-Gedung Utama Camaraderie, Bangunan puncak Joy Holding's, London.-
[Desember 2020 - Malam peresmian gedung persahabatan termegah di Britania Raya.]
Ada satu hal yang ku pelajari dengan baik seiring dengan berjalannya waktu yang berusaha untuk mendewasakanku, bahwa dunia itu kejam! Tak pernah memandang seberapa tuakah kau hidup dan memijakkan kakimu di muka bumi yang semakin makmur ini, dunia hanya memandang kedudukan serta harta dan tahta yang kau punyai. Dunia akan membungkuk dan memberi hormat penuh kesopanan pada dirimu jikalau kau adalah si kaya pemagang saham terbesar yang ada di sebuah perusahaan gedung pencakar langit. Menjadi seseorang yang hidup jauh dari kata kurang adalah sebuah anugerah terbesar untuk menaklukkan dunia. Mata memandang ke arahmu jikalau kau mengenakan gaun mahal yang berkelip indah atau kalau kau seorang laki-laki, maka kenakan jas mahal buatan desainer terkemuka. Singkatnya, barang mewah yang melekat di atas fisikmu adalah daya tarik tersendiri untuk mata dunia.
Mereka yang keluar dari mobil mewah dengan balutan busana mahal dan elegan serta aksesoris mahal yang mendukung adalah rajanya dunia. Yang akan dipandang bijaksana meskipun kalimat sampah yang keluar dari dalam mulutnya. Ia dianggap adil jikalau uang sudah berkuasa. Akan dianggap benar kalau orang mewah yang berbicara.
Menyangkal-lah jikalau mampu! Karena setelah membaca kisah-kisah indah dariku, mau tak mau kau akan menyetujui semua kalimat itu. Kalimat bahwa dunia hanya bisa dikendalikan oleh dewa yang memegang uang banyak di dalam genggamannya.
Aku? Tentu. Aku adalah salah satu dewi yang mendirikan dunia untuk diriku sendiri. Gedungnya memang hanya satu. Namun gunung tak bisa menandinginya. Luasnya samudera hanya bisa berbanding seperempat dari gedung yang dibangun atas nama keluargaku. Joy Holding's Company. Kalian mendengar itu? Pastinya pernah! Gedungku bukan sembarang bangunan yang akan diisi oleh orang-orang yang tak kompeten. Semua yang ada di dalam Joy Holding's Company adalah anugerah indah yang tak akan ada yang bisa menandinginya.
•••Touch You•••
"Nona Alexa, saya sudah menyiapkan daftarnya. Kau bisa melihat dan mengubah itu jikalau tak setuju dengan isi yang saya buat."
"Tak usah aku percaya padamu."
Sherina Alexander Lansonia. Seorang wanita karier yang tak pernah diragukan lagi prestasinya. Dalam bidang saham dan investasi, Alexa adalah ratunya. Pandai bermain kata dan bersilat lidah untuk menghadapi setiap klien gila yang memprotes segala gagasan dan ide gilanya adalah kelebihan wanita yang kerap disapa dengan sebutan Nona Alexa itu. Ia adalah ratunya dalam membangun gedung mewah dengan interior mahal yang berkelas. Joy Holding's Company adalah gedung pencakar langit yang ada di bawah kuasanya.
Alexa mengawali semuanya sepuluh tahun silam, tepat usianya menginjak 17 tahun. Remaja dan muda. Bagi kebanyakan orang di usia rawan seperti itu remaja harus banyak mendapat bimbingan konseling dan psikologis untuk membangun mental yang kuat dalam menghadapi dunia, akan tetapi berbeda dengan Sherina Alexander Lansonia. Ia adalah wanita gila yang hidup beralaskan ambisi yang menggebu-gebu. Impiannya untuk menjadi orang kaya dengan tahta dan jabatan tertinggi membuatnya berjalan dengan beralaskan ambisi dan tekad yang menggila.
Usaha tak pernah mengkhianati hasilnya, begitu deskripsi singkat untuk Sherina Alexander Lansonia. Namanya mulai dikenal dunia sebagai pemilik saham terbesar warisan dari sang ayah. Joy Holding's Company. Sebuah gedung pencakar langit dengan kemegahan bak surganya dunia. Ada banyak yang dilakukan di dalamnya, namun terkenal dengan perusahaan kosmetik terbesar di Britania Raya adalah sandang status yang dimiliki oleh Joy Holding's Company.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu, Nona Alexa?" Seseorang kembali menyela aktivitas wanita berambut pendek yang tepat jatuh menggantung di atas pundaknya.
Alexa memutar kursi kerja yang sedari tadi menyangga tubuh rampingnya. Berbalik dan menatap tegas pada pegawai yang sudah menjadi sekretaris pribadinya bertahun-tahun lamanya itu. Ia tersenyum manis. Menganggukkan kepala untuk memberi perijinan pada si sekretaris.
"Kenapa kau memberi tinta merah pada empat nama yang ada di dalam daftar?"
Wanita yang ada di depannya tersenyum ringan. Melirik daftar nama tamu undangan yang akan menghadiri pesta peresmian lantai gedung baru di puncak Joy Holding's Company. Perlahan jari jemari miliknya menarik daftar itu. Kembali membaca setiap nama yang terlihat berbeda dari nama tamu undangan yang lain.
"Karena mereka adalah tamu istimewa untukku." Alexa semakin tegas mengembang senyum manis. Kini tangannya menarik segelas wine yang ada di sudut meja. Kembali memutar kursi kerjanya untuk menatap jauh ke luar jendela.
Jalanan Kota London adalah pemandangan terbaik yang paling disukai Alexa kalau sore datang menyapa begini. Ramai namun tak pernah terlihat kotor dan berdesak. Semuanya rapi. Jajaran lampu itu seakan menjadi point tersendiri untuk memperindah suasana. Langit senja mendukungnya. Semburat jingga bersama dengan redupnya sang surya menjadi pertanda bahwa hari hampir usai. Malam akan menyapa dengan tenang bersama untuk meluapkan lelah dan menguapkan kantuk yang melanda.
"Xena Alodie Shan, nama yang cantik bukan?" Alexa menyeruput manis segelas wine yang ada di dalam genggamannya. Terus memusatkan tatapan pada jalanan yang jauh berada di bawahnya sekarang ini.
"Kau tau Shan Entertainment bukan? Dia adalah pemiliknya." Alexa menyusul. Tepat menatap wanita muda berkemeja biru tua dengan setelan rok pendek yang jatuh tepat di atas lututnya. Yang diajak berbicara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya ringan. Siapa yang tak mengetahui pusat hiburan terbesar dengan nama gedung Shan Entertainment? Ya, semua mengenalnya. Bahkan orang yang baru saja menyambangi London pun akan mulai familiar dengan gedung yang dibangun di sisi padatnya Kota London.
"Dia adalah temanku semasa sekolah menengah atas," ucap Alexa memutar pandangannya. Ia kini mengetuk-ngetuk sisi meja kaca yang ada di depannya. Sukses membuat si sekretaris menatap itu dengan teduh.
Ada yang unik dari Alexa. Bukan pasal wajahnya, namun kepribadian wanita itu. Pemilik nama lengkap Sherina Alexander Lansonia itu adalah pengidap gangguan kecemasan yang berlebih. Tak ada yang parah jikalau itu kembali keluar dari dalam tubuhnya. Wanita yang selalu terlihat 'garang' dengan penampilan meronanya itu hanya akan mengetuk apapun benda yang ada di sekitarnya dengan menggunakan kelima ujung kuku runcingnya secara berkala, selepasnya? Semua akan hilang dengan senyum manis yang menyertai.
"Kau sedang cemas, Nona Alexa?" Bak seorang ibu yang sudah mengenal baik putrinya, wanita muda itu menegur sang bos. Mencoba untuk menarik perhatian Alexa yang kini menatapnya dengan teduh.
"Bagaimana mengatakannya ... tapi mengundang Xena ke acara peresmian mungkin akan menjadi boomerang untuk diriku sendiri."
"Maksudnya?"
"Dua minggu yang lalu aku tidur dengan kekasihnya," tutur Alexa tertawa kecil. Memungkaskan kalimat yang baru saja terucap keluar dari dalam mulutnya.
... To be Continued ...
---Flashback, 2 Minggu sebelum peresmian gedung persahabatan, Camaraderie.---Kepulan asap rokok mengudara. Keluar dari celah mulut yang disusul oleh asap yang mengepul dari dalam lubang hidung pria jenggot tipis nan merata itu. Tatapan matanya terus menyapu setiap bagian tubuh wanita bergaun merah padam yang berdiri di sisi jendela besar menghadap keluar ruangan. VIP room, tempat yang disewa oleh Mr. Joe untuk bersua dengan rekan bisnisnya malam ini. Spekulasi semata! Mr. Joe ingin bertemu dengan Sherina Alexander Lansonia. Tak banyak yang tahu perihal hubungan gelap keduanya lima tahun silam. Tepat saat Sherina memulai untuk mengembangkan Joy Holding's Company menjadi lebih besar dan lebih tinggi lagi.Relasi internasional yang didapat oleh Alexa adalah suntikan besar dari Mr. Joe. Pria itu banyak membantu Alexa di masa lalu. Mendorong gadis itu menjadi seperti sekarang ini bukan tanpa imbalan yang besar. Mr Joe mendapatkan hadiah istimewa dari rekan bisnisny
Sepasang peep toe berwarna putih bersih dengan pita kecil di depannya tegas membelah petak demi petak ubin yang menjadi alas pijakannya sekarang ini. Tak ada yang aneh jika Sherina Alexander Lansonia datang dengan ekspresi wajah tegang di pagi hari begini. Bukannya masalah besar sedang datang menghadang dirinya, namun memang begitulah pembawaan dari seorang Sherina Alexander Lansonia. Ia bukan gadis 'garang' yang suka mengomel pada seluruh pegawainya, bahkan Alexa dikenal cukup ramah dan hangat dengan siapapun yang menghuni kantor tempatnya memimpin. Wanita itu adalah wanita yang pandai menempatkan diri dalam keadaan apapun. Sikapnya tenang, menguasai, bahkan tergolong santai kala seorang pegawai sudah membuat satu kesalahan besar.Ia adalah gadis yang pandai. Menangani segala masalah yang datang dengan tenang dan bersih tanpa ada jejak yang mengotori adalah cara Alexa mempertahankan bangunannya hingga sekarang ini. Sukses di usia muda memang menjadi impian seluruh manus
"Setelah peresmian gedung Camaraderie, kita akan menjadi saudara ipar."Luis memincingkan matanya tajam. Dari apa yang dikatakan oleh Alexa barusan itu, tak semuanya bisa ia mengerti dengan baik. Peresmian Gedung Persahabatan, Camaraderie akan dilaksanakan dua minggu lagi. Hal itu tak menjadi masalah untuk Luis Ambrosius. Ia mendengar banyak tentang pengembangan gedung yang dibangun tepat berada di puncak tertinggi dari Joy Holding's Company. Ini adalah impian besar Alexa sejak beberapa tahun yang lalu. Wanita muda itu mengatakan banyak hal tentang Camaraderie padanya di masa lampau.Sebuah gedung megah yang digunakan untuk pertemuan orang-orang penting kala hari yang penting pula. Akan tetapi jika hari penting itu tak sedang datang, Camaraderie akan disulap menjadi tempat VVIP yang hanya dikunjungi oleh orang-orang penting saja. Harga sewa Camaraderie tentu tak murah. Harus sedikit lebih dalam lagi untuk menguras kantong para wisatawan asing yang ingin menempati p
Ponsel berdering. Menjadi sebuah jeda untuk dua insan manusia yang masih diam dalam tatap wajah yang identik. Sherina Alexander Lansonia, si wanita karier yang sukses menjadikan Luis bertekuk lutut padanya hari ini. Pria itu tak lagi banyak berbicara selepas ia masuk ke dalam perangkap Alexa. Luis bukan pria yang bodoh, tingkat kesuksesan dalam dirinya berasal dari segala pemikiran cerdiknya itu. Ia hanya lemah dan payah kalau sudah menyangkut pasal wanita. Gairah yang ada di dalam diri pria kekar itu memang sulit untuk dibendung. Berapi-api dan meluap-luap hingga seseorang bisa melampiaskan napsunya.Alexa bukan orang yang tepat untuk itu. Ia adalah gadis cerdik dengan seribu tak-tik gila yang selalu sukses membuatnya berdiri satu langkah lebih unggul dari Luis Ambrosius. Alexa hidup dengan baik. Mengenali Luis dari caranya bertatap dan sekilas pandang saja. Apa yang ada di dalam kepalanya, Alexa paham benar. Termasuk gairah untuk menjamah tubuhnya."Aku har
Suara pintu diketuk. Menyela dua insan manusia yang kini sama-sama menitikkan sepasang netra indah itu untuk menatap tepat ke arah ambang pintu besar yang masih tertutup rapat. Suara menimpali. Di balik pintu kayu berukir itu seseorang sedang menunggu. Jika ditelisik dengan baik, Alice-lah yang memberi sebuah kabar akan datang beberapa saat yang lalu. Mengunjungi sang adik kandung bukanlah hal yang asing dan aneh lagi untuk semua orang.Alexa menyahut kala namanya dipanggil dengan nada ringan. Sempurna senyum manis itu mengembang sesaat selepas pintu benar-benar terbuka. Di depan sana wanita bertubuh jenjang berdiri dengan menyilangkan rapi kakinya. Matanya menyapu setiap bagian yang tak asing lagi untuknya. Bukan kali pertama Alice Lansonia datang kemari. Meskipun tak sering, setidaknya sekali dua kali ia pernah datang untuk menjenguk keadaan sang adik.Alice memang bukan saudara yang baik. Hubungannya dengan Alexa tak pernah membaik seiring berjalannya wa
Senyum seringai tak henti-hentinya ia lukiskan untuk merespon apa yang dikatakan Alice padanya. Ia tak menyangka kalau darah yang mengalir dalam tubuhnya tak pernah bisa membendung sikap tamaknya ini. Alice memang memiliki ibu yang sama dengannya, itu artinya darah yang mengalir di dalam tubuh Alice identik dengan Alexa. Mereka adalah saudara kandung, meskipun Alexa tak pernah pulang ke rumah jikalau bukan hal yang penting dan mendesak. Alexa tak menyukai keluarganya selepas kematian sang ibu kandung. Tinggal bersama ibu tiri tentu menjadi beban tersendiri untuknya."Aku tidak pernah membunuh ibu, Alexa." Selalu begitu. Kalimat itu yang terucap dari bibir Alice kini menjadi sebuah dialog monoton yang mulai ia hapal kalimatnya. Membunuh atau tidak, tersangka tetaplah tersangka.Alexa bangkit dari tempat duduknya. Sejenak wanita itu menatap sang kakak, kemudian berlalu untuk kembali meraih sebotol wine yang ia letakkan di sisi meja kaca sudut ruangan. Ini bukan tem
Hening tak ada suara yang menyela. Saling menatap satu sama lain dengan dua cangkir kopi berpasangan di depannya. Asap mengepul di udara. Aroma 'Cup of Excellence' nikmat menari-nari di dalam lubang hidung. Dua pasang cangkir kristal kini menjadi pusat pandangan semua orang yang ada di dalam ruangan. Pria dengan kumis tebal berwarna pekat yang merata di bawah hidungnya dengan janggut tipis yang menutupi dagu lancipnya itu benar-benar menyambut kedatangan tamunya dengan super duper mewah. Memang hanya dua cangkir kopi hasil lelang oleh coffee roaster dari Different Coffee Co, namun siapa sangka jika hanya ada 15 gelas saja di London. Dua ada di tangan Profesor Lim untuk menyambut kedatangan Alexa siang ini."Minumlah. Aku membawanya dari jauh," ucap pria itu menunjuk tepat ke mulut cangkir yang ada di depannya.Alexa menggeleng. "Aku tidak minum kopi siang begini," tuturnya menolak. Bukan hanya sekadar alasan semata, sebab memang itulah faktanya. Kopi hanya ak
Keduanya melangkah dengan kecepatan sedang. Membelah lorong bangunan tempat Harry bekerja. Di sini tak banyak orang yang berlalu-lalang. Laboratorium Profesor Lim benar-benar jauh dari keramaian. Luna bahkan bisa menghapal dengan benar dan baik wajah-wajah orang yang bekerja di sini. Mulai dari tenaga peneliti hingga pembantu yang hanya bertugas untuk menghantar kopi, membersihkan lantai, mematikan seluruh lampu bangunan kalau pekerjaan sudah selesai dan senja datang menyapa.Ini bukan rumah untuk profesor Lim, ini adalah tempatnya bekerja. Gedung yang dibangunnya berpuluh-puluh tahun silam ini adalah hasil dari suntikan dana sang ayahanda sebelum Joy Holding's Company jatuh ke tangan Alexa. Tak banyak relasi yang Alexa minta pada sang ayah, ia hanya ingin mengambil alih koneksi dari BioCell Laboratory. BioCell bukan lagi perusahaan pengubah sel-sel genetik makhluk hidup dan tumbuhan yang berada di bawah kendali sang ayahanda, namun dirinya. Semua menghormati kedatangan