Samuel memperhatikan bagaimana penampilan Lila pagi ini. Sebenarnya tidak hanya itu yang mampu membuatnya keluar dari kamar tempat ternyamannya tetapi aroma hidangan menguar masuk Indra penciuman Samuel sejak pagi tadi, karena perutnya sudah berteriak teriak sejak tadi meminta untuk diisi akhirnya mengalah melawan egonya sendiri tidak mampu bertemu dengan Lila. Pertama kali yang Samuel lihat, gadis itu seperti akan pergi ke suatu tempat karena pakaiannya yang cukup kasual. Samuel melangkahkan kakinya mendekati meja dapur yang Lila tempati mencoba untuk tidak peduli.
Suasana diantara mereka canggung bahkan terbilang cukup parah daripada awal pernikahan mereka. Pagi pagi sebelumnya Lila sudah mulai ramah untuk menyapa Samuel, tetapi pagi ini Samuel sama sekali tidak mendapatkan senyuman dari wajah ayu Lila. Samuel tidak mempermasalahkannya, dia juga mewajarkan bahwa Lila harus bersikap seperti itu kepadanya. Samuel sadar bahwa apa yang dimintanya tadi malam adalah permintaan paling berengsek dari seorang suami. Ketika dia memposisikan diri menjadi Lila mungkin Samuel yakin dia akan meminta perceraian tetapi malam tadi Lila sama sekali tidak membahasnya hanya saja permintaan dari gadis itu cukup membuatnya terkejut.Pertikaian tadi malam selesai begitu saja ketika Samuel tidak mampu menjawab permintaan Lila. Samuel hanya mampu terdiam hingga gadis itu sepertinya frustasi dan meninggalkan dirinya sendiri termenung dalam remang remang malam. Samuel ingin meminta maaf tetapi ia urungkan ketika melihat Lila hanya diam saja tanpa ingin mengatakan apapun, dia ingin memberikan waktu gadis itu untuk menenangkan hati dan pikirannya. Mungkin Samuel rela jika di diamkan oleh Lila sampai beberapa Minggu kedepan, Samuel tidak akan mempermasalahkannya. Mungkin saja."Kak nanti aku pulangnya agak telat, kayaknya dan nggak bisa buat bekal siang kak Sam. Aku juga minta maaf karena udah mau kerja padahal kemarin bilangnya bakal free buat beberapa hari kedepan," ujar Magnolia Kenina lalu terkekeh diakhir kata begitu garing.Samuel memperhatikan makanan sarapannya terlihat hambar. Harusnya dia yang menyapa gadis itu agar suasananya mencair walaupun dikata tetap susah. Rasanya Samuel ingin mencegah Lila untuk bekerja dirumah saja karena bekerja adalah kewajibannya dan tak perlu melelahkan diri sendiri, dia mampu memberikan apapun untuk Lila. Samuel hanya bisa memikirkan keiinginannya itu, dia sekarang hanya mampu memberikan persetujuan. Samuel juga tahu bahwa Lila ingin mencari kegiatan yang sekiranya tidak monoton di apartemen ini berkedok menghindari dirinya. Samuel menjawab dengan anggukan kepala singkat seolah olah tidak ikhlas jika Lila tetap bekerja."Aku mau berusaha nabung untuk aku sendiri kak, makanya aku minta izin dari kak Sam," gumam Lila begitu ceria hingga menerbitkan kerutan di dahi Samuel. Pria itu langsung menatap Lila tatapan bertanya."Nabung buat apa?" tanya Samuel begitu keheranannya.Dari sorot mata Lila yang menatapnya ada sebuah titik kesedihan begitu dalam. Samuel langsung mengerti bahwa Lila menyembunyikan masalah bahkan untuk menatapnya saat ini sangat terpaksa. Samuel bertanya untuk memastikannya, tetapi jika dipikir kemudian Lila adalah tipe orang yang mandiri dan tidak ingin merepotkan banyak orang termasuk dirinya. Keiinginannya menabung agar uang itu digunakan untuk apa? Atau untuk keperluan melarikan diri dari apartemennya?"Besok kalo kita cerai gue bakalan nanggung bahkan cariin lu rumah pun gue sanggup. Kayaknya dengan kata maaf nggak akan berguna dan sia sia, kesalahan gue emang sebesar itu Lil jadi untuk masa depan lu gue bakalan jamin semuanya tapi kalo semisal lu mau kerja juga nggak papa. Gue izinin." Samuel tersenyum sedih menatap kebawah. Bahkan dia sendiri tidak sanggup untuk menatap Lila."Untuk itu ya kak?" Lila mendesah sangat jelas seperti melepaskan beban hidupnya. Dia menatap Samuel masih menunduk karena sedih."Aku nggak bermaksud mengumbar ngumbar ataupun membuat kak Sam mengasihani aku. Dari kecil aku udah diatur sama orang tua aku, apapun keiinginan aku ditolak sama mereka dan aku harus nurut sama keiinginan mereka. Hanya untuk waktu sekarang aku bisa bebas walaupun masih ada batasannya, aku harus cari kerja sendiri agar bisa bangun rumah di masa depan dan kalo bisa nggak akan balik kerumah aku." Lila menghentikan penjelasannya, dia juga bergantian menatap kebawah penuh luka tetapi masih bisa tersenyum samar."Aku nggak benci sama mereka tapi aku cuman mencari suasana baru dan menjauhi orang orang yang sekiranya toxic biar hidup aku menjadi normal seutuhnya. Untuk orang orang bertanya kenapa aku pergi? Keputusan aku udah telak karena mereka yang membuat aku pergi.""Untuk masa depan biar aku aja kak karena dari awal aku merasa memang hanya sendiri, kak Sam nggak usah bantuin dan untuk masa depan aku biar aku aja yang tau bakalan pergi kemana." Lila tersenyum penuh arti menatap Samuel, dia seperti mengharapkan suatu yang besar disana.Pria itu mendongakkan kepalanya menatap Lila tengah tersenyum. Dia semakin menampakan wajah sedihnya. Penjelasan runtut dibarengi nada yang lembut membuat Samuel sadar bahwa dia manusia ter-berengsek meminta Lila dengan permintaan semena mena. Pagi ini Samuel tersadar bahwa Lila menyimpan banyak beban dipundaknya lalu dia termasuk orang yang menambahkan beban beban itu sendiri. Penolakan Lila juga menyakitkan seperti dirinya tidak akan diterima lagi di sisinya. Apakah Samuel Atlanta Hayden masih bisa mengharapkan jika sesuatu tidak sesuai dugaannya dia bisa kembali kepada Magnolia Kenina, istrinya?"Itu pilihan lu Lil, gue nggak bisa nolak bahkan nggak akan berhak karena gue juga yang jadiin lu buat menutupi hubungan kita." Samuel menghela nafasnya sembari menahan desiran desiran aneh dari dadanya."Gue cuman pengen komunikasi kita baik baik aja bahkan setelah ini. Tapi kalo semisal lu nggak sanggup gue nggak papa," ujar Samuel bergantian tersenyum menatap Lila.Yang dilihat Samuel adalah anggukan kecil diselingi helaan nafas begitu lembut. Petanda bahwa gadis itu menyetujui permintaannya walaupun saat ini Samuel sama sekali tidak bisa mendiskripsikan tanggapan wajah Lila. Ekspresi Lila cukup biasa saja menanggapi masalah besar yang mereka alami saat ini, apalagi ungkapan ungkapan berengsek yang Samuel lontarkan tidak dibahas oleh Lila. Samuel sangat yakin bahwa gadis itu akan membahas keesokan harinya."Aku sanggup sanggup aja kak, tapi aku juga butuh waktu buat menetralkan semua ini dengan nggak membahas lagi permasalahan kita," ucap Lila."Jalani aja hidup kita sendiri sendiri. Kak Sam punya Anne dan aku juga punya kehidupan sendiri. Setelah aku pikir panjang tadi malam ternyata pernikahan ini juga menguntungkan aku. Aku jadi nggak terjerat lagi sama pilihan mereka, aku jadi bebas mau pilih apapun kehidupan aku apalagi setelah kita cerai mungkin bakalan lebih plong lagi," lanjut Lila diakhir senyuman bahagia diakhir permintaannya itu.Samuel menganggukan kepalanya sedikit ragu. Dia akan mencoba menerima sepenuh hati permintaan dari Lila. Samuel juga senang Lila akan menerima kekurangannya bersama Anne demi mewujudkan pernikahan mereka di masa depan, Samuel juga mendapatkan tanggapan positif dari Lila karena gadis itu merasa diuntungkan. Masalah yang timbul disebabkan oleh dirinya sendiri, jadi apapun yang akan Lila lakukan Samuel mendukung sepenuhnya. Samuel tidak akan mencoba menghalangi Lila kedepannya."Gue bersyukur kalo lu mau menerima pernikahan kita."***"Atas nama mbak Magnolia Kenina, saat ini anda sedang menjalani masa trainee yang membutuhkan beberapa Minggu hingga satu bulan lebih, jika sudah melewati masa trainee anda akan menjadi karyawan tetap kami dan akan diberikan seragam sesuai persyaratan yang berlaku.""Jadi apakah anda siap menjalani masa trainee mulai hari ini?" tanya Koki berada didepan Lila.Badannya yang sigap, tanpa membungkuk sedikit pun dan pandangan fokus kedepan menatap sang bos. Magnolia Kenina saat ini sudah siap untuk melakukan trainee menjadi karyawan berada di toko Moceka, sebuah toko kue dan peralatan kue dalam satu gedung tingkat dua. Lila siap melakukan pekerjaannya dengan senang hati. Gajinya juga cukup untuk digunakan dalam tujuh sampai delapan bulan kedepan, apalagi dengan usahanya yang lain.Walaupun pekerjaannya cukup jauh berbeda dengan prodi kuliah yang diambilnya dulu tetapi Lila senang membuat macam macam kue dirumahnya dulu, bahkan sampai ingin dibuatkan toko oleh ayahnya. Sebuah hobi yang dituangkan dalam pekerjaan itu akan lebih mudah, karena ketika melakukannya cenderung semangat tanpa ada keterpaksaan. Saat kita terpaksa karena sebuah pekerjaan maka sehari hariannya cenderung sangat susah dan tidak mudah paham, tetapi ketika kita menyukai pekerjaan itu maka kita juga yang akan bahagia dengan hasilnya."Saya siap selalu pak untuk bekerja di Moceka, dan saya sangat berterimakasih karena bapak sudah menerima saya dalam pekerjaan ini," ucap Lila begitu mudahnya."Baik silahkan mbak Lila bisa bertanya tanya kepada mbak Sena nantinya jika mengalami suatu masalah atau kebingungan nantinya ya?"Penerimaan pekerjaan kali ini membuat Lila senang karena masa pengumuman yang biasanya bisa satu bulan lebih, kali ini hanya satu Minggu dan syukurnya dia langsung diterima karena mungkin bosnya itu membutuhkan karyawan spesifiknya seperti Lila. Entahlah, bosnya itu benar benar selektif saat memilih karyawannya. Waktu pendaftaran saja ada lima orang mengantri, saat itu Lila harus memasak kue secara langsung dan dicicipi oleh bosnya. Syukurnya kue itu cocok di lidah bosnya, padahal hanya kue brownis biasa."Baik pak, terimakasih banyak." Lila membungkukkan badan kepada bos nya sebagai tanda hormat. Setelah ini, dia akan segera menjalani pekerjaannya.Lila tersenyum kearah Sena, seorang gadis terlihat masih muda. Dari perawakannnya baru saja lulus SMA dan ingin memasuki kuliah atau mungkin sudah memasuki satu semester. Sena tersenyum begitu cerah menyambut teman barunya, seolah olah Lila disambut begitu lebar untuk dijadikan teman baru. Dari pandangan Lila, Sena mudah bergaul dan tidak aneh aneh. Dia gadis sederhana dibalik beberapa barang mahal yang dipakainya, seperti sepatu dan tas sekolahnya yang Lila yakin bahwa Sena dari kalangan Samuel. Sederhana yang dimaksudkan Lila, karena gadis itu ingin prihatin dan tidak menampakan bahwa dirinya orang kaya, mempunyai sifat arogansi tinggi."Kak Lila aku tunggu tunggu dari kemarin tapi ternyata baru masuknya sekarang," ucap Sena yang langsung membuka topik pembicaraan. Benar bukan dugaan Lila bahwa Sena mudah bergaul? Dia pun langsung merasa nyaman."Baru bisa mulai sekarang Sen, soalnya kemarin pak Rony ada acara jadi harus di undur hari ini," jawab Lila dengan senyuman begitu lebar, di angguki pula oleh Sena."Fresh graduate ya Sen? Nunggu pengumuman SBMPTN?" tanya Lila, membuka topik pembicaraan lain.Percakapan itu terus berlanjut tak ada hentinya. Mungkin berhenti jika pembeli datang atau Rony memberikan perintah. Menurut Lila, semuanya sudah terkontrol dari segi keuangan. Tinggal harapan harapan lain belum terwujud, dia berusaha menyicil sedikit demi sedikit. Lila akan bersabar hingga hari itu datang, dan semoga saja dia benar benar bebas dari siksaan orang orang yang telah mengatur hidupnya.***Matanya terus memandangi konsonan kata yang tersusun rapi akan dijadikan file perusahaan itu. Beberapa kata juga perlu dia tambahkan untuk menjadi sempurna lalu disimpan setelah selesai. Pekerjaan yang Samuel harapkan sudah selesai namun ternyata hasilnya kosong. Selesai dalam waktu singkat adalah angan angannya saja, mungkin dia akan membutuhkan waktu lama untuk membereskannya. Belum lagi rapat bersama rekan kerjanya, membuat Samuel harus memijat pangkal hidung ditengah melihat lihat dokumen lainnya.Dari pagi jam delapan, Samuel harus dihadapkan beberapa dokumen dokumen penting dari bawahannya untuk dimintai keterangan serta tanda tangan. Padahal saat dia sudah sampai di kantornya mengharapkan kopi panas untuk menyegarkan pikirannya karena dua perempuan itu. Takdirnya untuk berorientasi kepada masalah mungkin tidak akan berhenti. Stop. Semoga saja tidak, karena itu yang diharapkan oleh Samuel.Tetapi entah pikirannya tengah kacau atau pada dasarnya pekerjaannya itu menumpuk dari biasanya, padahal hari hari biasanya semua masalah teratasi. Tangannya gatal ingin mencoret coret huruf huruf tersebut atau merobeknya agar cepat habis. Beruntungnya kesabaran Samuel kali ini masih tersisa sedikit, jadi dia bisa menahannya. Samuel sangat mengharapkan setelah ini semuanya akan kembali normal seperti biasanya, dan dia lebih santai. Semoga saja."Muka lu butek amat sih Sam? Ngopi dulu dah biar fresh gitu," ucap tamu tak di undang tersebut, asal buka tutup ruangan kantor Samuel.Samuel menatap kearah temannya itu dan menatap keatas sedikit jam dinding yang jarumnya sudah mengarah angka empat belas. Benar kata temannya dia harus istirahat sejenak untuk menetralkan semuanya, tidak usah terburu buru seperti sekarang. Terkadang Samuel sering melupakan jam makan siangnya dan sibuk dengan dunianya sendiri, jika tidak ada yang memberitahukannya maka dia akan melupakannya juga. Samuel masih bersyukur temannya itu menghampirinya.Tangannya menutup beberapa berkas berkas penting dan terakhir menutup laptopnya. Samuel juga memeriksa pesan terakhir, terkirim pada pagi hari tadi untuk kekasihnya, tetapi tidak di balas apapun. Samuel menghela nafasnya, mencoba menghiraukannya dan membuka room chat lainnya namun yang didapatkannya tidak ada balasan juga. Sungguh isi otak Samuel bisa meledak kapan saja karena dibuat gelisah dan over thinking karena kedua gadis itu."Udahlah bro, nanti cari cewek lain lagi," ucap Emil sembarangan. Samuel lagi lagi hanya meliriknya saja.Masalahnya dua saja dia sudah dibuat pusing apalagi sampai tiga dan empat bahkan sepuluh, mungkin bisa Samuel tidak terselamatkan. Andai beberapa bulan kemarin Samuel tak asal menyetujui permintaan sang nenek mungkin hari harinya akan normal, tetapi Samuel yang membuat awal kekacauan ini jadi dia juga harus mempertanggung jawabkan. Kata jika saja dan kata andai datang lebih awal ditambah Samuel bisa lebih bersabar mungkin semua masalah tidak akan berhamburan seperti sekarang. Hidupnya lebih berwarna seperti hari hari biasanya."Nanti kalo udah jam tiga bilang ke gue ya! Gue mau jemput Lila dulu di kerjaannya!" ucap Samuel kepada Emil. Dia sudah berjanji mulai hari ini akan memperbaiki hubungannya dengan Lila sedikit demi sedikit, untuk masalah Anne hari ini mungkin akan selesai."Mentingin yang ada dulu dong, baru yang kedua yakan Sam?"Pagi pagi berangkat ke tempat Kerja Lila hanya menggunakan kendaraan ojek online, ketika pulang dia sama sekali tak ada tumpangan. Keberuntungan berpihak kepada Lila, sepertinya hanya untuk hari ini Lila diberikan tumpangan gratis dari Sena. Sebenarnya Lila bisa mengendarai mobil ataupun montor, namun apalah daya tak ada satupun kendaraan itu berada di apartemen Samuel. Sungguh Lila tidak mengharapkan tumpangan dari Samuel pagi tadi, jika memang Samuel memberikan tumpangan kepadanya maka Lila akan menolak karena mengingat perdebatan dia dan Samuel pagi tadi, biasalah menghindari suasana tidak nyaman. Lila hanya ingin yang terbaik, dia juga menghormati hubungan suaminya dan Anne. Lalu sekarang? Lila diberikan tumpangan cuma cuma dari Sena, gadis itu mengatakan bahwa mereka satu arah dan hanya berjarak beberapa meter dari apartemen Samuel. Berakhir paksaan dan Lila sudah terpojokkan oleh Sena akhirnya dia pun menyanggupinya. Sena sudah berjuang membujuk seharusnya Lila yang diberi tumpa
["Kamu baik baik aja kan?"] Terdengar pertanyaan jelas bunda Lila-Indira lewat handphone yang digenggamnya sekarang. Terdengar dari suara itu mengkhawatirkan anak tunggalnya yang jauh dari jangkauannya. Lila hanya mampu tersenyum pedih, dia rindu dengan bundanya. Magnolia Kenina hanya bisa menganggukan kepalanya walaupun Indira tidak tahu anggukan ragu itu. Dibilang baik baik saja juga tidak, keadaanya sekarang diantara tengah tengah buruk dan baik baik saja. Lila sebagai anak yang tidak mau orang tuanya khawatir hanya bisa berpura pura didepan mereka, dan rela berbohong demi keadaan yang ada. Demi keselamatan suami dan ayahnya yang takut dipermalukan itu, Lila tidak sanggup untuk berbicara jujur kepada Indira karena dia tahu bahwa setelahnya semua akan kacau. Apalagi yang harus dilakukannya jika bukan mengalah."Baik baik aja bunda, Kak Sam baik banget sama aku. Kalian nggak salah pilih lagi," ucap Lila penuh kebohongan, bahkan dia menyelipkan nada bahagia disana sampai membuat Indi
Tatapannya terkunci pada satu titik wanita hampir memborbardir seluruh hatinya. Dia dapat melihat perasaan rindunya yang terbalaskan setelah berbulan bulan, ingin memeluk pun rasanya masih tak nyaman. Mereka masih saling diam tanpa ingin membuka pembicaraan. Pria itu hampir menjerit serta meronta agar sang wanita tidak marah lagi dan memaafkan kesalahannya, dia muak. Namun bagaimana cara mendapatkan cara instan agar wanitanya itu memberikan belas kasih kepadanya?Kejadian saling tatap menatap itu terhenti. Samuel Atlanta Hayden memilih untuk menatap kearah lain dan tidak memperhatikan wanita cantik didepannya, setelan yang dipakai mereka cukup membuat minat orang melihatnya, mereka memang cukup menonjol. Dia bingung bagaimana memulai percakapan canggung itu, tidak langsung ke inti ataupun banyak basi basi, keduanya Anne tidak menyukainya. Samuel mencari cara agar percakapan mereka berjalan lancar, tanpa adanya sebuah keributan, sekecil mungkin Samuel menghindarinya. "Kamu inget kejadi
Antara jam sebelas siang sampai pukul dua siang memang cocok untuk beristarahat, apalagi jika kantor adalah milik sendiri, pekerjaan pun akan lebih santai lagi. Samuel menggunakan keuntungannya dalam hal ini, dia seorang bos perusahaan besar namun masih ingin tetap fleksibel dalam bekerja, pria yang sudah mempunyai istri serta kekasih itu sedikit tidak menyukai peraturan kantor namun para karyawannya harus didisiplinkan. Memang begitulah Samuel, siang ini pun dirinya masih duduk santai bersama kedua temannya di kafe dekat kantornya padahal waktu sudah menunjukan pukul dua siang kurang lima belas menit yang artinya jam makan siang habis. "Jadi lu nanti mau ngedate? sama siapa?" Pertanyaan keluar pertama kali setelah mereka terdiam akibat Regan mengatakan bahwa dirinya akan pergi bersama seorang wanita sepulang bekerja nanti. Mereka cukup terkejut Regan membicarakan soal kekasih atau wanita yang dekat dengannya, mungkin hampir lima tahun lamanya. "Ini firstime Regan nge-date lagi kayak
"Li nggak usah repot repot bawain bekal Sam, soalnya aku sama Sam mau makan bareng nanti siang," Suara Anne dari ruang keluarga membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Lila memang berniat membuatkan dua bekal untuk Anne dan Samuel, namun kali ini mengurungan niatnya itu dengan tersenyum simpul. Bangun jam setengah lima langsung membuat lawuk untuk tiga bekal, sedikit membuang tenaganya di pagi hari tetapi mendapati suara Anne, dia hanya mampu menatap bekalnya. Beruntung belum membuat satu bekal lagi untuk dirinya. Kini Lila bingung harus memberikan bekalnya untuk siapa? Senna pun tidak mungin karena gadis itu membawanya sendiri. Dia masih tersenyum simpul menatap keduanya. Lalu memasukan kedua bekal itu kedalam tas khusus dengan cepat.Melihat Anne duduk memakai sepatu serta menyiapkan keperluan tas yang akan dibawa, sudah dipastikan bahwa Anne akan ikut bekerja bersama Samuel. Wanita itu datang sejak tadi malam, sesudah malam menyedihkan antara dirinya dan Samuel, dia mengataka
"Random banget kak nanyain kayak gitu. Emangnya aku keliatan suka sama kak Sam," tanya Lila terkekeh namun tak ada unsur gugup sama sekali disana. Wanita itu justru santai saat ditanyai Samuel. Samuel menggelengkan kepalanya. Dia memastikan hal itu memang tidak terjadi. Ketakutan terbesar pertama bagi dirinya adalah akan menyakiti Lila kembali, beribu ribu maaf untuk gadis itu tidaklah cukup. Magnolia Kenina sudah banyak berkorban demi keegoisannya. Namun juga sebelumnya, Samuel lebih takut jika ia yang mencintai Lila terlebih dahulu. Gadis itu sangat mudah membuat orang nyaman. *Samuel menatap gelas berisi kopi itu dengan sendu. Sudah berbulan bulan dirinya belum mengunjungi adiknya, berbulan bulan itu ia juga terasa rindu dengan sang adik. Ketika melihat sosok gadis yang sedang berjalan jalan mengelilingi apartemen setiap malam maupun paginya membuat Samuel semakin mengingat adiknya. Sosok kecil dan cerdas sudah tujuh tahun meninggalkan Samuel, hingga hari harinya terasa begitu ha
Berjalan ber-iringan, mereka melewati beberapa nisan nisan yang berjajar rapi. Samuel tak hentinya sesekali melirik paras cantiknya Lila kala sore ini. Terpaan angin begitu kencang berhasil membuat jari jari manis menyingkirkan anak rambutnya. Warna langit orange hampir berganti dengan biru tua sedikit ke abu abuan itu membuat mereka harus mengakhiri sesi kerinduan kepada sang pemilik nisan bernama Reejila. Tidak terasa sudah dua jam mereka duduk dan berbincang bincang sedikit untuk menghabiskan masa kerinduan kepada Reejila. Beberapa fakta pun Samuel peroleh pada sore hari ini dan berhasil membuatnya bungkam. Fakta yang seharusnya ia tidak terima, dan mengapa harus orang itu dilindungi oleh kedua gadis yang sudah menjadi korban. Mengapa jika benar benar orang itu bukan pelakunya namun hatinya masih terasa tidak ikhlas untuk menerima? Apakah sudah terlalu tertutup dari luka batinnya. "Sejak kapan Reejila cerita ke lu kalo dia suka sama Hessa?" tanya Samuel memecah keheningan diantara
Bunyi decapan memenuhi ruangan bak musik yang mengalun merdu, menambah romantisasi pada malam redup. Mata yang saling terpejam, dan beberapa kali mengubah posisi tangan mereka dari tekuk hingga pundak, mencari cari posisi yang nyaman. Rasa manis dari benda kenyal itu, Samuel benar benar menikmatinya, tidak, mereka sama sama menikmatinya. Di keadaan sadar tanpa rasa khilaf sesaat. Tangannya bergerak sedikit menuntut Tanpa sadar, menarik untuk semakin mendekatkan Lila agar mereka tidak berjauhan. Gadis itu hanya pasrah pada kungkungan suaminya. Beberapa kali ia mendorong untuk diberikan jeda bernafas, namun setelahnya Samuel melanjutkan sesinya. Malam itu pihak pria tidak bisa lagi menghentikan tatapan pesonanya pada istrinya, dia ingin dekat dengan gadis itu untuk beberapa saat. Menciptakan kedekatan yang sempat berjarak hingga terasa jauh, dimana yakinnya tidak bisa digapai. Tetapi, Samuel pun merasakan Lila dapat diraih dengan mudah, beberapa kali mereka berbicara membuat nyaman sat