"Ini buat sehari hari lo nanti, yang hemat aja tapi kalo semisal udah habis minta gue lagi, gue nggak masalah." Samuel baru saja memberikan uang kebutuhan rumah serta uang keseharian Lila kepada gadis itu.
Yang Samuel berikan bukan sejumlah uang, tetapi dalam bentuk kartu ATM yang entah Samuel isi berapa. Mungkin kisaran 20 juta dalam kartu tersebut bahkan bisa lebih. Samuel yakin bahwa orang semacam Lila tidak akan se-boros itu dari wanita wanita kebanyakan, dia yakin bahwa Lila akan bisa memanajemen uangnya sendiri. Dua hari ini Samuel memperhatikan penampilan keseharian Lila, gadis itu lemah lembut tapi tegas dan sangat sederhana walaupun dari keluarga kalangan kaya hampir sebelas dua belas dengan Samuel. Dia cukup tertegun akan hal itu mengingat bagaimana perempuan perempuan gila harta diluaran sana. Mengingat kembali Samuel memaksa gadis baik semacam Lila untuk menjadi pendamping hidupnya membuatnya dirundung rasa bersalah. Dia harus terlibat dalam masalah pelik ini, padahal Samuel yakin banyak mimpi yang Lila raih kedepannya tetapi harus dihempaskan karena takdir mereka. Samuel tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi kepada Lila. Neneknya juga tidak salah pilih perempuan untuk merekomendasikan Lila menjadi pendamping hidupnya. "Baik kak. Mungkin kalo uang jajan punya aku sendiri aja, dan kebutuhan rumah uang dari kak Samuel," ujar Lila mencoba menolak uang jajan dari Samuel. Dia cukup tidak enak hati menerima uang kesehariannya dari Samuel. "Lo udah jadi istri gue. Semua kebutuhan lo, gue yang ngasih. Selagi gue mampu, gue bisa beliin jadi lo terima aja. Malah gue keberatan kalo lo pake uang jajan sendiri, nanti papa mertua bakalan bilang apa ke gue?" tanya pria itu dengan nada tak enak hati membuat Lila berpikir ulang kembali, ada benarnya juga. Dari Lila kecil, dirinya selalu diberi uang oleh orang tuanya ataupun nenek-kakeknya. Tidak pernah sekalipun Lila meminta minta kepada pria selain ayah ataupun kakeknya, maksimal itu dari adik ayahnya. Lila berpikir, bahwa meminta kepada seseorang juga hal yang buruk. Dia diberi uang oleh oleh pria lain yang tak lain Samuel adalah pertama kalinya, maka dari itu Lila tolak secara halus. Daripada memperpanjang perdebatan mereka akhirnya Lila mengalah terlebih dahulu. "Gue udah masak nasi goreng tadi pagi. Gue minta tolong lo buat masak siang nanti, bisa kan?" tanya pria jangkung tersebut. "Nggak papa kak, aku free terus," jawab Lila dengan menganggukan kepalanya penuh tanggung jawab. Samuel tersenyum. Dia reflek menggerakkan tangannya untuk mengelus rambut panjang Lila, kegiatan yang seharusnya dia lakukan untuk Anne namun kini Samuel lakukan kepada istri barunya. Ini murni karena isi hatinya sendiri, bahkan dia masih tersenyum menatap Lila. Samuel suka kepada orang orang yang penurut seperti Lila dan Anne. Kedua gadis itu mempunyai sikap serta sifat hampir mirip, perbedaannya terletak pada cara berpakaian dan kehidupan yang mereka punya. Lila terlihat lebih tenang sedangkan Anne terlihat tergesa gesa. Tetapi Anne lah yang tetap sempurna dimatanya. Sedangkan Lila cukup terkejut dengan perlakuan yang jarang dilakukan oleh pria pria lain disekitarnya, baru pertama kalinya ada seorang pria berani mengacak pucuk kepalanya begitu lembut seperti gerakan gemas. Dan pertama kalinya pula Lila tidak menolak perlakuan lebih tersebut, biasanya dia akan menghindar sejauh mungkin hingga para laki laki yang mengejarnya merasa lelah sendiri. Jantungnya kini berdetak begitu cepat. "Gue pamit dulu ya," ucap Samuel yang melepaskan gerakan tangannya begitu saja. Dia masih tersenyum kepada Lila lalu pergi bergegas. "Kak Samuel tunggu, aku lupa sesuatu!" ungkap Lila yang melangkahkan kakinya lebih cepat kearah Pria jangkung itu, dia melupakan apa kata bundanya dahulu. Lila semakin mendekatkan dirinya kearah Samuel hingga mereka sekarang saling berhadapan layaknya pasangan suami istri yang ingin berpamitan. Samuel menatap gadis itu dengan pandangan bertanya dengan gerakan perlahan Lila mengangkat tangan kanan Samuel tanpa persetujuan sang empu, dia juga memberikan ciuman telapak tangannya persis gerakan pamit seperti yang dilakukannya dengan orang tuanya dahulu. "Hati hati dijalan ya kak, gausah ngebut ngebut." Samuel mengerjapkan matanya, sungguh baru pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini dulu mungkin bersama keponakannya yang masih kecil, bahkan Anne belum pernah melakukannya seumur hidup. Jujur saja, hatinya menghangat diperlakukan layaknya suami pada umumnya. Apakah ini petanda bahwa Lila mau menerimanya? "Gue bakal hati hati," jawabnya lalu benar benar memasuki mobilnya. Cowok bertubuh jangkung itu mencoba melupakan kejadian baru saja, tetapi bibirnya dan hatinya menolak untuk tidak bahagia. Lila masih belum berhenti tersenyum menatap kepergian Samuel hingga mobil itu menghilang dari kawasan apartemen Lila dia baru menghentikan senyumannya. Lila tersadar bisa tersenyum selama itu kepada Samuel padahal dia hanya beberapa kali bertemu. Ada gerangan apa hatinya sekarang, mungkin karena efek usapan pucuk kepala tangan Samuel hingga Lila bisa seperti ini? Lila menggelengkan kepalanya kembali, dia harus membatasi perasaannya sekarang karena Lila tersadar sejak awal bahwa Samuel mempunyai kekasih bernama Anne. Dan Magnolia Kenina harus bisa menghindar kembali akan sikap sikap manis yang Samuel berikan.*** Dua hari yang lalu keluarga Hayden dan keluarga Lila baru saja mengucapkan restu kepada kedua pasangan suami istri agar selalu menjadi pasangan sejati hingga hari ajal mereka menjemput. Dua hari itu pula Lila belum bisa menerima sepenuhnya Samuel menjadi suaminya. Terkadang malam malam seorang Magnolia Kenina bisa menangis karena mengingat orang tuanya begitu tega menyerahkannya kepada orang asing yang beberapa kali ditemuinya. Lila belum ikhlas menerimanya walaupun Samuel bersikap baik sekaligus. Ada setitik rasa takut di lubuk hatinya bahwa awal sikap Samuel bisa berubah sewaktu waktu. Lalu dirinya dipermalukan di khalayak umum karena tidak bisa menjadi istri yang baik, mengingat bagaimana kerasnya dunia jika ada laki laki yang berselingkuh istrinya lah yang akan disalahkan. Lila juga mempunyai ketidak kepercayaan kepada pria, mengingat ayahnya dulu pernah berselingkuh dari bundanya, dia bisa mengingat jelas cemooh yang di telontarkan oleh orang orang kepada bundanya. Awal pernikahan mereka pun sebenarnya sudah terlihat bahwa Samuel mempunyai kekasih, tetapi Lila sama sekali tidak mempermasalahkannya karena dia tahu batasannya. Umurnya juga masih muda untuk menerima kenyataan bahwa dia sudah menjadi istri orang. Lila bertanya dalam hati, apakah besok dia benar benar akan bisa menerima sosok Samuel menjadi suaminya? Apakah dia bisa mencintai Samuel dan akan menempatkan pria itu sebagai pasangan hidupnya? Mungkin seiring berjalanannya waktu akan bisa tetapi untuk saat ini mungkin Lila belum ada niatan untuk membuka hatinya. Lila masih sakit hati karena dijadikan sebuah alasan agar pria itu bisa bersenang. Untuk saat ini Lila akan mencoba menerima takdirnya terlebih dahulu dan perlahan lahan menerima semua hal berkaitan dengan Samuel Hayden. Lila, gadis yang tengah memakai gaun berwarna putih bercorak bunga anggrek memenuhi seluruh gaunnya itu diterpa angin angin kecil hingga sedikit berkibar mengikuti arah mata angin. Kali ini dia akan menyelesaikan sesi lamunannya serta kegiatan menyirami bunganya karena bertepatan bel Apartemen milik Samuel berbunyi, dengan segera tanpa mempedulikan siapa tamunya Lila menaruh alat siram ke sembarang arah menuju pintu utama. Tangannya yang lentik membuka pintu tersebut gerakan terburu buru. Ketika dihadapkan tamu tak dikenalinya itu Lila menautkan alis. Wanita cantik dengan blazer berwarna hitam dan celana yang sepadan serta tas bewarna putih bermerk Dior ditaruhnya di depan badan, wanita itu tampak dewasa tetapi ketika melihat bagaimana wajah ayunya membuat Lila berpikir bahwa wanita itu masih seumuran sama dengannya bahkan bisa saja dibawah umurnya. Bagaimana cara berpakaian wanita itu sangat berbeda dengan Lila sekarang hanya menggunakan dress ala korea. Lila tersenyum manis menyambut tamu tak diundang tersebut. "Magnolia Kenina ya?" Pertanyaan pertama kali yang keluar dari bibir wanita itu membuat Lila terperangah. Terperangah karena suaranya terlalu lembut. "Ada Sam di dalam?" Hingga detik itu Lila tersadar bahwa tujuan wanita itu bukan karena dirinya, tetapi karena suaminya Samuel.*** Samuel hanya dapat diam sejak teman temannya memberikan pujian kepada istri barunya. Samuel sama sekali tidak menunjukan reaksi lebih bahwa dirinya tengah cemburu ataupun menunjukan sikap kurang suka kepada teman temannya. Dia hanya diam menikmati teh yang disajikan oleh pelayan kantor dan mengamati benda pipih itu tanpa adanya notifikasi. Samuel menunggu seseorang mengirimkannya pesan sejak kepulangan orang yang ditunggunya dari study diluar negeri, biasanya ada satu kabar bahwa dirinya sudah selamat sampai tujuan tetapi sejak beberapa jam yang lalu orang itu tak kunjung mengirimkannya pesan. "Lila cantik kayak gini lo anggurin Sam? Nggak make up aja dia cantik, natural keliatan sederhana walaupun orang tuanya termasuk kaya," celetuk temannya. "Nggak heran orang tua lo langsung setuju buat langsung dijodohin. Lo milihnya nggak salah lagi Sam," lanjut temannya saat ini memakai jas putih, khas dokter. Samuel masih tak mempedulikan bahkan tidak ingin merespon pembicaraan mereka, dia sama sekali tidak tertarik akan topik pembahasan mereka. Pria jangkung itu memang membenarkan bahwa Lila sangat cantik dan sederhana tetapi yang membuat dirinya tertarik pada gadis itu bukanlah dari segi wajah ataupun kekayaan orang tuanya, tetapi hati Lila sendiri, keteguhan gadis itu. Sejak awal yang cocok diberikan apresiasi bukanlah dirinya, tetapi neneknya karena dia yang memperkenalkan Lila kepada Samuel. Dan dari itu semua, Samuel hanya tertarik kepada Anne semua sisi gadis itu Samuel sukai bahkan Lila kalah dari gadis itu. "Kalian ada yang tertarik sama Lila?" tanya Samuel masih menatap handphonenya dengan alis menyatu, membuat teman temannya berpikir bahwa Samuel sedang marah karena mereka terus memuji istrinya. Lantas teman temannya itu menyemburkan tawanya sehabis mengamati wajah Samuel. "Sam, kalo lakinya kayak lo mana mungkin kita berani ngambil bininya tapi semisal di izinan mah kita gas aja ya kan Gan?" tanya teman Samuel itu dengan gayanya menggoda Samuel, nyatanya yang digoda hanya diam saja tanpa ingin menjawab. "Mil, gue kasih tau ya. Dulu waktu masih SMA Lila banyak yang naksir sama dia, tapi banyak juga yang ditolak sama Lila nggak tau alasannya karena apa. Apalagi modelan lo, gue yakin Lila bakalan nolak," jawab Regan begitu gamblangnya tanpa ingin menyaring semua perkataan yang terucap. Mudah saja, dia hanya berbicara tentang fakta. Jika tadi CEO dari Theo'sa memang tidak tertarik dengan perbincangan kedua temannya tetapi ketika temannya bernama Regan membicarakan bahwa istrinya banyak digemari banyak laki laki semasa SMA, Samuel langsung memasang telinga untuk mendengarkan cerita dari Regan. Pria berambut hitam sedikit kecoklatan itu baru mengetahui bahwa Regan dan Lila pernah satu SMA dulunya, Regan juga tidak pernah sesekali menceritakan Lila sebelumnya. "Nggak salah lagi, orang cantik kayak gini gue dulu juga bakal demen." Emil masih tetap memandangi wajah ayu Lila yang kebarat barattan. "Gue dulu pernah deket sama Lila, tapi kayaknya Lila salah mengartikan gue mau deket sama dia. Tinggal beberapa kali lagi kayaknya udah jadi pacar pertama dia, tapi gue ngerusak semuanya." Regan tersenyum tipis bagaimana mengingat setiap detik gadis itu bahkan tawanya yang merdu sangat enak didengar. Mungkin tawa Lila seperti lagu yang mengalun di setiap malam kelabu Regan. "Kok bisa modelan kayak lo deket sama Lila. Mungkin Lila kena pelet kalik ya?" cerocos Emil tidak percaya dengan cerita temannya sekarang. Helaan nafas Regan terdengar sampai ditelinga Samuel. Dia tahu bahwa dari helaan itu terkandung makna tersirat masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh Regan. Samuel pintar membaca situasi Regan sekarang, bagaimana mata tidak ikhlas dan raut wajahnya yang menandakan terjadi sesuatu diantara mereka. Lebih tepatnya, perasaan Regan belum sepenuhnya menghilang. Samuel tidak salah lagi. Tetapi jika suatu ketika Regan ingin mengambil hak patennya seperti dulu, mungkin dia tidak akan menghalanginya lagi kali ini. Samuel yakin bahwa perasaannya sampai akhir hanya akan dimenangkan oleh Anne. "Terus gimana kabarnya Anne, Sam? Dia udah sampai ke Indonesia kan?" tanya Emil yang bersamaan telepon genggam milik Samuel bersuara. Dia mengabaikan Emil, lebih memilih mengangkat teleponnya. "Halo? Kamu udah sampai ke indo?" tanya Samuel kepada orang yang ditunggunya sejak tadi. [Udah nih, malah udah ketemu sama istri kamu. Oh ya Sam, ternyata dia baik banget hampir mirip kayak aku ya,] kekeh orang diseberang sana sambil menikmati jamuan yang disajikan oleh istri baru kekasihnya.Tangan lentik khas perempuan itu mencoba membukakan pintu Apartemen kembali untuk kedua kalinya dalam sehari. Perempuan cantik masih menggunakan dress korea mengira dari awal bahwa yang datang kali ini adalah suaminya. Ketika mereka berhadapan, membuat tebakannya benar adanya. Dua insan itu saling menatap beberapa detik tanpa salah satu diantara mereka tersenyum seperti kejadian tadi pagi. Perlu diingatkan sejak awal tidak ada yang spesial antara keduanya. Menantu yang baru saja memiliki nama marga dibelakang Hayden itu dengan sadar diri menyingkirkan tubuhnya untuk memberi jalan tunggal pertama cucu Hayden. Magnolia Kenina tahu betul bahwa sang suami segera ingin bertemu dengan tamunya, dan ia tak diperbolehkan untuk menghalangi. Lila tidak ada niat untuk menyambut mereka ataupun melihat mereka bermesraan didepannya, Lila memilih pergi dari kawasan menuju ke dapur apartemen. Dia akan membuatkan jus jeruk untuk keduanya sebagai formalitas.Setelah Lila nanti me
Respon diamnya semakin membuat Samuel yakin bahwa Lila mendengar semuanya. Lila ingin memberikan respon menolak juga dirinya merasa hal itu tidak berguna dan memilih jujur dari kediamannya. Inti permasalahan dalam pernikahan mereka gadis itu juga mendengarkannya lantas untuk apa dirinya berbohong hanya demi egonya yang merasa tersakiti dijadikan sebuah penutup aib mereka. Untuk kali ini Lila akan menyampaikan semua keluh kesah dihatinya, dia tidak akan memendamnya seperti beberapa hari ini. Walaupun Samuel akan lebih banyak pikiran pun Lila tidak akan mempedulikannya. Dia memikirkan sejak kemarin, mengapa harus dia yang dijadikan benteng untuk mereka? Lila tahu bahwa pernikahan itu adalah takdirnya, menjelaskan sedikit kepada dirinya juga Lila merasa tak berguna. Pikirannya akan selalu mendoktrin bahwa ini takdir yang telah merusak masa depannya. Di satu sisi untuk mengikhlaskan pun rasanya sulit. Lila pikir, bagaimana pria yang tengah memandanginya sekarang dengan mudah melamarnya se
Samuel memperhatikan bagaimana penampilan Lila pagi ini. Sebenarnya tidak hanya itu yang mampu membuatnya keluar dari kamar tempat ternyamannya tetapi aroma hidangan menguar masuk Indra penciuman Samuel sejak pagi tadi, karena perutnya sudah berteriak teriak sejak tadi meminta untuk diisi akhirnya mengalah melawan egonya sendiri tidak mampu bertemu dengan Lila. Pertama kali yang Samuel lihat, gadis itu seperti akan pergi ke suatu tempat karena pakaiannya yang cukup kasual. Samuel melangkahkan kakinya mendekati meja dapur yang Lila tempati mencoba untuk tidak peduli. Suasana diantara mereka canggung bahkan terbilang cukup parah daripada awal pernikahan mereka. Pagi pagi sebelumnya Lila sudah mulai ramah untuk menyapa Samuel, tetapi pagi ini Samuel sama sekali tidak mendapatkan senyuman dari wajah ayu Lila. Samuel tidak mempermasalahkannya, dia juga mewajarkan bahwa Lila harus bersikap seperti itu kepadanya. Samuel sadar bahwa apa yang dimintanya tadi malam adalah permintaan paling bere
Pagi pagi berangkat ke tempat Kerja Lila hanya menggunakan kendaraan ojek online, ketika pulang dia sama sekali tak ada tumpangan. Keberuntungan berpihak kepada Lila, sepertinya hanya untuk hari ini Lila diberikan tumpangan gratis dari Sena. Sebenarnya Lila bisa mengendarai mobil ataupun montor, namun apalah daya tak ada satupun kendaraan itu berada di apartemen Samuel. Sungguh Lila tidak mengharapkan tumpangan dari Samuel pagi tadi, jika memang Samuel memberikan tumpangan kepadanya maka Lila akan menolak karena mengingat perdebatan dia dan Samuel pagi tadi, biasalah menghindari suasana tidak nyaman. Lila hanya ingin yang terbaik, dia juga menghormati hubungan suaminya dan Anne. Lalu sekarang? Lila diberikan tumpangan cuma cuma dari Sena, gadis itu mengatakan bahwa mereka satu arah dan hanya berjarak beberapa meter dari apartemen Samuel. Berakhir paksaan dan Lila sudah terpojokkan oleh Sena akhirnya dia pun menyanggupinya. Sena sudah berjuang membujuk seharusnya Lila yang diberi tumpa
["Kamu baik baik aja kan?"] Terdengar pertanyaan jelas bunda Lila-Indira lewat handphone yang digenggamnya sekarang. Terdengar dari suara itu mengkhawatirkan anak tunggalnya yang jauh dari jangkauannya. Lila hanya mampu tersenyum pedih, dia rindu dengan bundanya. Magnolia Kenina hanya bisa menganggukan kepalanya walaupun Indira tidak tahu anggukan ragu itu. Dibilang baik baik saja juga tidak, keadaanya sekarang diantara tengah tengah buruk dan baik baik saja. Lila sebagai anak yang tidak mau orang tuanya khawatir hanya bisa berpura pura didepan mereka, dan rela berbohong demi keadaan yang ada. Demi keselamatan suami dan ayahnya yang takut dipermalukan itu, Lila tidak sanggup untuk berbicara jujur kepada Indira karena dia tahu bahwa setelahnya semua akan kacau. Apalagi yang harus dilakukannya jika bukan mengalah."Baik baik aja bunda, Kak Sam baik banget sama aku. Kalian nggak salah pilih lagi," ucap Lila penuh kebohongan, bahkan dia menyelipkan nada bahagia disana sampai membuat Indi
Tatapannya terkunci pada satu titik wanita hampir memborbardir seluruh hatinya. Dia dapat melihat perasaan rindunya yang terbalaskan setelah berbulan bulan, ingin memeluk pun rasanya masih tak nyaman. Mereka masih saling diam tanpa ingin membuka pembicaraan. Pria itu hampir menjerit serta meronta agar sang wanita tidak marah lagi dan memaafkan kesalahannya, dia muak. Namun bagaimana cara mendapatkan cara instan agar wanitanya itu memberikan belas kasih kepadanya?Kejadian saling tatap menatap itu terhenti. Samuel Atlanta Hayden memilih untuk menatap kearah lain dan tidak memperhatikan wanita cantik didepannya, setelan yang dipakai mereka cukup membuat minat orang melihatnya, mereka memang cukup menonjol. Dia bingung bagaimana memulai percakapan canggung itu, tidak langsung ke inti ataupun banyak basi basi, keduanya Anne tidak menyukainya. Samuel mencari cara agar percakapan mereka berjalan lancar, tanpa adanya sebuah keributan, sekecil mungkin Samuel menghindarinya. "Kamu inget kejadi
Antara jam sebelas siang sampai pukul dua siang memang cocok untuk beristarahat, apalagi jika kantor adalah milik sendiri, pekerjaan pun akan lebih santai lagi. Samuel menggunakan keuntungannya dalam hal ini, dia seorang bos perusahaan besar namun masih ingin tetap fleksibel dalam bekerja, pria yang sudah mempunyai istri serta kekasih itu sedikit tidak menyukai peraturan kantor namun para karyawannya harus didisiplinkan. Memang begitulah Samuel, siang ini pun dirinya masih duduk santai bersama kedua temannya di kafe dekat kantornya padahal waktu sudah menunjukan pukul dua siang kurang lima belas menit yang artinya jam makan siang habis. "Jadi lu nanti mau ngedate? sama siapa?" Pertanyaan keluar pertama kali setelah mereka terdiam akibat Regan mengatakan bahwa dirinya akan pergi bersama seorang wanita sepulang bekerja nanti. Mereka cukup terkejut Regan membicarakan soal kekasih atau wanita yang dekat dengannya, mungkin hampir lima tahun lamanya. "Ini firstime Regan nge-date lagi kayak
"Li nggak usah repot repot bawain bekal Sam, soalnya aku sama Sam mau makan bareng nanti siang," Suara Anne dari ruang keluarga membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Lila memang berniat membuatkan dua bekal untuk Anne dan Samuel, namun kali ini mengurungan niatnya itu dengan tersenyum simpul. Bangun jam setengah lima langsung membuat lawuk untuk tiga bekal, sedikit membuang tenaganya di pagi hari tetapi mendapati suara Anne, dia hanya mampu menatap bekalnya. Beruntung belum membuat satu bekal lagi untuk dirinya. Kini Lila bingung harus memberikan bekalnya untuk siapa? Senna pun tidak mungin karena gadis itu membawanya sendiri. Dia masih tersenyum simpul menatap keduanya. Lalu memasukan kedua bekal itu kedalam tas khusus dengan cepat.Melihat Anne duduk memakai sepatu serta menyiapkan keperluan tas yang akan dibawa, sudah dipastikan bahwa Anne akan ikut bekerja bersama Samuel. Wanita itu datang sejak tadi malam, sesudah malam menyedihkan antara dirinya dan Samuel, dia mengataka