Tatapannya terkunci pada satu titik wanita hampir memborbardir seluruh hatinya. Dia dapat melihat perasaan rindunya yang terbalaskan setelah berbulan bulan, ingin memeluk pun rasanya masih tak nyaman. Mereka masih saling diam tanpa ingin membuka pembicaraan. Pria itu hampir menjerit serta meronta agar sang wanita tidak marah lagi dan memaafkan kesalahannya, dia muak. Namun bagaimana cara mendapatkan cara instan agar wanitanya itu memberikan belas kasih kepadanya?Kejadian saling tatap menatap itu terhenti. Samuel Atlanta Hayden memilih untuk menatap kearah lain dan tidak memperhatikan wanita cantik didepannya, setelan yang dipakai mereka cukup membuat minat orang melihatnya, mereka memang cukup menonjol. Dia bingung bagaimana memulai percakapan canggung itu, tidak langsung ke inti ataupun banyak basi basi, keduanya Anne tidak menyukainya. Samuel mencari cara agar percakapan mereka berjalan lancar, tanpa adanya sebuah keributan, sekecil mungkin Samuel menghindarinya. "Kamu inget kejadi
Antara jam sebelas siang sampai pukul dua siang memang cocok untuk beristarahat, apalagi jika kantor adalah milik sendiri, pekerjaan pun akan lebih santai lagi. Samuel menggunakan keuntungannya dalam hal ini, dia seorang bos perusahaan besar namun masih ingin tetap fleksibel dalam bekerja, pria yang sudah mempunyai istri serta kekasih itu sedikit tidak menyukai peraturan kantor namun para karyawannya harus didisiplinkan. Memang begitulah Samuel, siang ini pun dirinya masih duduk santai bersama kedua temannya di kafe dekat kantornya padahal waktu sudah menunjukan pukul dua siang kurang lima belas menit yang artinya jam makan siang habis. "Jadi lu nanti mau ngedate? sama siapa?" Pertanyaan keluar pertama kali setelah mereka terdiam akibat Regan mengatakan bahwa dirinya akan pergi bersama seorang wanita sepulang bekerja nanti. Mereka cukup terkejut Regan membicarakan soal kekasih atau wanita yang dekat dengannya, mungkin hampir lima tahun lamanya. "Ini firstime Regan nge-date lagi kayak
"Li nggak usah repot repot bawain bekal Sam, soalnya aku sama Sam mau makan bareng nanti siang," Suara Anne dari ruang keluarga membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Lila memang berniat membuatkan dua bekal untuk Anne dan Samuel, namun kali ini mengurungan niatnya itu dengan tersenyum simpul. Bangun jam setengah lima langsung membuat lawuk untuk tiga bekal, sedikit membuang tenaganya di pagi hari tetapi mendapati suara Anne, dia hanya mampu menatap bekalnya. Beruntung belum membuat satu bekal lagi untuk dirinya. Kini Lila bingung harus memberikan bekalnya untuk siapa? Senna pun tidak mungin karena gadis itu membawanya sendiri. Dia masih tersenyum simpul menatap keduanya. Lalu memasukan kedua bekal itu kedalam tas khusus dengan cepat.Melihat Anne duduk memakai sepatu serta menyiapkan keperluan tas yang akan dibawa, sudah dipastikan bahwa Anne akan ikut bekerja bersama Samuel. Wanita itu datang sejak tadi malam, sesudah malam menyedihkan antara dirinya dan Samuel, dia mengataka
"Random banget kak nanyain kayak gitu. Emangnya aku keliatan suka sama kak Sam," tanya Lila terkekeh namun tak ada unsur gugup sama sekali disana. Wanita itu justru santai saat ditanyai Samuel. Samuel menggelengkan kepalanya. Dia memastikan hal itu memang tidak terjadi. Ketakutan terbesar pertama bagi dirinya adalah akan menyakiti Lila kembali, beribu ribu maaf untuk gadis itu tidaklah cukup. Magnolia Kenina sudah banyak berkorban demi keegoisannya. Namun juga sebelumnya, Samuel lebih takut jika ia yang mencintai Lila terlebih dahulu. Gadis itu sangat mudah membuat orang nyaman. *Samuel menatap gelas berisi kopi itu dengan sendu. Sudah berbulan bulan dirinya belum mengunjungi adiknya, berbulan bulan itu ia juga terasa rindu dengan sang adik. Ketika melihat sosok gadis yang sedang berjalan jalan mengelilingi apartemen setiap malam maupun paginya membuat Samuel semakin mengingat adiknya. Sosok kecil dan cerdas sudah tujuh tahun meninggalkan Samuel, hingga hari harinya terasa begitu ha
Berjalan ber-iringan, mereka melewati beberapa nisan nisan yang berjajar rapi. Samuel tak hentinya sesekali melirik paras cantiknya Lila kala sore ini. Terpaan angin begitu kencang berhasil membuat jari jari manis menyingkirkan anak rambutnya. Warna langit orange hampir berganti dengan biru tua sedikit ke abu abuan itu membuat mereka harus mengakhiri sesi kerinduan kepada sang pemilik nisan bernama Reejila. Tidak terasa sudah dua jam mereka duduk dan berbincang bincang sedikit untuk menghabiskan masa kerinduan kepada Reejila. Beberapa fakta pun Samuel peroleh pada sore hari ini dan berhasil membuatnya bungkam. Fakta yang seharusnya ia tidak terima, dan mengapa harus orang itu dilindungi oleh kedua gadis yang sudah menjadi korban. Mengapa jika benar benar orang itu bukan pelakunya namun hatinya masih terasa tidak ikhlas untuk menerima? Apakah sudah terlalu tertutup dari luka batinnya. "Sejak kapan Reejila cerita ke lu kalo dia suka sama Hessa?" tanya Samuel memecah keheningan diantara
Bunyi decapan memenuhi ruangan bak musik yang mengalun merdu, menambah romantisasi pada malam redup. Mata yang saling terpejam, dan beberapa kali mengubah posisi tangan mereka dari tekuk hingga pundak, mencari cari posisi yang nyaman. Rasa manis dari benda kenyal itu, Samuel benar benar menikmatinya, tidak, mereka sama sama menikmatinya. Di keadaan sadar tanpa rasa khilaf sesaat. Tangannya bergerak sedikit menuntut Tanpa sadar, menarik untuk semakin mendekatkan Lila agar mereka tidak berjauhan. Gadis itu hanya pasrah pada kungkungan suaminya. Beberapa kali ia mendorong untuk diberikan jeda bernafas, namun setelahnya Samuel melanjutkan sesinya. Malam itu pihak pria tidak bisa lagi menghentikan tatapan pesonanya pada istrinya, dia ingin dekat dengan gadis itu untuk beberapa saat. Menciptakan kedekatan yang sempat berjarak hingga terasa jauh, dimana yakinnya tidak bisa digapai. Tetapi, Samuel pun merasakan Lila dapat diraih dengan mudah, beberapa kali mereka berbicara membuat nyaman sat
Tempat huninya masih redup sedikit remang remang karena pencahayaan dari tamannya. Sepi yang mendominasi ruangan dan dinginnya karena pendingin ruangan hidup sejak pagi. Sang pria celingukan mencari seseorang yang sudah satu tempat tinggal bersamanya selama dua bulan lebih ini. Beberapa kali mengecek namun keadaan mengatakan yang sebenarnya bahwa istrinya masih belum pulang. Tangannya bergerak untuk menghidupkan lampu demi menemaninya pada kesepian. Samuel Atlanta Hayden tidak tahu mengapa, dan dimana istrinya itu pergi bahkan menghubunginya saja tidak. Berjam jam Samuel menunggu Lila didepan tokonya, hingga pukul sembilan malam dan ia sempat bolak balik untuk mencari beberapa makanan serta minuman namun tak ada jejak istrinya yang berdiri sembari menyapa seperti biasanya. Memang Samuel salah sudah menjemput Lila hingga telat satu jam lebih, mungkin gadis itu lupa dan lebih memilih untuk mencari ojek online. Samuel mencoba membuka benda pipih itu untuk memastikan ulang apakah Lila me
Atas perintah bosnya kemarin, ketua investigasi rahasia milik keluarga Hayden bertindak untuk mencari kejanggalan pada tempat lokasi petilas kebakaran tujuh tahun yang lalu. Beberapa dari mereka juga diperintahkan untuk mencari beberapa orang yang sempat dicurigai dan hampir dijadikan tersangka. Sekitar lima orang melancarkan aksinya masuk kedalam bangunan kosong itu serta merta mengecek dan mencari suatu barang. Sedangkan ketua mereka mengintai anak buahnya dari luar ruangan dan mengawasi keadaan sekitar. Keterlambatan dalam tujuh tahun lalu harus dicari kembali satu persatu dan tentunya membuat lebih pusing para pencarinya. Kasusnya sudah terpendam bahkan pelaku pasti sudah melarikan diri sejauh mungkin dan berusaha menutupi kasus itu secara baik baik. Atas perintah ketua pemilik Theo'sa mereka rela mengulik kembali dalam dalam masalah ini, dan melakukan berbagai cara yang terbaik.Suara dering telfon terdengar dari jarak kurang lebih lima meter, Ketua investigasi itu menoleh. Ia se