Setelahnya Michelle pelan-pelan menarik handle pintu yang sejak tadi digenggam. Pelan-pelan pula Michelle mendorong daunnya sampai sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi.Dan lagi-lagi, usaha Michelle berkonsentrasi pada tujuan gagal total.Aroma maskulin yang menguasai ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 64: Jangan Membencinya

    Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sudah terbuai oleh ciuman Roland? Bagaimana jika Celine tahu bahwa Michelle sedang berada di kamar Roland? Dia pasti akan memekik kesal dengan suaranya menyakiti gendang telinga Michelle.Michelle menghela napas kasar karena kesal pada mulut Celine yang cerewet. “Kami tidur di kamar tamu dan aku sudah mengunci kamar ini,” ujar Michelle yang terpaksa berbohong.“Si brengsek itu bisa saja membukanya dengan kunci cadangan seperti yang terjadi di film-film. Jadi, kau juga harus menahan pintu dengan meja atau benda lainnya yang membuat pintu itu sulit dibuka dari luar! Kau harus pertahankan keamananmu dan Leah selama berada di sana, Michelle! Kalau bisa pun kau jangan sampai tidur lelap demi waspada di sana. Ingat ya, Michelle! Kau dan Leah sedang berada di kandang singa—”Jeduarr! Suara petir yang kembali terdengar telah mendikte pembicaran dalam sambungan telepon itu. Secara tidak langsung Michelle didikte untuk menyudahi pembicaraan itu.“Kau te

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 65: Tidak Ragu-Ragu

    Butuh beberapa waktu David menafsirkan pernyataan Roland. Pikirannya menelan satu persatu, mengartikannya secara berurut demi tak terselip satu pun kata yang bisa saja disalahpahami.Di dalam keheningan diri, David berharap bahwa semua penafsiran itu sepenuhnya salah. Batinnya juga berharap telinganya telah salah mendengar.Namun, berulang kali David menyangkal hasil penafsirannya itu tetap tidak berubah. Semua yang didengar dan situasi itu adalah kenyataan.“Sebelum kau, aku lebih dulu tahu bagaimana kinerja Michelle. Dia adalah pekerja keras yang disiplin. Dia selalu membuatku puas sampai aku serakah terhadap dirinya.”Perkataan Roland memukul mundur ingatan David pada di mana komunikasi mereka merenggang. David tidak mengetahui pasti kehidupan pribadi Roland sebelum menikahi Ella. Yang David tahu Roland adalah bussinesman sukses yang disegani.Komunikasi mereka kembali intens ketika mereka bertemu di sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Momen itu bertepatan Roland telah berpisah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 66: Sejenak Melepas Rindu

    Gelas wine yang isinya tidak habis dinikmati masih dipandangi oleh Roland. Dia masih belum beranjak dari ruangan kerja setelah David memutuskan pergi. Pria itu masih bergelut dalam pemikiran terhadap respon David yang pergi tanpa berkata-kata.Kejujuran Roland saat itu merupakan spontanitas yang tidak dapat dicegah. Dia menilai menyembunyikan semua fakta hubungannya dengan Michelle dari David adalah hal yang sia-sia dilakukan.Sesuatu yang setengah mati ditutupi akan terbuka suatu hari nanti. Roland berpikir tak ingin mengulur waktu dan merusak segalanya di masa depan. Lebih baik dia memberitahu David demi perasaan David tak terlalu jauh terhadap Michelle.Roland tak masalah bersaing secara terbuka dengan David. Yang terpenting baginya David sudah mengetahui hubungan dan perasaannya terhadap Michelle. Setidaknya Roland masih bersikap ramah kepada David.Gelas wine beserta botol wine yang masih terisi hampir penuh itu ditinggalkan begitu saja oleh Roland. Dia merasa lelah dan ingin men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 67: Pagi yang Mesra

    Deringan handphone begitu berisik mengusik telinga Michelle. Wanita cantik itu terbangun dari tidurnya yang nyaman demi bisa menghentikan suara mengganggu itu.Michelle tersentak ketika terbangun. Matanya melebar sempurna setelah menyadari bahwa dia tidak berada di kamar tidurnya sendiri.Bagaimana bisa Michelle tertidur nyenyak tanpa waspada sedikit pun? Apalagi Michelle tertidur di kamar Roland.Batinnya telah menghina diri yang lalai. Michelle segera bangkit dari tidurnya setelah melihat sinaran matahari mendesak masuk dari sela-sela tirai yang masih menutup jendela kaca.Namun, keinginan itu tertunda oleh Leah yang tak lagi ditemukan di ranjang tidur itu. Handphone di meja nakas yang masih bersuara pun masih berisik menarik perhatian Michelle.“Celine?!” suara serak Michelle menyahut telepon masuk dari Celine.“Kau baru bangun, Michelle?” Celine terdengar sedikit terkejut.“Ini masih pagi, Celine. Kenapa kau meneleponku?” Michelle sengaja bersikap tenang demi menyembunyikan kegelis

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 68: Tersudut

    Menggelikan! Roland masih belum bisa mempercayai mulutnya mengeluarkan kata manis yang merayu. Seumur hidup dia hanya melakukan hal itu kepada ibunya, di mana dia akan merayu ibunya yang marah setiap kali melakukan kesalahan.Mungkin semua itu karena Michelle. Ditambah lagi Roland menyadari perasaannya terhadap Michelle, sehingga tak ada keraguan mulut Roland melepaskan kata manis yang merayu.Bibirnya yang habis menyereput kopi sedang tipis-tipis menyunggingkan senyuman. Wajah tampannya pun ikut cerah, tak sekelam biasanya. Sementara itu mata hazel-nya menyorot hangat Leah yang duduk di sebelahnya pada sofa panjang di ruangan santai. Memandangi gadis kecil itu yang sibuk memeriksa boneka hasil dari memainkan permainan di mall kemarin.Tangannya tergerak sendiri meraup tubuh Leah kemudian didudukkan di pangkuannya. Pria itu juga tak permisi ketika menciumi pipi Leah karena gemas.“Paman sayang sekali padaku?” tanya Leah tersenyum.Terlepas dari fakta Leah adalah anaknya Michelle, Rola

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

DMCA.com Protection Status