Share

Firasat Buruk

Sesampainya di hotel, aku hanya duduk di balkon sambil memandangi laju kendaraan. Pemandangan ibu kota begitu indah dengan cahaya lampu dari bangunan tinggi dan lampu jalanan.

Entah mengapa, kejadian sore tadi saat aku menelepon Via membuatku syok seketika. Suara itu, sangat jelas kalau itu adalah suara Bapak yang menyebutkan nama si Bungsu dengan nada terbata. Perasaanku jadi semakin tidak enak. Apa benar tumbal itu ada?

"Mandi dulu sana," ucap Rena. Aku menoleh ke arahnya, gadis itu tengah mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

Aku hanya menghela napas, tidak bersemangat melakukan apa pun. Hingga akhirnya Rena mendekat, duduk di sampingku. "Sabar, insya Allah semuanya akan ada jalan," katanya.

Suara ketukan pintu membuat gadis itu beranjak lalu membukanya. Ternyata yang datang adalah Lusi. Tadi dia sempat pulang dulu ke rumahnya dan memutuskan untuk kembali karena ia akan ikut mencari Pak Cahya bersama kami besok.

"Kalian belum tidur, udah hampir tengah malam juga," ucapnya ser
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status