Share

Bab 07 <> Kabar yang memilukan

Kebencian telah menyelimuti hati inara, wanita yang dulunya sangat lembut dan penuh perhatian terhadap sesama, kini telah membaja akibat dari semua peristiwa yang dialaminya. Inara yang dulu sangatlah lugu, kini menjadi pribadi yang selalu curiga dan tidak mudah percaya terhadap siapapun. Alasan satu-satunya mengapa ia bertahan dalam permainan ini, hanyalah satu, yaitu mengungkap kebenaran dan membalaskan dendamnya pada seorang wanita yang telah menyebabkan kehancuran dalam hidupnya. 

Akan tetapi, dengan semua peristiwa itu ia bersyukur, berkat kecelakaan yang menimpanya tiga tahun lalu, ia dipertemukan dengan seorang pria yang benar-benar mencintai dirinya tanpa syarat. Kiev yang selalu ada untuknya, Kiev yang selalu menjaganya, dan Kiev yang rela berkorban demi keselamatan dirinya. Sedangkan Agam, belum tentu pria itu mampu melakukan semua yang dilakukan Kiev untuknya. 

<><><><><><><><><><><><>

Sang jagad merah mulai menampakkan wajahnya dengan sinar hangat menerangi bumi. Daun-daun melati menjatuhkan setetes embun yang berdiri tegak di pucuknya, berkilauan diterpa sinar kehidupan. Merdunya desir angin terasa begitu lembut menyapa kalbu. 

Inara merentangkan kedua tangannya ke samping, menggeliat di atas ranjang yang empuk. Ia menekuk lehernya kekanan dan kekiri bergantian, menghilangkan rasa letih peristiwa semalam. Tiba-tiba terlintas di benaknya, tentang apa yang telah terjadi pada dirinya dan Kiev. 

Inara diam terpaku dengan mempertajam indera pendengarannya, suara yang membuatnya muak terdengar begitu jelas dibalik pintu. Suara rentetan tawa kepuasan keluar dari mulut seorang buaya darat, terdengar begitu menyeramkan. Darah Inara berdesir, hatinya seakan remuk bagaikan kaca yang telah jatuh dan hancur berkeping-keping. 

"Kiev …!" teriaknya histeris saat mendengar kabar kekasihnya telah tiada. 

Dalam sekejap air mata telah bersimbah mengalir deras di kedua pipinya. Kabar duka ini membuat Inara kehilangan separuh jiwanya, hingga bersimpuh di lantai meratapi kepergian Kiev. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa pertemuannya semalam adalah pertemuan terakhir yang memilukan. 

Sepasang kaki yang kekar penuh otot menonjol, terlihat mendekat dari balik pintu yang telah terbuka. Sontak Inara menengadahkan kepalanya, menatap tajam penuh kebencian terhadap pria yang berdiri dengan angkuh didepannya. Ingin rasanya ia berdiri dan melenyapkan nyawa pria itu seperti apa yang telah dilakukannya terhadap Kiev. 

"Semua ini aku lakukan agar kau sadar, bahwa dirimu hanyalah milikku. Hanya aku yang pantas kau cintai di dalam hatimu dan seumur hidupmu!" Agam berkata seraya terus mendekati Inara. 

Kedua bola mata pria itu bergulir dari atas ke bawah berkali-kali, dengan raut wajah penuh hasrat. Beberapa kali jakunnya turun naik ketika jarak mereka sedemikian dekat. Kecantikan Inara seolah mengandung magnet yang siap menarik apa saja yang berada di dekatnya. 

Rasa marah, kecewa dan panik berbaur menjadi satu dalam hati Inara. Tangannya yang putih mulus bergerak seakan menarik dirinya kebelakang, berusaha menghindar dari sentuhan Agam. Kini deru napasnya turun naik menggerakkan bongkahan dadanya yang semakin membuat pria itu semakin ingin mendekatinya. 

Sontak sebelah kaki Inara bergerak cepat dilayangkan dengan kuat ke arah depan. Wajah Agam merah padam ketika merasakan rudalnya seakan patah akibat sentuhan keras yang diberikan oleh Inara. Secepat kilat wanita cantik itu, segera beranjak keluar dari kamar itu, demi menyelamatkan diri dari Agam. 

Langkahnya terhenti seketika, dengan dada yang sangat bergemuruh. Mulutnya seakan terkunci menatap sosok wanita di depannya. Kembali teringat dalam benak Inara perbuatan wanita itu dimasa lalu. 

"Selamat datang, Inara. Selamat menjalani harimu dengan indah di mansion ini!" Kata-kata penuh penekanan terucap dari bibir merah Elya Farzana. 

Tatapan yang sama seperti semalam, kembali didapatkan oleh Inara. Raut wajah yang tidak bersahabat seakan hendak melenyapkannya dari dunia ini. Inara menarik sebelah sudut bibirnya menatap ujung pakaian Elya yang terdapat noda lumpur di bagian bawahnya. 

Kini ia mulai mengerti, mengapa Kiev melarangnya untuk mengakui kalau  ingatannya telah kembali. Jika tidak, mungkin ia akan berada dalam sebuah masalah besar. Seolah kedua orang yang tidak saling kenal, Inara menjawab setiap pertanyaan wanita di depannya. 

Seorang pria paruh baya melangkahkan kakinya dengan begitu cepat, dimana tatapannya lurus ke arah Inara. Pandangannya menghunus bagaikan sebuah busur, yang siap menancap pada targetnya. Dengan pakaian yang masih terdapat bercak darah di salah satu sisinya, pria itu berdiri tepat di depan Inara. 

"Dimana, tuan Ag–," Baru saja suara serak pria paruh baya itu hendak bertanya kepada Elya, dari arah belakang terdengar sebuah suara tegas yang menggelegar menyebut nama pria itu. 

"Mang Ali!" 

Tanpa diperintah pria yang bernama Mang Ali itupun, segera mendekatinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Agam berusaha berdiri tegak, meskipun rudalnya masih sedikit terasa panas dan berdenyut akibat tendangan Inara. Dikarenakan keberadaan mereka yang begitu berjarak, sehingga Inara tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. 

Indera pendengarannya hanya menangkap suara Agam memuji Mang Ali. Tampak sebuah rona kepuasan diwajah kedua pria itu, membuat Inara semakin curiga. Apakah pria itu adalah orang yang sebelumnya menghubungi Agam? Inara mengamati pakaian pria itu, terdapat begitu banyak bercak darah dari baju, celana, hingga sepatunya. 

Seketika Inara ambruk, tubuhnya lemas tak berdaya. Airmata kembali mengalir bak anak sungai yang melewati kedua pipinya. Rasanya ia tidak sanggup lagi untuk bernapas, rasa sesak didalam dadanya seakan menyumbat saluran pernapasan dalam tubuhnya. Inara yakin darah itu milik Kiev, dalam hati ia bertanya-tanya, apakah Mang Ali pelakunya? 

"Ikut aku!" Perintah Agam kepada Inara seraya menarik tangan wanita yang dinikahinya secara paksa. 

Dalam kondisi hati yang remuk redam, Inara tidak banyak berkata, cukup airmata yang menjadi saksi bahwa ia sedang berduka. Kenyataan pahit yang tidak pernah diinginkan terjadi pada hidupnya. Dengan langkah gontai, Inara mengikuti langkah Agam dengan sedikit menyeret langkahnya. Entah kemana pria sangar itu akan membawa dirinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status