Beranda / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 49: Masih Mencintai Dia?

Share

Bab 49: Masih Mencintai Dia?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-12 23:45:27

“Argghhh! Minum bir dingin saat lelah adalah pilihan yang sempurna!”

Michelle tersenyum sinis mengejek Celine yang berdecak senang pada sekaleng bir. Wanita cantik yang mengenakan piyama itu telah berhasil menidurkan putrinya. Dia berakhir duduk di meja makan bersama Celine yang mengajaknya.

“Kau tidak mau minum, Michelle?” tanya Celine yang berhasil menghabiskan kaleng pertama bir yang dibawanya sendiri.

“Besok aku bekerja, aku tidak mau bangun kesiangan.” Michelle menolak.

“Kau harus meningkatkan level daya minummu, Michelle. Apa yang kau minum saat menemani bosmu dalam jamuan bisnis?” sorot mata sinis Celine begitu nyata mengejek Michelle.

Wanita itu selalu kesal setiap kali menikmati alkohol bersama Michelle, dia tidak memiliki teman yang sebanding. Dia selalu minum dan berakhir mabuk sendirian. Sedangkan Michelle selalu menonton dan membantunya yang mabuk.

Walau seperti itu, Celine pernah beberapa kali berada di posisi Michelle. Dia menonton Michelle yang mabuk hanya dalam dua ge
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 50: Aku yang Akan Datang

    ~ Beberapa hari kemudian ~Di meja makan, Michelle tak henti-hentinya menatap handphone-nya yang di letakkan di sebelah piring. Sejak duduk dia tidak fokus menikmati sarapan, berulang kali Michelle memegang handphone kemudian meletakkan dan menatapnya intens.“Kau menunggu telepon dari siapa?” Celine menegur karena sudah risih.“A-aku hanya memeriksa email,” jawab Michelle gugup.“Mom, besok Axel berulang tahun. Aku ingin membeli hadiah untuknya. Mommy sudah janji akan menemaniku membeli kado Axel.” Leah dengan naifnya menagih janji.“Mommy akan pulang cepat hari ini agar bisa menemanimu. Tapi, tidak apa-apa kan pulang sekolah nanti kau dijemput oleh Bibi Celine?” tanya Michelle lembut pada Leah yang duduk di sebelahnya.Leah mengangguk. “Tidak masalah, Mom!”“Kalau begitu cepat habiskan sarapanmu agar tidak terlambat ke sekolah.”Senyuman manis Michelle lenyap setelah Leah memalingkan wajah. Perhatiannya pun kembali fokus pada handphone yang layarnya sengaja dinyalakan, memeriksa sebu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 51: Janji yang Dibatalkan

    Di meja kerjanya, Michelle sedang memijat kepalanya yang pusing. Kepalanya sakit setelah berdebat dengan Roland keras kepala.Awalnya, Michelle yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan dibuat terkejut oleh Roland yang menghubungi. Jantungnya berdebar dan merasa gugup sampai bingung menyapa seperti apa. Michelle yang berhasil menata perasaannya berakhir lembut menjawab telepon itu.Tetapi, kelembutannya itu disambut keegoisan Roland yang tak terbantah.Jantung Michelle tak berhenti dibuat tenang oleh Roland yang ingin datang ke rumah. Sehingga dengan terpaksa Michelle menyetujui bahwa dia yang akan datang ke tempat Roland.Michelle telah berjanji akan menemani Leah membeli hadiah untuk Axel. Tapi, realitanya Michelle harus memenuhi permintaan Roland.Michelle terpaksa membatalkan janjinya pada Leah?Sungguh! Michelle tak sanggup membayangkan rasa kecewa putrinya. Pekan lalu Michelle telah melakukan hal serupa dan kali ini pun dia kembali melakukannya. Dan semua itu karena satu orang e

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 52: Tolong Aku Paman!

    Taksi yang ditumpangi telah mengantarkan Michelle di depan gedung mewah yang berada di kawasan elite, di mana gedung itu bersebelahan dengan mall ternama di pusat kota Los Angeles.Michelle sangat tahu kawasan itu adalah hunian mewah dari orang-orang berduit. Dan tidak mengherankan jika Roland memiliki tempat tinggal di salah satu gedung mewah itu.Hanya saja, Michelle dihantui perasaan bersalah ketika melihat mall megah di sebelah gedung. Dia kembali dihantui perasaan bersalah pada Leah.Michelle keluar dari taksi setelah membayar ongkos kepada sopir. Wanita cantik yang masih memakai pakaian blouse formal itu berjalan ke dalam gedung.“Nona Michelle Loiuse?” sapa seorang pria di lobby gedung.Michelle menoleh dan memindai pria berjas rapi itu. Dia mengingat pria itu adalah salah satu asisten pribadi Roland yang menemani di malam kecelakaan waktu itu.“Ya?!” Michelle menyahut tenang.“Saya asisten pribadi Tuan Roland. Beliau menyuruh saya untuk menjemput Anda di sini dan mengantar Anda

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 53: Perasaan Tidak Asing

    Celine menjambak rambutnya karena frustrasi tak bisa menemukan Leah. Dia sudah memucat, sementara matanya masih sibuk mencari-cari keberadaan Leah dalam kerumunan pengunjung.Padahal Celine tidak begitu lama meninggalkan Leah. Dia sampai terburu-buru di toilet demi tak terlalu lama membiarkan Leah sendiri. Namun, Celine berujung panik tidak menemukan Leah di depan ruangan toilet.“Apa Leah sudah bertemu dengan Michelle, ya?” Celine berpendapat sendirian.Wanita itu baru teringat untuk memastikan langsung dengan cara menghubungi Michelle. Sehingga tanpa menunda Celine mengambil handphone-nya dari tas yang dipakai.Ketika nada sambung terdengar, Celine tak menyadari telah menggigit kuku dari ibu jarinya. Itu adalah kebiasaan Celine ketika dalam dirundung rasa gelisah.“Ya, Celine?!”“Leah sudah kau jemput, ya?” Celine langsung menyahut dengan nada cepat.Tanpa diketahui oleh Celine, Michelle sudah diserang kebingungan yang nyata. “Apa maksudmu?”“Jangan bercanda ya, Michelle! Aku sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 54: Leah yang Menarik

    “Tuan, Tuan Besar sedang menuju ke sini.”Roland seketika tersadar oleh perkataan Daniel yang mengejutkan. Dia menoleh, mendapati Daniel baru saja menurunkan handphone dari sisi kirinya sementara matanya sudah menatap cemas.“Kau sudah katakan padanya jika aku tidak ingin diganggu?” Roland melayangkan tatapan tajam sembari berdiri tegak.“Saya sudah memberitahu beliau, Tuan.”Lidah Roland mendecak kesal, sementara di dalam hati dia telah menggerutu marah. Dia sangat tahu ayahnya tidak akan tinggal diam jika keinginannya tidak terpenuhi. Roland tidak heran Jullian akan menyusulnya dan mungkin saja nanti akan memaksa.Hanya saja, dia yang sudah lelah tidak bisa diberi waktu menenangkan diri. Emosinya terus dipermainkan oleh orang-orang yang egois. Selain itu, keberadaan gadis kecil yang menatapnya naif bisa menimbulkan permasalahan baru.“Kau tunggu si tua itu di depan lift, katakan padanya aku sedang menerima telepon penting. Aku akan menyembunyikan anak ini di ruang kerjaku,” titah Ro

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 55: Permintaan Leah

    Leah sudah menekuk wajahnya yang memerah marah, sementara bibir mungilnya sedikit mengerucut karena kesal.“Paman! Ini bukan waktunya Paman bertanya-tanya padaku! Seharusnya saat ini Paman menepati janji padaku!” Leah bersungut-sungut kesal dengan kedua tangan berkacak pinggang.Bibir Roland berkedut bersamaan dengan jiwanya tergilitik oleh tingkah Leah. Pria tampan yang masih memakai setelan jas itu tertawa lemah kemudian duduk di sebelah Leah.“Kau yang sekecil ini berani memprotesku?!” Roland mencubit gemas pipi Leah.Leah menepis kesal dengan wajah masam. “Aku bukan anak kecil, Paman! Usiaku sudah lima tahun.”Roland kembali tertawa menanggapi dan mencubit gemas Leah, tak peduli bagaimana sebelumnya Leah telah menepis tangannya. “Siapa namamu? Dari tadi aku belum tahu namamu.”Leah mendengkus kesal, sementara matanya telah memicing kesal. “Paman benar-benar tidak tahu siapa aku?”Roland menggeleng. “Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya padamu.”“Baiklah! Tapi, Paman harus janji k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 56: Putus Asa

    Secara spontanitas Roland mengembuskan napas lemah yang penuh penyesalan. Dia benar-benar tidak ingin menciptakan kesedihan pada gadis kecil itu.“Sebenarnya di mall tadi aku tidak sedang bersembunyi dari tante penculik. Aku sedang bersembunyi dari teman mommy-ku,” jelas Leah yang mengaku jujur.“Kenapa kau melakukan itu? Bagaimana jika tadi yang menolongmu bukan aku?” Roland menagih penjelasan.“Hari ini Mommy sudah berjanji menemaniku membeli hadiah dan makan ice cream di mall itu. Tapi, lagi-lagi Mommy tidak bisa memenuhi janji karena pekerjaan. Pekan lalu Mommy juga tidak bisa menepati janji mengajakku bermain karena bos memaksa Mommy bekerja sampai malam.”“Mommy terburu-buru ingin menitipkanku ke rumah grandma dan grandpa, karena terburu-buru itu Mommy tidak sengaja menabrak mobil lain. Aku sangat takut saat itu. Besoknya, Mommy mengajakku membuat makanan yang aku inginkan. Tapi, Mommy ditelepon oleh bos Mommy untuk bekerja.”“Aku kecewa pada Mommy, tapi aku juga tidak ingin menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 57: Mencoba Hal Baru

    Kaos berkerah putih dipadukan celana panjang berwarna cream menjadi Outfit casual yang dipilih Roland ketika pergi bersama Leah. Meskipun tidak seformal penampilan sehari-hari, ketampanan dan wibawa Roland tak memudar sedikit pun.Dia sengaja berpakaian tak menonjol karena tak ingin mencuri perhatian dari pekerja di mall yang mereka kunjungi. Pria itu ingin santai menikmati hal baru yang pertama kali dilakukan. Tetapi, hal itu percuma dilakukan karena wajahnya masih tetap dikenali.“Kau mau beli hadiah apa untuk temanmu?” tanya Roland sembari berjalan di area lobby.“Aku mau membeli lego sebagai hadiah. Temanku itu sangat suka merakit lego.” Leah antusias mengadu sampai tanpa sadar mengencangkan genggamannya di genggaman tangan Roland. “Tokonya ada di lantai empat, Paman!” lanjutnya dengan wajah berseri-seri tak sabar.Roland mengulas senyuman cerah. “Ayo kita ke sana sekarang!”Roland hanya tertuju pada Leah berjalan keriangan. Dia bahkan tertawa lemah saat ditarik oleh Leah yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 130: Penyesalan Di akhir

    Langkah kaki Roland begitu tak sabar dan tergesa-gesa. Dia sampai tak peduli pada orang-orang yang tidak sengaja tertabrak apalagi meminta maaf.Emosinya memuncak sampai tak bisa diredupkan sedikit pun setelah menjawab telepon dari David. Entah sengaja memprovokasinya keluar dari kamar itu atau tidak, amarah dan kebencian Roland seketika menggelegak setelah mendengarkan ucapan David.David ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Michelle.Bukan penolakan yang Roland sampaikan, melainkan keinginan bertemu secara empat mata. Dan David menentukan parkiran bawah tanah rumah sakit itu yang sepi tanpa adanya orang-orang.Keputusan Roland tak ingin mengotori tangan dan pandangannya telah lenyap sepenuhnya. Rasa muak yang memuncak dan keinginan amarah untuk dilampiaskan terdorong semakin kencang ketika melihat David keluar dari mobilnya. Logika Roland telah porak-poranda oleh emosi melihat eksepresi muram David.Bugh!Pukulan keras dari tangan Roland menyapa David dengan segenap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 129: Sapaan Baru

    Tanpa peduli pada handphone-nya yang Roland kembalikan, Michelle masih betah menatap Roland yang pergi meninggalkannya bersama Valencia.Wanita itu penasaran pada si penelepon yang merubah suasana hati Roland. Tanpa curiga pada apa pun, Michelle berpendapat jika panggilan telepon itu berkaitan dengan pekerjaan.“Padahal pekerjaannya sangat banyak. Tapi dia lebih memilih merawatku dan mengambil cuti tahunan,” Michelle bergumam lemah dengan naifnya.Valencia tersenyum lemah mendengarkan gumaman itu. “Harusnya kau bahagia karena Kak Roland lebih memilihmu dibandingkan pekerjaannya.”Nampan berisi makanan yang Valencia bawa berakhir di letakkan di meja nakas bersebelahan dengan ranjang pasien. Kemudian Valencia mengantur ranjang itu lewat satu tombol di ujung kasur yang berakhir membuat posisi Michelle menjadi duduk tanpa harus bergerak.“Itu artinya kau adalah prioritas utama di hidupnya,” lanjut Valencia mengejek sambil tersenyum.“Tapi aku belum terbiasa.” Michelle mengulas senyuman ke

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 128: Perasaan yang Terlambat

    Sebelum berakhir di depan kamar inap itu, David telah lebih dulu mendatangi rumah Michelle. Pria itu tidak menaruh rasa curiga sedikit pun pada kesunyian yang mendominasi di bagian depan rumah Michelle.Hal itu sudah biasa David temukan setiap kali mendatangi kediaman itu. Namun, langkahnya yang ingin keluar berhenti ketika melihat Daniel sedang berkeliaran di sekitar halaman rumah.Rasa curiganya semakin menguat melihat Daniel yang didampingi seseorang memerhatikan sekitar dengan telitinya. David menduga seseorang itu adalah bodyguard Roland.Apa yang mereka lakukan? Apalagi tingkah mereka seperti mencari-cari sesuatu.Kalimat-kalimat itu membujuk David untuk segera beranjak dari sana. Dia dengan hati-hati mengemudikan mobilnya, berusaha keras tak memancing perhatian Daniel.Dan ketika berhasil berpindah di tempat yang aman, David berusaha mencari-cari seseorang yang ada di lingkungan perumah Michelle.Usahanya itu langsung membuahkan ketika berhasil mencegah langkah seseorang. Lewat

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 127: Di dalam Pelukan

    Pria yang selalu kejam dan tak berperasaan itu masih menangis tersedu di kaki Michelle. Dia tak malu memohon ampun dengan ironinya.Padahal selama Michelle mengenalnya tak pernah sekalipun Roland menunjukkan kelemahan apalagi sampai merendahkan diri.Roland sudah benar-benar berubah. Dia menunjukkan ketulusannya tanpa ragu. Dia pula yang melindungi serta menjaga Michelle yang terlilit dalam masalah.Keyakinan itu mendorong Michelle untuk tidak ada lagi alasan tidak memaafkan Roland.Wanita itu cukup kesulitan membujuk Roland yang masih memohon ampunan di kakinya. Sampai akhirnya Michelle berhasil menarik Roland dan menatap wajah pria itu yang dibasahi oleh air mata.Mata keabu-abuan yang terbiasa dingin itu diselimuti rona marah bercampur basahnya air mata. Senyar malu dan tak percaya diri mendominasi tatapan serta wajah tampan Roland.Dibandingkan mengukir senyuman atas ras puas di hati, Michelle lebih memilih membujuk Roland untuk naik ke ranjang sempit itu. Dan di ranjang itu, Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 126: Memohon Pengampunan

    Michelle sendiri masih terdiam menafsirkan arah pembicaraan diantara mereka. Keheningan yang membentang tidak membuatnya tenang dalam berpikir. Melainkan tenggelam dalam riak-riak canggung bercampur bingung oleh intimidasi tatapan Roland.Di dalam hati Michelle bertanya-tanya, apa Roland sudah mengetahui perihal Leah?Michelle memiliki firasat kuat jika pendapatnya itu tak salah. Tanpa peduli, dia mengalihkan pandangan ke arah meja di mana amplop cokelat itu berada. Kemudian dia kembali menatap Roland yang menanti jawaban.Pria itu adalah Roland—yang selalu mencari cara untuk memuaskan hati. Bisa dipastikan Roland sudah mencari tahu mengenai kehidupannya sampai berujung pada Leah.Ya! Michelle percaya diri pada kesimpulannya.“Michelle.”Roland memanggil lembut seperti membujuk seorang kekasih. Sentuhan bibirnya di punggung tangan Michelle turut serta merayu dengan cara sama, yaitu menciumi dengan hangat dan sayang.“Aku tidak akan menghakimimu. Tenang saja,” bisiknya penuh ironi.Per

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 125: Mendengar dengan Tenang

    Itu adalah hasil yang dinanti. Alih-alih merasakan kebahagian, segenap rasa bersalah dan penyesalan lebih mendominasi jiwa Roland.Roland menyadari sesuatu, apakah dia pantas menyandang status ayah dari Leah?Roland adalah tersangka utama yang mendorong Michelle ke dalam kesulitan hidup. Egonya menyakiti Michelle. Amarahnya menghardik Michelle sampai tak bisa berkutik. Keputusannya menjadi awal perubahan hidup Michelle yang mencekam.Dia mencampakkan Michelle dengan sadar, sampai terlahirlah Leah yang menjadi korban keduanya.“Aku memang bajingan,” gumamnya frustrasi menyalahkan diri.Lebih tepatnya, Roland adalah bajingan yang tak tahu malu karena masih mengharapkan perasaan Michelle.Tetapi menghindari apalagi menghilangkan permasalahan itu bukan jalan terbaik. Roland telah berniat membahas kabar itu dengan Michelle di waktu yang tepat dan tak menekan Michelle pada situasi yang merusak kenyamanannya.Dengan sesekali menahan sesak, Roland frustrasi dalam diam.Handphone yang bergeta

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 124: Hasil yang Dinanti

    ~ Satu jam sebelumnya ~Tepat di sebelah ranjang, Roland masih setia menemani Michelle. Pria itu tak bosan duduk di kursi sembari menatap Michelle yang tertidur lelap. Sesekali dia membelai pipi ataupun mengusap kepala Michelle ketika wanita itu bergerak gelisah dalam tidurnya.Dia berusaha tak menimbulkan suara apa pun yang mengusik kedamaian Michelle. Walau rasanya suara apa pun tak akan membuat Michelle sampai terbangun, karena Michelle bukanlah tipe orang yang sensitif saat tertidur.Ketukan pintu yang terdengar membuat Roland reflek mengalihkan pandangan. Dia melayangkan tatapan tajam kepada Daniel yang masuk dengan hati-hati. Roland juga memberikan kode kepada Daniel lewat telunjuknya yang menempel di bibir.“Jangan berisik! Michelle sedang tidur,” seru Roland mendikte tegas lewat tatapan sinis.Daniel yang mengangguk patuh tak mau membela diri atas sikapnya yang sudah hati-hati. Dia memilih untuk meletakkan barang-barang yang di bawa ke sudut santai ruangan kamar inap itu.“Apa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 123: Memulai Cerita

    “Keluarlah!” David mengusir dengan acuhnya. “Sebaiknya kau desak tim legal untuk segera menyelesaikan masalah ini. Tekan juga tim IT dan humas untuk menghapus segala pemberitaan,” lanjutnya memberi perintah.David tak menggubris sahutan wanita itu karena muak dan tak puas pada kinerja wanita itu.Diselimuti keheningan yang mendominasi, David kembali terfokus pada pemikirannya mengenai Michelle.Jika memang benar sesuai, sangat tepat jika dia menilai kemarahan Roland bersinggungan dengan Michelle.David tak bisa melupakan bagaimana pasrahnya Michelle dalam pelukan dan gelutan bibir Roland. Dia juga tak bisa menghapus bagaimana emosi memuncak ketika Roland mengadukan hubungan yang terjalin dengan Michelle.Satu-satunya tindakan yang tepat dilakukan adalah menemui Michelle dan mengonfirmasi secara langsung.Sayangnya, wanita itu masih belum menunjukkan batang hidungnya di firma hukum. David semakin bertanya-tanya mengenai keadaan Michelle. Rasa penasarannya terdesak oleh pemberitaan meng

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 122: Bertanya-tanya

    “Apa yang kau katakan?”Ella seketika beranjak dari tepian ranjang. Wanita yang baru saja menenangkan diri dari masalah memusingkan kepala itu telah mendekati asistennya, sementara matanya telah mendelik penuh rasa kesal.“Kau mengatakan Jemmy sudah tidak ada lagi di hotel itu?” desak Ella menggeram sampai gerahamnya beradu kasar.Wanita yang di depannya itu tertunduk takut. “S-saya ... saya sudah memastikan kepada pihak hotel jika Tuan Jemmy sudah meninggalkan hotel sejak kemarin malam—”“Bagaimana bisa kau kehilangan jejak pria sialan itu?!”Bentakan yang memekik sakit ke telinga itu menambah rasa takut pada asisten wanita itu. Bahkan, tubuhnya yang kurus dan kecil itu sudah gemetaran di hadapa Ella.“Aku sudah berulang kali katakan, jangan sampai pria sialan itu menghilang tanpa jejak! Aku juga sudah perintahkan untuk memata-matai segala gerak pria sialan itu!”Wajah Ella memerah, pun gemetaran setelah memekik marah. Wanita itu tak sedikit pun menyembunyikan emosinya kepada orang y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status