Samuel Hayden, seorang CEO yang baru saja memulai karirnya ketika dia memasuki usia 27 tahun awal ulang tahunnya. Menjadi CEO kebanggaan ayah serta kakeknya dan mendapatkan sebuah amanat khusus untuk selalu menjaga kantor tersebut hingga anak cucunya kedepan. Dirinya cukup bahagia memperoleh semuanya dengan instan. Jangan salah mengartikan instan, maksud instan disini sudah berdirinya kantor untuknya tanpa harus mendirikannya sejak awal. Salah satu privelege dari orang tuanya untuknya.
Samuel Hayden, juga pernah menjadi manusia prihatin untuk mendapatkan kantor tersebut. Saat remaja dia harus dipisahkan dari orang tuanya agar bisa belajar sederhana sejak dini, walaupun dari kecil pula orang tuanya mengajarkan Samuel untuk menjadi sederhana tetapi kesederhanaan itu tetap kurang. Dia harus berlatih mencuci piring sendiri, menyapu kamar ataupun rumah dan melakukan masak untuk kakak ataupun keluarganya. Jika bertanya apakah dia mempunyai pelayan rumah? Keluarga Hayden menyewanya tetapi Nyonya Hayden selalu berpesan bahwa pelayan adalah miliknya bukan milik putra ataupun putri mereka. Samuel Hayden, bukan seorang babu rumah mereka. Tetapi dari kakek mereka yang baru memulai semua segala urusan bisnis, mengajarkan bahwa kesederhanaan serta keprihatinan menentukan masa depan seseorang. Ayah Samuel-Anthony diajarkan untuk selalu bersedekah dan selalu bersikap ramah kepada siapapun, Anthony dibentuk untuk menjadi pribadi yang kemasyarakatan seperti ayahnya dulu Romi dan di tuntut untuk mengajarkan cucunya seperti dirinya dahulu. Semua itu agar merasakan bagaimana nasib keprihatinan dirinya memulai bisnis yang begitu besar hingga sekarang. Samuel Hayden diusia remajanya di pisahkan oleh orang tuanya dirumah milik Romi-Kakek Samuel. Dia diajarkan banyak hal tentang semua kesederhanaan yang kakek dan neneknya laksanakan selama mereka hidup. Dia diajarkan bagaimana sosok yang mengayomi semua orang dan diajarkan menjadi seorang pria tanpa menghina ataupun menyakiti hati wanita. Dari kecil Samuel harus berpikir bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh wanita adalah pekerjaannya juga tanpa harus merasa malu ketika melaksanakan, karena semua orang harus bisa melakukan pekerjaan tersebut. Pernah suatu hari karena masalah sepele, seorang CEO bernama Samuel Hayden hampir terkena pukulan oleh sang kakek karena tidak mau mencuci piringnya sendiri, beruntung pada waktu itu neneknya menolongnya terlebih dahulu, neneknya membelanya. Sejak hari itu pula, Samuel menjadi laki laki yang bisa menjadi seorang perempuan sekaligus, mungkin pernah mendengar seorang perempuan bisa menjadi laki laki? Tetapi sekarang Samuel mematahkannya, dia bisa menjadi pria sekaligus perempuan. Jarang jarang ada seorang pria diluaran sana seperti Samuel sekarang apalagi status CEO berada di dada kirinya sebagai tanda menjadi penghormatan para bawahannya. Mereka, para laki laki berpikir bahwa pekerjaan mencuci piring, menyapu, semua hal yang berkaitan dengan kegiatan rumah dilemparkan oleh para wanita. Semua itu salah, karena hal itu adalah basic menner setiap orang. CEO ini juga sangat prihatin semasa sekolahnya walaupun Ayahnya dulu seorang CEO. Dia harus bekerja sendiri sembari sekolah ketika memasuki bangku menengah akhir di kelas dua, Samuel tidak mempermasalahkan hal itu karena dia yakin bahwa dirinya akan mendapatkan sebuah bonus ketika bersusah susah dibelakang. Orang tuanya tetap membayarkan uang sekolah tetapi sebagai uang jajan keseharian, Samuel menggunakan uangnya sendiri. Hingga kegiatannya itu berakhir ketika dirinya selesai mendapatkan gelar Sarjana di indonesia dan gelar Magister di London. Semuanya terbayarkan sudah ketika dia mendapatkan pangkat tertinggi di Perusahaan milik kakeknya. "Semuanya bakalan berakhir kalo gue udah nikahin itu cewek kan? Gue juga masih bisa berhubungan sama Anne." Kekurangan Samuel adalah kurang bisa menyakinkan orang tuanya bahwa dia bisa menikahi Anne, anak angkat orang tuanya. Dia sadar bahwa semuanya salah, tetapi perasaan cintanya terlalu besar kepada Anne hingga dirinya tidak mampu menghilangkan perasaan itu. Samuel tahu bahwa Anne adalah anak angkat orang tuanya ketika dia berumur lima tahun sedangkan Anne tiga tahun. Anne juga tahu bahwa dirinya anak angkat orang tua Samuel. Perasaan keduanya tumbuh seiring berjalanannya waktu, tetapi anehnya kemesraan keduanya tidak dapat diketahui oleh orang rumah. Memang aneh, tetapi itu kenyataannya. "Kak Samuel? Ada didalam. Ini aku udah siapin sarapan," ujar Lila yang berada diluar kamarnya, sebelumnya dia mengetuk pintu Samuel hingga sang pemilik kamar mengerjapkan mata sedikit terkejut. Semua lamunannya terbuyarkan sudah. Pria itu berjalan dengan gontai membukakan pintu kamarnya yang tidak dikunci sama sekali. Dia bisa menatap langsung wanita cantik itu memakai apron di tubuhnya sembari menunggu dirinya. Hari ini adalah hari liburnya, jadi dia bisa menikmati rasa lelah tubuhnya di apartemen ini. Dan syukurnya lagi kini sudah ada seorang wanita berstatus istri sudah menyiapkan sarapan di pagi hari, biasanya Samuel yang menyiapkannya setiap pagi. Istri ya? Samuel tidak terbiasa dan tidak percaya bahwa dia mempunyai wanita itu untuk mendampinginya. "Mungkin besok besok gue jadwal aja kegiatan rumahnya. Gue belum terbiasa." Samuel menarik kursi makan tanpa memperhatikan Lila yang sudah menatapnya baru saja. "Urusan itu terserah kak Samuel, tempat tinggalnya kan punya kak Samuel jadi buat apa aku nolak," ucap Lila sembari mencuci piringnya sisa sarapan baru saja. Lila sengaja tidak mau satu meja sarapan dengan Samuel saat ini, dia belum terbiasa. Apalagi masih ada rasa dendam dihatinya. Samuel menatap gadis yang tengah berdiri di wastafel tersebut. Dia menganggukan kepalanya samar mendengar jawaban lembut dari Lila. Ada satu titik rasa kecewa dihatinya karena gadis itu masih tidak mau berinteraksi lebih dengannya, terlihat bagaimana penolakan secara tidak langsung Lila kali ini. Gadis itu dengan sengaja sarapan terlebih dahulu dan meninggalkan dirinya pergi ke ruang tengah, tanpa pamit kepadanya. Cukup tidak sopan, tetapi Samuel memakluminya. Dia tahu bahwa Lila belum terbiasa dengan status mereka, apalagi mereka dijodohkan. "Lila, Lo boleh banget ngomong lo-gue ke gue. Gue sama sekali nggak akan mempermasalahin hal itu," ujar Samuel tiba tiba, jujur saja dia tidak terbiasa dengan Lila yang berbicara aku-kamu. Samuel seperti di perlakukan orang khusus bagi Lila. "Berhubung lo-gue itu diantara kita nggak sopan apalagi status kita suami-istri dan Lila juga diajarin bunda buat ngomong aku-kamu ke orang orang. Karena nanti waktu main ke Jogja rumahnya nenek, keliatan nggak sopan aja didenger apalagi bunda ngajarin buat jangan ninggalin adab Jawa walaupun keluarga aku tinggal di jakarta," ucap Lila. Dia berbicara tanpa menatap Samuel berada dibelakangnya, Lila lebih fokus untuk mengamati handphone genggamnya sekarang, dia lebih tertarik dengan handphonenya daripada Samuel. "Emangnya bunda lo Jawa asli ya? Kenapa keliatan kayak orang luar gitu," tanya Samuel yang mulai tertarik dengan pembicaraan mereka. Bahkan dia membawa piring sarapannya agar bisa bergabung dengan Lila. "Iya, bunda asli jawa. Dulu kakek juga Jawa asli cuman nikah sama nenek yang asli London dan menetap di Jogja masih masa penjajahan. Mungkin Bunda lebih dominan ke nenek makanya nggak ada mirip miripnya sama kakek," ucap Lila. Lila mendapatkan nama Magnolia karena neneknya dan nama Kenina dari ayahnya. Sebenarnya dulu waktu masih kecil usianya menginjak dua tahun Lila dipanggil dengan nama Lia, tetapi karena Bunda dan ayah Lila merasa nama panggilan anaknya terlalu Jawa akhirnya dipanggil nama Lila. Banyak orang terkadang memanggilnya Lia tetapi juga Lila bersamaan. Gadis itu sendiri lebih senang jika dipanggil Kenina, memang sedikit berbeda dari yang lain tetapi dia senang orang orang terdekatnya memanggilnya dengan nama Kenina. "Gue makan dulu ya, keburu laper," ungkap Samuel setelah tak ada pembicaraan sama sekali bahkan terlewat beberapa menit sampai suasana tampak canggung. "Kak Samuel, aku boleh tanya? Ini cukup privasi, tetapi mungkin ini demi kenyamanan kita berdua juga," ujar Lila yang mulai pembicaraan tersebut. Mulutnya gatal ingin mempertanyakan hal itu kepada Samuel. Samuel mengangkat pandangannya hingga mereka berdua saling menatap beberapa detik, dilepaskan secara paksa oleh Lila menatap ke handphonenya. Pria itu sangat menghargai jika Lila ingin berbicara hal privasi kepadanya, nantinya juga mereka akan saling terbuka bukan? Atau justru sebaliknya. Samuel malah sangat mengharapkan mereka saling terbuka satu sama lain, menghilangkan rasa kecanggungan yang ada dengan menceritakan hal privasi yang mereka miliki. "Ya ada apa? Tanya aja nggak papa," jawab Samuel dengan menyuapkan satu sendok nasi dan orak arik sayuran hasil masakan Lila pagi ini. Samuel sangat menikmatinya. "Kalo boleh tahu, pacar kak Samuel itu yang mana? Lila boleh tahu fotonya? Aku nggak akan maksa juga kalo kak Samuel nggak mau ngasih tahu." Lila mengucapkan kalimat tersebut penuh ketakutan, dia takut setelah ini Samuel akan mencaci maki dirinya. Dia tidak berekspektasi banyak jika Samuel bersikap baik kepadanya lagi. Lila tahu kalimat yang ditanyakan itu sudah masuk ke ranah kehidupan mereka masing masing, tetapi Lila disini memang ingin mencoba menjalin hubungan yang baik dengan Samuel termasuk dengan kekasih pria itu. Apa salahnya dia untuk menjalin hubungan yang baik? "Namanya Anne. Dia kayaknya bakal kesini besok cuman perkiraan gue aja biar lo ngerti sendiri gimana dia, nggak papa kan gue nggak ngasih tahu fotonya dia ke lo?" Samuel mengangkat alisnya kepada Lila, untuk meminta persetujuan. Magnolia Kenina, mulut gadis itu sedikit terbuka akan ekspetasi ekspetasi mengerikan yang akan didapatkannya nanti. Samuel malah bersikap ramah kepadanya, apalagi jawaban lembut yang pria itu berikan kepada Lila. Sesungguhnya Lila harus bersyukur sekarang karena tidak mendapatkan bentakan dari Samuel. Dia tersenyum manis setelah menerima jawaban puas Samuel lalu menganggukan kepalanya sebagai jawaban, tidak masalah jika Samuel tidak mau memberi tahunya. Setidaknya Lila sudah tahu nama gadis itu. "Tapi gue minta izin ke lo buat bolehin Anne tidur disini sama gue. Lo nggak keberatan kan?" tanya Samuel baik baik membuat Lila mengerjapkan matanya berkali kali. "Nggak bakalan ada orang yang curiga sama hubungan gue dan Anne, mereka percaya percaya aja sama kita. Lo percaya sama gue kan? Kita nggak akan ada apa apa, mungkin maksimal ciuman aja." Seperti bom baru saja menerpa di apartemen mereka, Lila mendapatkan sebuah serangan bolak balik dari Samuel. Bahkan pria itu mengucapkannya begitu gamblang hingga dia hanya mampu terdiam saja. Jika Lila menolak maka dia mengingat dirinya hanya siapa disini, tetapi jika dia membiarkannya saja apakah tidak membuat curiga tetangga mereka ataupun orang orang rumah nantinya? Posisi Lila serba salah. Dia menolak pun bukan bermaksud karena adanya rasa cemburu, tetapi takut jika Samuel bisa terkena semprot dari banyak orang saja. Balik ke awal, siapakah dirinya sekarang bisa mengatur seorang CEO Samuel Hayden."Ini buat sehari hari lo nanti, yang hemat aja tapi kalo semisal udah habis minta gue lagi, gue nggak masalah." Samuel baru saja memberikan uang kebutuhan rumah serta uang keseharian Lila kepada gadis itu. Yang Samuel berikan bukan sejumlah uang, tetapi dalam bentuk kartu ATM yang entah Samuel isi berapa. Mungkin kisaran 20 juta dalam kartu tersebut bahkan bisa lebih. Samuel yakin bahwa orang semacam Lila tidak akan se-boros itu dari wanita wanita kebanyakan, dia yakin bahwa Lila akan bisa memanajemen uangnya sendiri. Dua hari ini Samuel memperhatikan penampilan keseharian Lila, gadis itu lemah lembut tapi tegas dan sangat sederhana walaupun dari keluarga kalangan kaya hampir sebelas dua belas dengan Samuel. Dia cukup tertegun akan hal itu mengingat bagaimana perempuan perempuan gila harta diluaran sana. Mengingat kembali Samuel memaksa gadis baik semacam Lila untuk menjadi pendamping hidupnya membuatnya dirundung rasa bersalah. Dia harus terlibat dalam
Tangan lentik khas perempuan itu mencoba membukakan pintu Apartemen kembali untuk kedua kalinya dalam sehari. Perempuan cantik masih menggunakan dress korea mengira dari awal bahwa yang datang kali ini adalah suaminya. Ketika mereka berhadapan, membuat tebakannya benar adanya. Dua insan itu saling menatap beberapa detik tanpa salah satu diantara mereka tersenyum seperti kejadian tadi pagi. Perlu diingatkan sejak awal tidak ada yang spesial antara keduanya. Menantu yang baru saja memiliki nama marga dibelakang Hayden itu dengan sadar diri menyingkirkan tubuhnya untuk memberi jalan tunggal pertama cucu Hayden. Magnolia Kenina tahu betul bahwa sang suami segera ingin bertemu dengan tamunya, dan ia tak diperbolehkan untuk menghalangi. Lila tidak ada niat untuk menyambut mereka ataupun melihat mereka bermesraan didepannya, Lila memilih pergi dari kawasan menuju ke dapur apartemen. Dia akan membuatkan jus jeruk untuk keduanya sebagai formalitas.Setelah Lila nanti me
Respon diamnya semakin membuat Samuel yakin bahwa Lila mendengar semuanya. Lila ingin memberikan respon menolak juga dirinya merasa hal itu tidak berguna dan memilih jujur dari kediamannya. Inti permasalahan dalam pernikahan mereka gadis itu juga mendengarkannya lantas untuk apa dirinya berbohong hanya demi egonya yang merasa tersakiti dijadikan sebuah penutup aib mereka. Untuk kali ini Lila akan menyampaikan semua keluh kesah dihatinya, dia tidak akan memendamnya seperti beberapa hari ini. Walaupun Samuel akan lebih banyak pikiran pun Lila tidak akan mempedulikannya. Dia memikirkan sejak kemarin, mengapa harus dia yang dijadikan benteng untuk mereka? Lila tahu bahwa pernikahan itu adalah takdirnya, menjelaskan sedikit kepada dirinya juga Lila merasa tak berguna. Pikirannya akan selalu mendoktrin bahwa ini takdir yang telah merusak masa depannya. Di satu sisi untuk mengikhlaskan pun rasanya sulit. Lila pikir, bagaimana pria yang tengah memandanginya sekarang dengan mudah melamarnya se
Samuel memperhatikan bagaimana penampilan Lila pagi ini. Sebenarnya tidak hanya itu yang mampu membuatnya keluar dari kamar tempat ternyamannya tetapi aroma hidangan menguar masuk Indra penciuman Samuel sejak pagi tadi, karena perutnya sudah berteriak teriak sejak tadi meminta untuk diisi akhirnya mengalah melawan egonya sendiri tidak mampu bertemu dengan Lila. Pertama kali yang Samuel lihat, gadis itu seperti akan pergi ke suatu tempat karena pakaiannya yang cukup kasual. Samuel melangkahkan kakinya mendekati meja dapur yang Lila tempati mencoba untuk tidak peduli. Suasana diantara mereka canggung bahkan terbilang cukup parah daripada awal pernikahan mereka. Pagi pagi sebelumnya Lila sudah mulai ramah untuk menyapa Samuel, tetapi pagi ini Samuel sama sekali tidak mendapatkan senyuman dari wajah ayu Lila. Samuel tidak mempermasalahkannya, dia juga mewajarkan bahwa Lila harus bersikap seperti itu kepadanya. Samuel sadar bahwa apa yang dimintanya tadi malam adalah permintaan paling bere
Pagi pagi berangkat ke tempat Kerja Lila hanya menggunakan kendaraan ojek online, ketika pulang dia sama sekali tak ada tumpangan. Keberuntungan berpihak kepada Lila, sepertinya hanya untuk hari ini Lila diberikan tumpangan gratis dari Sena. Sebenarnya Lila bisa mengendarai mobil ataupun montor, namun apalah daya tak ada satupun kendaraan itu berada di apartemen Samuel. Sungguh Lila tidak mengharapkan tumpangan dari Samuel pagi tadi, jika memang Samuel memberikan tumpangan kepadanya maka Lila akan menolak karena mengingat perdebatan dia dan Samuel pagi tadi, biasalah menghindari suasana tidak nyaman. Lila hanya ingin yang terbaik, dia juga menghormati hubungan suaminya dan Anne. Lalu sekarang? Lila diberikan tumpangan cuma cuma dari Sena, gadis itu mengatakan bahwa mereka satu arah dan hanya berjarak beberapa meter dari apartemen Samuel. Berakhir paksaan dan Lila sudah terpojokkan oleh Sena akhirnya dia pun menyanggupinya. Sena sudah berjuang membujuk seharusnya Lila yang diberi tumpa
["Kamu baik baik aja kan?"] Terdengar pertanyaan jelas bunda Lila-Indira lewat handphone yang digenggamnya sekarang. Terdengar dari suara itu mengkhawatirkan anak tunggalnya yang jauh dari jangkauannya. Lila hanya mampu tersenyum pedih, dia rindu dengan bundanya. Magnolia Kenina hanya bisa menganggukan kepalanya walaupun Indira tidak tahu anggukan ragu itu. Dibilang baik baik saja juga tidak, keadaanya sekarang diantara tengah tengah buruk dan baik baik saja. Lila sebagai anak yang tidak mau orang tuanya khawatir hanya bisa berpura pura didepan mereka, dan rela berbohong demi keadaan yang ada. Demi keselamatan suami dan ayahnya yang takut dipermalukan itu, Lila tidak sanggup untuk berbicara jujur kepada Indira karena dia tahu bahwa setelahnya semua akan kacau. Apalagi yang harus dilakukannya jika bukan mengalah."Baik baik aja bunda, Kak Sam baik banget sama aku. Kalian nggak salah pilih lagi," ucap Lila penuh kebohongan, bahkan dia menyelipkan nada bahagia disana sampai membuat Indi
Tatapannya terkunci pada satu titik wanita hampir memborbardir seluruh hatinya. Dia dapat melihat perasaan rindunya yang terbalaskan setelah berbulan bulan, ingin memeluk pun rasanya masih tak nyaman. Mereka masih saling diam tanpa ingin membuka pembicaraan. Pria itu hampir menjerit serta meronta agar sang wanita tidak marah lagi dan memaafkan kesalahannya, dia muak. Namun bagaimana cara mendapatkan cara instan agar wanitanya itu memberikan belas kasih kepadanya?Kejadian saling tatap menatap itu terhenti. Samuel Atlanta Hayden memilih untuk menatap kearah lain dan tidak memperhatikan wanita cantik didepannya, setelan yang dipakai mereka cukup membuat minat orang melihatnya, mereka memang cukup menonjol. Dia bingung bagaimana memulai percakapan canggung itu, tidak langsung ke inti ataupun banyak basi basi, keduanya Anne tidak menyukainya. Samuel mencari cara agar percakapan mereka berjalan lancar, tanpa adanya sebuah keributan, sekecil mungkin Samuel menghindarinya. "Kamu inget kejadi
Antara jam sebelas siang sampai pukul dua siang memang cocok untuk beristarahat, apalagi jika kantor adalah milik sendiri, pekerjaan pun akan lebih santai lagi. Samuel menggunakan keuntungannya dalam hal ini, dia seorang bos perusahaan besar namun masih ingin tetap fleksibel dalam bekerja, pria yang sudah mempunyai istri serta kekasih itu sedikit tidak menyukai peraturan kantor namun para karyawannya harus didisiplinkan. Memang begitulah Samuel, siang ini pun dirinya masih duduk santai bersama kedua temannya di kafe dekat kantornya padahal waktu sudah menunjukan pukul dua siang kurang lima belas menit yang artinya jam makan siang habis. "Jadi lu nanti mau ngedate? sama siapa?" Pertanyaan keluar pertama kali setelah mereka terdiam akibat Regan mengatakan bahwa dirinya akan pergi bersama seorang wanita sepulang bekerja nanti. Mereka cukup terkejut Regan membicarakan soal kekasih atau wanita yang dekat dengannya, mungkin hampir lima tahun lamanya. "Ini firstime Regan nge-date lagi kayak